“Sinabung bergolak lagi,” tulis “email” kontributor “nuga.co,” Arminsyah dari Medan, Selasa sore, 05 November 2013. Ya Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali mengeluar awan panas. Gumpalan awan itu jelas terlihat dari Kabanjahe dan Brastagi dan sempat membuat pengunjung di hari libur 1 Muharam ini bergegas meninggalkan kota wisata di dataran tinggi itu.
Arminsyah yang berada di Brastagi sejak paginya memberitahu lewat surat elektronok dan pesan pendeknya, kegiatan gunung Sinabung pagi harinya sudah adem ayem. Banyak penduduk yang berada di lereng gunung sudah kembali ke rumah mereka masing-masing sejak kemarin.
Mereka merasa tidak nyaman berada di pengungsian karena ternak dan kebunnya bisa terlantar. Kembalinya para pengungsi yang dua hari lalu jumlahnya mencapai 3.000 orang merupakan inisiatif kelompok-kelompok yang kampong berada dalam jangkauan erupsi Sinabung.
Menurut Arminsyah, para penduduk desa malam harinya memberlakukan sistim siskamling dengan pos-pos setiap lorong. Petugas siskamling sudah menyelapakti dengan penduduk desa bahwa mereka akan melakukan pemukulan kentongan sebagai tanda bahaya bila Sinabung meletus atau erupsi.
Menurut laporan yang disampaikan oleh Arminsyah untuk “nuga.co,” Gunung Sinabung meletus pada pukul 14.23 WIB selama 20 menit. Tinggi letusan abu vulkanik mencapai 3.000 meter dari kawah dan terbawa angin ke arah barat daya. Suara gemuruh terdengar hingga pos pengamatan berjarak 8,5 kilometer..
“Teramati awan panas meluncur dari lereng sejauh 1 kilometer ke arah tenggara. Ini adalah pertama kali awan panas keluar dari kawah Gunung Sinabung sejak meletus September 2013 yang lalu,” lapor Arminsyah.
Dalam letusan bakda zuhur itu tidak ada korban dan abu vulkanik disertai awan panas tersebut. Pasalnya, warga di lereng gunung telah mengungsi di tempat-tempat pengungsian. “Tidak ada korban terkait awan panas ini karena masyarakat telah mengungsi,” tambahnya.
Letusan kali adalah pertama kali awan panas keluar dari kawah gunung Sinabung sejak meletus September 2013 yang lalu.
Hingga kini jumlah pengungsi masih sebanyak 1.681 jiwa tersebar di 4 lokasi. Antara lain, di Los Pekan Tiga Ndreket dari Desa Mardinding sebanyak 891 jiwa; GBKP Payung 292 jiwa berasal dari Desa Sukameriah; Masjid Payung sebanyak 110 jiwa berasal dari Desa Sukameriah; dan Jambur Namanteran sebanyak 388 jiwa terdiri dari Desa Bekerah 152 jiwa dan Desa Simacem 236 jiwa.
Aktivitas gunung Sinabung masih sangat tinggi dan statusnya masih tetap Siaga (level III). Masyrakat dimbau agar tidak beraktivitas di radius 3 kilometer dari Sinabung. Warga di 4 desa yaitu Desa Sukameriah, Simacem, Bekerah dan Mardinding diminta untuk mengungsi ke tempat yang aman.
Dengan adanya luncuran awan panas, maka masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan. Erupsi masih berpotensi terjadi, dan abu letusannya dapat mengganggu kesehatan dan merusak tanaman di area terdampak.
Sehubungan sudah memasuki musim hujan sejak beberapa hari terakhir dan aktivitas hujan hampir terjadi setiap hari, BNPB juga meminta masyarakat yang bermukim dekat sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung Sinabung agar waspada banjir lahar. Warga yang tinggal dekat sungai di antaranya berada di Desa Sukameriah sampai Desa Bekerah, Desa Kutagugung dan Desa Sigarang-garang.
Erupsi masih berpotensi terjadi dan abu letusannya dapat mengganggu kesehatan dan merusak tanaman di area terdampak. Selain itu, warga di sekitar sungai yang berhulu di puncak Gunung Sinabung agar berhati-hati karena hujan kerap terjadi akhir-akhir ini.
Pasalnya, air hujan itu berpotensi membawa aliran lahar gunung sehingga membayakan warga. Desa-desa yang terancam bahaya lahar yakni, Sukameriah, Bekerah, Kutagugung, dan Sigarang-garang.