Siapa yang bisa membantah enaknya makanan manis?
Nah, yang pahit adalah dampaknya terhadap tubuh.
Makanan manis tidak hanya bikin gemuk tapi juga berdampak pada kesehatan jantung.
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan Clinical Science para peneliti menyimpulkan terjadi perlemakan hati–sebuah kondisi yang disebut penyakit berlemak non-alkohol atau dikenal dengan NAFLD.
Kondisi ini identik sebagai tanda ada masalah pada jantung–dan dibandingkan mereka yang memiliki lemak hati rendah.
Kondisi tubuh yang terkait dengan kondisi NAFLD antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau pun diabetes.
Peneliti memberikan masing-masing kelompok dua makanan dengan jumlah porsi yang sama selama dua belas pekan: makanan dengan gula tinggi, yang mengandung enam ratus lima puluh kalori gula tambahan dalam sehari dan; makanan rendah gula, yang mengandung seratus empat puluh b kalori gula tambahan sehari.
Hal itu serupa dengan rekomendasi untuk gula tambahan, di mana tidak lebih dari lima persen total kalori harian, menurut studi.
Pada saat mendapat asupan makanan tinggi gula, berat badan pria pada masing-masing kelompok naik hingga dua koma tiga kilogram.
Kemudian, saat kelompok pria penderita NAFLD mengasup makanan tinggi gula, cara tubuh menghancurkan lemak berubah, yang berarti cenderung menumpuk dalam darah.
Kondisi itu tentu beresiko untuk penyakit jantung, serangan jantung dan stroke, menurut para peneliti dalam laporan studi tersebut.
Di sisi lain, para peneliti juga menemukan kelompok yang tidak memiliki NAFLD cenderung mengalami kenaikan lemak hati setelah makanan dengan kadar gula tinggi.
Efeknya?
Asupan gula yang tinggi pada orang-orang yang lebih sehat ini menghasilkan jenis perubahan metabolisme yang sama seperti yang dialami NAFLD.
Ini menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi dapat membahayakan jantung.
American Heart Association) merekomendasikan pria mengonsumsi tidak lebih dari seratus lima puluh kalori setiap hari atau tiga puluh enam gram gula tambahan setiap hari.
Itu sekitar sembilan sendok teh.
Cara sederhana untuk mengurangi asupan gula tambahan adalah dengan menjauhkan sendok dari tempat gula saat sedang menyiapkan kopi pagi.
Sayangnya, kita sering minum banyak gula tambahan setiap hari tanpa disadari.
Baik atau tidaknya suasana hati atau mood seseorang umumnya sangat dipengaruhi oleh faktor stres, pekerjaan dan penyakit.
Tetapi jangan salah, mood atau suasana hati juga mendapat pengaruh dari makanan yang masuk ke dalam tubuh Anda.
Efek mengonsumsi banyak gula ternyata tak semanis rasanya.
Malah, konsumsi gula bisa merusak mood. Mereka yang sering mengasup gula cenderung merasa cemas dan memperburuk depresi.
Masalahnya, tak mudah menghindari gula. Si manis ini sering bersembunyi di sejumlah makanan yang kita anggap sehat.
Misalnya saja jus buah yang kandungan gulanya bisa melebihi takaran harian yang disarankan.
“Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan gangguan mood, namun makanan dan minuman bergula mungkin mempengaruhi juga mood seseorang,” kata Anika Knuppel, Ph.D. dalam studinya yang dilakukan di Universitas Collage London.
Dalam study ini, peneliti melakukan analisis seberapa banyak orang yang mengalami gangguan mood seperti depresi atau kecemasan lainnya.
Ternyata, orang yang lebih banyak mengkonsumsi makanan atau minuman bergula lebih sering mengalami gangguan mood.
Peneliti menemukan, bahwa mereka yang mengkonsumsi gula enam puluh tujuh gram atau lebih sehari, memiliki kecenderungan mengalami gangguan kesehatan mental lebih besar dua puluh tiga persen.
Sementara yang mengkonsumsi hanya tiga puluh sembilan koma lima5 gram gula atau kurang sehari memiliki kondisi kesehatan mental lebih baik.
Tak heran jika ada pedoman di Amerika Serikat yang menyarankan untuk membatasi asupan gula kurang dari 10 persen asupan kalori harian.
Namun, pada kenyataannya, hanya tidak sampai setengahnya orang Amerika yang memenuhi pedoman tersebut, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Kebanyakan malah mengkonsumsi rata-rata hingga serataus lima gram gula sehari.
Permasalahan lainnya, gula bisa membuat pikiran Anda berantakan. Asupan gula tinggi bisa mengurangi kadar protein neurotropika dari otak Anda, protein yang membantu pertumbuhan dan perkembangan sel otak Anda.
Lebih parahnya, mengkonsumsi banyak gula juga bisa memicu peradangan. Diet tinggi gula juga bisa mengacaukan respons insulin Anda setelah makan, yang bisa membuat hormon dan mood Anda tak terkendali.
Studi ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan gula dengan masalah mood. Kemungkinan orang-orang yang memiliki gangguan mood adalah orang-orang yang lebih cen