Insomnia? Itu berati kekurangan tidur. Tapi kalau “hipersomnia,” berarti ingin terus tidur. Atau mengantuk terus.
Sesekali, siapapun Anda, pasti mengalamai mengalami insomnia. Keesokan harinya merasa sangat lemah, dan mengantuk. Ini tentu ini sangat wajar. Setelah kekurangan tidur, tentu saja kita mengantuk di esok harinya.
Tetapi bagaimana jika ada orang yang sudah tidur cukup, bahkan lebih, tetapi sepanjang hari masih saja mudah mengantuk?
Kondisi kantuk berlebihan walau sudah tidur cukup ini bernama hipersomnia.
Ahli penyakit tidur, dr Andreas Prasaja, dalam rubric “kompasiana,” menulis dengan rinci bagaimana “hipersomnia” ini bisa menyerang seseorang.
Sebutlah saja, dalam tulisannya itu, seorang pemuda bernama Hari, berusia akhir dua puluhan. Usia yang sangat produktif. Tapi di sela aktivitas sehari-harinya, ia sering mengalami kantuk yang tidak tertahankan. Di tengah pekerjaan, beberapa kali ia harus meletakkan kepala sejenak untuk tidur sebentar.
Terutama pada jam-jam tertentu seperti setelah makan siang. Sepulang bekerja ketika ‘hang out’ bersama teman-teman pun ia terkadang harus duduk sebentar di cafe, memesan kopi lalu tidur bertopang tangan selama beberapa menit. Ketika bangun, ia merasa bugar dan bisa beraktivitas kembali.
Teman-teman dekat, apalagi keluarga sudah maklum dengan kondisi ini. Hari telah mengalaminya sejak masih duduk di bangku SMU. Tak heran jika orang tuanya tak lagi mengijinkannya untuk berkendara sendirian. Ya, beberapa kali ia alami kecelakaan karena ‘meleng’.
Setelah berkeliling dokter dan orang ‘pintar’, berbagai diagnosa diberikan. Mulai dari saraf lemah, kadar gula yang tidak stabil, kurang darah hingga depresi atau gangguan jiwa. Berbagai pengobatan dijalani, Hari sempat merasa lebih baik, tapi di hati kecilnya ia terus bertanya-tanya tentang apa yang dialaminya.
Kantuk yang berlebihan, menurut Andreas Parasaja, banyak dialami orang di Indonesia dengan derajat yang bervariasi. Dari yang hanya menguap, kekurangan konsentrasi hingga seperti Hari yang tak kuat menahan kantuknya lagi.
Tetapi hipersomnia barulah gejala, ada beberapa penyakit tidur dengan gejala kantuk berlebihan ini. Yang paling umum adalah sleep apnea dengan gejala mendengkur, sementara lainnya adalah periodic limb movements in sleep dengan gejala kaki yang bergerak periodik dalam tidur.
Dulu, semua orang dengan hipersomnia disebut narkolepsi. Ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan tentang penyakit tidur. Narkolepsi adalah penyakit tidur ‘ngantukan’ yang pertama ditemukan. Sebelumnya, dunia medis sama sekali tak mengenal kantuk berlebihan.
Baru belakangan ditemukan penyakit-penyakit tidur lain yang ternyata berbeda dengan narkolepsi. Akhirnya, muncullah istilah hipersomnia untuk membedakan narkolepsi dengan penyakit tidur lainnya.
Narkolepsi adalah penyakit tidur yang menyerang sistem pengaturan tidur R.
Tidur R adalah tahapan tidur dimana kita kebanyakan bermimpi. Akibat gangguan ini terjadi kekacauan antara kondisi terjaga dan mimpi. Bisa dikatakan seorang penderita narkolepsi tak benar-benar lelap saat tidur dan tak benar-benar terjaga saat bangun.
Narkolepsi termasuk penyakit tidur yang jarang ditemukan. Hal ini diperburuk dengan tenaga medis yang tak terbiasa dengan penyakit-penyakit tidur. Bahkan Amerika dengan jumlah penderita narkolepsi satu dari 3.000 penduduk, hanya sekitar 25 persen penderita yang terdiagnosis. Itu pun butuh rentang waktu 3 hingga 15 tahun dari pertama kali gejala muncul hingga terdiagnosis.
