Mark Mattson, Ph.D., kepala Laboratorium Ilmu Saraf di National Institute of Aging, AS, mengingatkan, waktu makan memiliki berpengaruh langsung terhadap risiko kegemukan dan masalah kesehatan lain
Menurutnya, kebiasaan makan masyarakat yang paling sehat di seluruh dunia adalah mereka tidak makan terus menerus dari pagi sampai malam’
Sementara itu, peneliti lainnya Valter Longo, Ph.D., profesor ilmu biologi di University of Southern California, juga mengingatkan menyantapnya lima atau enam kali sehari bisa menimbulkan masalah.
“Tubuh manusia tidak dirancang untuk makan sepanjang hari,” kata Mark Mattson, Ph.D.
“Namun kenyataannya, orang terbiasa mengunyah sepanjang hari selama tidak tidur. Ini barangkali menjadi penyebab begitu banyak orang menjadi kegemukan.”
Sederhananya, makan tiga kali sehari ditambah snack di antaranya ternyata bukan cara terbaik untuk makan. Jadi bagaimana seharusnya kita mengatur jadwal makan kita?
Ada cara-cara mengatur waktu makan yang mudah untuk bisa menjaga berat badan sekaligus menjaga kesehatan dengan mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.
Sekalipun Anda menghitung dan membatasi kalori yang Anda makan dalam sehari, namun mengudap di antara waktu makan bisa membuat kadar gula darah Anda naik.
Hal ini pada akhirnya bisa meningkatkan risiko kegemukan dan penyakit metabolisme seperti diabetes.
“Bila kita makan terus menerus, maka tubuh akan mendapat pesan bahwa ia harus selalu berada pada kondisi metabolisme tinggi, dan ini membuat tubuh cenderung menyimpan kelebihan lemak,” kata Longo.
Selain itu, makan terus-terusan juga menganggu proses regenerasi sel, yang sebenarnya bisa melindungi kita dari penyakit seperti kanker.
Maka sarannya: Jika kita tidak kegemukan, maka makanlah tiga kali sehari dalam waktu dua belas jam, tidak lebih.
Namun bila kita kegemukan, ia menyarankan untuk makan dua kali sehari ditambah satu snack, yang bisa dimakan sebagai sarapan, makan siang atau makan malam.
Snack itu sebaiknya tidak lebih dari seratus kalori, dan lebih baik jika berupa makanan sehat seperti salad sayuran, atau buah-buahan.
Dalam sebuah study oleh Universitas Pennsylvania, sekelompok orang diminta makan tiga kali antara pukul delapan pagi hingga tujuh malam selama delapan minggu.
Kelompok lainnya makan mulai tengah hari hingga pukul sebelas malam. Kedua kelompok itu kemudian bertukar posisi setelah delapan minggu.
Hasilnya, kelompok yang makan lebih pagi mengalami penurunan berat badan dan mengalami perbaikan kadar gula darah, kolesterol dan trigliserid.
Namun hal sebaliknya terjadi pada kelompok kedua.
“Temuan ini menggarisbawahi bahwa makan terlalu siang hingga mendekati waktu tidur akan mempengaruhi metabolisme dan bagaimana tubuh mengolah makanan yang masuk,” ujar Namni Goel, Ph.D., peneliti dari Penn’s Perelman School of Medicine. Penelitian sebelumnya juga mengaitkan “penundaan waktu makan” ini dengan risiko kegemukan.
Mengapa jadwal makan yang mundur bisa menjadi masalah?
Ini ada kaitannya dengan ritme tubuh memproduksi hormon, kata Goel.
Sederhananya, tubuh kita tidak mengolah makanan sebaik saat kita makan lebih pagi.
Asupan nutrisi yang berimbang berperan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit.
Untuk pemenuhan gizi seimbang, seseorang perlu mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Komposisinya, makanan yang mengandung karbohidrat lima puluh lima sampai enam puluh lima persen, makanan mengandung protein dua belas sampai lima belas persen dan lemak dua puluh lima sampai tiga puluh persen.
Namun, jika selama ini Anda adalah penggemar makanan cepat saji yang tergolong junk food atau gemar memakan apapun yang Anda suka tanpa bisa mengendalikannya, bukan nutrisi seimbang yang Anda dapatkan, melainkan sumber penyakit.
Menurut beberapa penelitian, kebanyakan makanan cepat saji adalah makanan olahan, yang dimasak dengan cara digoreng.
Agar rasanya lebih enak, makanan ini biasanya diberi perasa buatan dan memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.
Selain itu junk food banyak menggunakan bahan makanan beku yang tidak segar dan minim penggunaan sayur dan buah.
Bahan dan cara pengolahan dalam makanan-makanan ini membuatnya menjadi tinggi kalori.
Anda mungkin terkejut bila tahu bahwa seporsi burger yang di dalamnya diisi sayuran pun ternyata mengandung lebih dari seribu dua ratus kalori.
Ditambah lagi, makanan ini rasanya memang enak, sehingga orang cenderung makan berlebih.
Akibatnya kalori dalam tubuh melebihi yang dibutuhkan, dan ditimbun sebagai lemak, sehingga orang mengalami obesitas.
Menikmati masa tua itu butuh energi, kalau pola hidup belum benar bagaimana mau menikmati masa tua?.
Maka dari itu, dirinya menganjurkan masyarakat segera memperbaiki pola hidupnya, dari yang biasa mengkonsumsi makanan cepat saji ke makanan yang berserat seperti sayur-sayuran maupun rebusan untuk menikmati masa tua di kemudian hari.
Konsumsi yang cerdas dan penuh kesadaran akan kesehatan merupakan langkah besar menuju hidup sehat berkualitas. Saya sangat menganjurkan konsumsi makanan dari bahan-bahan alami.