Anda, mungkin, termasuk salah satu keluarga yang, mungkin, tinggal di kawasan strategis. Di dekat jalan raya.
Dan Anda pasti menganggapnya sebagai sebuah keuntungan.
Terlebih bagi mereka yang berencana membuka usaha seperti toko.
Keuntungan?
Nah, seperti ditulis “daily mail,” hari ini, Kamis, 27 Oktober 2016, konsep tempat tinggal itu tak hanya membawa keuntungan, namun juga kerugian.
Kelompok peneliti yang berasal dari Norwegia, Swedia, Denmark, Jerman dan Spanyol menemukan bahwa tinggal di dekat jalan raya berpotensi membuat seseorang terkena stroke.
Seperti ditulis lebih lanjut “dfaily mail,”para peneliti mendapati bahwa asap lalu lintas dan kebisingan meningkatkan risiko terkena hipertensi yang dapat berujung serangan jantung atau stroke.
Penelitian besar tentang dampak polusi udara dan suara yakni menemukan bahwa orang yang tinggal di daerah yang berpolusi berpotensi dua puluh dua persen terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tinggal di daerah rendah polusi.
Hal ini sama saja seperti orang dengan bobot ideal mengalami penyakit yang sama dengan mereka yang obesitas.
Penelitian ini dilakukan di lima negara, melibatkan 41 ribu orang dan dilakukan selama sembilan tahun.
Dari penelitian ini ditemukan juga bahwa mereka yang tinggal atau terbiasa berada di jalan terbising dengan rata-rata sebesar lima puluh desibel saat malam hari, memiliki peluang terkena hipertensi enam persen lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah tenang.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kebisingan jalanan di kala malam adalah empat puluh desibel.
“Temuan kami menunjukkan dampak jangka panjang terpapar polusi udara dan suara yang terkait dengan kejadian hipertensi lebih tinggi dan asupan obat anti-hipertensi,” kata pemimpin studi, profesor Barbara Hoffman dari Heinrich-Heine-University of Dusseldorf, Jerman.
“Mengingat kasus polusi menjadi hal yang banyak terjadi dan pentingnya kesadaran akan hipertensi sebagai faktor risiko penyakit jantung, hasil ini memiliki konsekuensi penting bagi kesehatan masyarakat dan meminta regulasi kualitas udara yang lebih ketat,” lanjutnya.
Namun para peneliti mengatakan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih mendalam bagaimana polusi udara dan suara dapat meningkatkan tekanan darah dan dampak pentingnya terhadap penyakit jantung.
“Hasil pengamatan kami, kebisingan di jalan raya di malam hari sangat membahayakan kesehatan orang-orang yang rumah tinggalnya di dekat jalan raya itu.”
“Alasannya, karena bisa mengganggu kualitas tidur. Kualitas dan waktu tidur yang terganggu akan meningkatkan konsentrasi hormon stres dalam tubuh yang pada akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,” kata pemimpin penelitian ini, Mette Sorenson, dari Danish Cancer Society.
Sorenson dan teman-teman penelitiannya menemukan hubungan antara serangan jantung dan jalan raya diperhitungkan pula dengan peningkatan level polusi suara dekat jalan raya itu. Diperkirakan, 4 persen dari serangan jantung di Denmark ada hubungannya dengan suara bising lalu lintas.
Menurut Sorenson, saat tidur, sebaiknya ruangan dalam kondisi rendah eksposur kebisingan lalu lintas.
Bahaya dari polusi suara, menurut Sorenson, adalah karena kebanyakan orang tidak menyadari sedang menghadapinya.
“Anda mungkin terbangun di pagi hari berpikir, semalam tidur dalam keadaan tenang. Namun, ketika Anda melihat aktivitas otak orang yang tidur di rumah dekat jalan raya yang sibuk, akan terlihat ada beberapa tahapan tidur yang terganggu,” kata Sorenson lagi.
Untuk studi ini, para periset meminta partisipan untuk melaporkan lokasi tempat tinggal dan kondisi kesehatan jantung, termasuk pola makan dan kebiasan aktivitas. Partisipan diminta menilai suara yang mereka dengar.
Polusi suara tidak selalu dilihat sebagai ancaman kesehatan, kata Sally Lusk dari University of Michigan, AS, sambil menambahkan, umumnya bangsa Eropa lebih mengkhawatirkan level kebisingan ketimbang masyarakat AS.
Riset yang dilangsungkan Lusk menunjukkan eksposur terhadap level kebisingan bisa meningkatkan tekanan darah.
“Hampir semua orang mendengarkan sesuatu yang lebih bising dari seharusnya,” kata Lusk.
Polusi suara cenderung lebih besar di kota, meski menurut Sorenson, ada kemungkinan sebaliknya, tergantung kedekatan tempat tinggal dengan jalan raya yang sibuk.
Meski hubungan antara polusi udara dengan serangan jantung sudah terlihat sebelum-sebelumnya, namun studi kali ini adalah yang pertama menunjukkan korelasi antara kebisingan dengan peningkatan risiko.
Sepuluh desibel kebisingan saja sudah cukup mengganggu sebuah percakapan, sementara 85 desibel adalah level minimum, namun, bila bekerja dengan kondisi kebisingan tingkat ini, membutuhkan penutup telinga.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ikron, I Made Djaja dan Ririn Arminsih Wulandari dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia juga menemukan dampak lain dari polusi suara jalanan yang ramai.
Ikron dan kawan-kawan menemukan anak Sekolah Dasar yang bersekolah dekat dengan jalanan bising lebih dari enam puluh satu desibel berisiko sepuluh kali lipat mengalami gangguan kesehatan psikologis dibanding mereka yang bersekolah dengan tingkat kebisingan yang kurang
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Makara Kesehatan pada sembilan tahun lalu tersebut mengambil bahan uji di kawasan Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur.
Beberapa gangguan psikologis yang dapat diakibatkan polusi suara adalah gangguan belajar, istirahat, beribadah dan tidur.
Selain itu, ada juga gangguan kenyamanan, komunikasi, konsentrasi, serta mudah kesal.