Gejala khas narkolepsi ada empat, yaitu hipersomnia, lumpuh tidur, halusinasi hipnagogic dan katapleksi. Hipersomnia adalah kantuk yang berlebihan. Berbeda dengan hipersomnia penyakit tidur lain, hipersomnia pada narkolepsi adalah yang paling berat.
Lumpuh tidur dan halusinasi hipnagogic dikenal dengan sebutan ketindihan atau ereup-ereup di Indonesia. Ini terjadi karena menjelang bangun atau saat akan tidur, gelombang otak mimpi bercampur dengan kondisi terjaga. Bisa dikatakan berada setengah sadar dan setengah mimpi. Akibatnya, muncul halusinasi hadirnya sosok lain di sekitar.
Jika Anda alami ini, bukan berarti otomatis menderita narkolepsi lho. Bercampurnya gelombang otak terjaga dan R bisa terjadi juga saat kita kelelahan akibat kurang tidur yang ekstrim.
Katapleksi adalah kelumpuhan yang dipicu oleh emosi yang kuat, bisa emosi sedih, marah atau gembira. Kelumpuhan ini bersifat sementara, tapi sangat mengganggu, bahkan membahayakan. Bayangkan jika terjadi saat memasak atau berkendara.
Penderita narkolepsi memiliki kadar hipokretin yang rendah. Hipokretin itu neurotransmitter yang mendorong agar kita tetap terjaga.
Narkolepsi belum tentu menurun, walau kadang dapat ditemukan juga adanya keluarga yang memiliki gejala yang mirip. Ia bisa menyerang siapa saja.
Jika terdapat katapleksi, kemungkinan besar sel-sel yang bertugas menghasilkan hipokretin jumlahnya sangat kurang. Sampai saat ini, para ahli masih meneliti penyebab berkurangnya sel-sel ini. Sementara diduga penyakit ini bersifat autoimun. Artinya sistem daya tahan tubuh salah mengenali sel-sel ini sebagai sel asing yang harus dihancurkan.
Mekanisme hipersomnia sangat berbeda dengan yang terjadi pada penderita sleep apnea atau periodic limb movements in sleep (PLMS). Narkolepsi, yang terserang adalah sistem Pengaturan tidur R, sedang sleep apnea dan PLMS proses tidur normal terpotong-potong hingga tanpa sadar kualitas tidur jadi buruk.
Untuk diagnosis narkolepsi diperlukan pemeriksaan tidur khusus. Umumnya pemeriksaan tidur dilakukan malam hari saja, tetapi umtuk narkolepsi diperlukan tambahan pemeriksaan multiple sleep latency test (MSLT) yang dilakukan pagi hingga sore setelah pemeriksaan tidur satu malam.
Pemeriksaan tidur malam, diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit-penyakit tidur lain. Paginya dilanjutkan dengan pemeriksaan MSLT, dimana pasien diminta kembali tidur berulang kali. Seluruhnya ada 5 tidur siang yang berjarak satu setengah sampai dua jam.
MSLT bertujuan untuk melihat seberapa mengantuknya seseorang dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk tidur, atau biasa disebut sleep onset.
Sedihnya, sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan narkolepsi. Yang ada adalah obat-obatan untuk meredakan gejala. Seperti obat untuk cegah katapleksi dan halusinasi hipnagogik, serta obat untu atasi kantuk.
Tetapi penekanan perawatan narkolepsi adalah bagaimana caranya agar penderita hidup normal dengan pengobatan minimal. Contoh saja Hari, ia mencoba menyesuaikan jadwal aktivitas, tidur dan medikasi. Di pagi hari ia minum obat penghilang kantuk dan obat pencegah katapleksi
Narkolepsi, diderita oleh jutaan orang di dunia. Apakah Anda penderita narkolepsi? Jangan takut, Anda tidak sendirian. Penderita narkolepsi tak ada bedanya dengan orang biasa, bisa gagal, bisa patah semangat namun bisa juga berprestasi.
sumber: kompasiana