Apakah Anda pernah tahu kala seseorang dalam kondisi lapar emosi marahnya mudah terpicu?
Dan untuk itu pula sebuah tulisan di laman media terkenal Inggris, “mirror” yang membahasnya secara ilmiah menjadi menarik.
Menurur “mirror,” saat lapar, biasanya mood kita akan memburuk.
Kita bisa menjadi mudah marah, tanpa alasan yang jelas. Hal ini rupanya dapat dijelaskan secara ilmiah.
Rasa lapar membuat glukosa dalam darah menurun, dan inilah yang menyebabkan kita mudah marah.
Ini sama halnya dengan penderita diabetes yang kerap mengalami kebingungan dan suasana hati yang mudah berubah.
Tubuh kita mengolah makanan yang kita konsumsi menjadi asam amino, lemak, dan gula sederhana termasuk glukosa.
Saat perut kosong, ‘alarm’ yang menandakan rasa lapar akan berbunyi.
Otak kita bergantung pada gula sederhana seperti glukosa agar berfungsi dengan baik. Jika kandungan glukosa turun secara signifikan, otak tak akan mampu melakukan tugas dasar.
Bahkan, secara ekstrim kita bisa merasa pusing, cemas dan amarah yang memuncak.
Itu sebabnya, kita sering merasa pusing setelah berolahraga lari dalam waktu yang lama. Sebab, tubuh menghabiskan banyak energi dan kita perlu mengganti energi yang habis tersebut.
Kadar glukosa yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin merasa rileks usai berolahraga tetapi ada juga yang merasa sedikit emosi.
Kemampuan tubuh setiap orang dalam mengelola zat gula berbeda-beda. Ada yang mampu mengolahnya dalam waktu yang cepat, dan ada juga yang lambat.
Tapi, kemampuan untuk menahan amarah saat merasa lapar, tentu ada di dalam diri kita sendiri.
Selain itu “mirror” juga menulis tentang penyebab seseorang merasa lapar kala malam hari.
Diungkapkan, kebiasaan tidur larut malam merupakan salah satu pemicu kegemukan.
Pasalnya, di malam hari kita sering merasa lapar dan biasanya kita tak tahan untuk ngemil atau bahkan makan mi instan demi mengusir rasa lapar.
Level hormon lapar memang meningkat saat malam hari.
Inilah mengapa perut seringkali ‘keroncongan’ saat hari telah larut walau ketika makan malam kita sudah mengonsumsi banyak kalori.
Sebuah laporan yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity menyelidiki bagaimana malam hari dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk makan berlebihan.
Termasuk juga pengaruh kondisi mental seseorang terhadap hormon lapar.
Para peneliti dari John Hopkins Medicine melakukan s
erangkaian eksperimen dengan melibatkan sembilan belas pria dan tiga belas wanita kegemukan. Peserta dalam riset tersebut berusia antara delapan belas dan lima puluh tahun.
Setiap peserta diminta melakukan puasa selama delapan jam, sebelum menerima makanan cair yang mengandung kalori pada pukul sembilan pagi atau pukul empat sore.
Sampel darah mereka diambil untuk meneliti hormon stres dan tingkat rasa lapar mereka.
Pada tahap selanjutnya, para peserta disajikan makanan di mana mereka dapat mengambil sendiri makanan tersebut sesuai dengan porsi yang diinginkan.
Para peneliti menyimpulkan bahwa orang memiliki nafsu makan yang tinggi karena hormon yang memicu rasa lapar meningkat pada malam hari.
“Temuan kami menunjukkan bahwa malam adalah waktu berisiko tinggi untuk makan berlebihan, terutama jika Anda stres dan gampang tergoda makanan,” kata Sarah Carnell, Ph.D., asisten profesor dalam bidang psikiatri dan perilaku dari Johns Hopkins University of Medicine.
“Kabar baiknya adalah bahwa dengan pengetahuan ini, orang bisa mengambil langkah untuk mengurangi risiko makan berlebihan dengan makan malam lebih awal, atau menemukan cara alternatif untuk mengatasi stres,” tambahnya.
Data Riset Kesehatan Nasional menunjukkan penduduk Indonesia berusia diatas delapan belas tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas mencapai prosentase sebesar dua puluh koma tujuh persen.
Angka itu menunjukkan peningkatan pesat .