Jangan remehkan mereka yang gampang jatuh sakit.
Sebuah studi terbaru menempatkan mereka yang sering sakit memiliki daya tahan tubuh lebih kuat.
“Sering menderita sakit bisa menjadi ‘latihan’ tubuh sehingga akan terbangun sistem imun yang lebih kuat dalam jangka panjang,” tulis “healthy” yang mengutip studi tim dari Washington University School of Medicine.
Dalam studi itu penyakit leishmaniasis dijadikan contoh.
Leismaniasis adalah infeksi tropis yang disebabkan oleh lalat pasir sehingga terbentuk koreng di kulit hingga rongga perut.
Tim peneliti menemukan, ketika sistem imun diingatkan terus seperti apakah parasit penyebab leishmaniasis, maka sistem imun menjadi lebih waspada untuk melawan infeksi baru.
Mekanisme itu dipercaya akan terjadi pada sistem imun yang sering menghadapi berbagai bakteri dan virus, termasuk yang menyebabkan tuberkulosis, herpes, dan cacar air.
Sel sistem imun bertanggung jawab membunuh patogen dan mengaktifkan respon imun.
Dalam proses tersebut, para ahli percaya bahwa kekebalan tubuh jangka panjang terkait dengan infeksi yang sering. Ini sebabnya mengapa seseorang sulit terkena infeksi yang sama dua kali.
Sistem imun sebenarnya dapat dilatih untuk melawan dirinya sendiri dalam penyakit autoimun. Para peneliti kini sedang mendalami civil war untuk menemukan terapi efektif melawan penyakit autoimun.
Penyakit autoimun terjadi ketika sel pertahanan tubuh malah menyerang jaringan tubuh yang sehat.
Beberapa penyakit autoimun yang sudah cukup dikenal antara lain lupus, artritis reumatoid, dan penyakit celiac.
Bukan hanya penyakitnya yang sulit diobati, tapi juga karena penyakit tersebut sering menimbulkan komplikasi penyakit lain.
Gejala penyakit yang sama juga bisa berbeda-beda pada tiap pasien.
Ilmuwan AS melatih sel imun pada kasus penyakit Pemphigus vulgaris pada mencit untuk menyelidiki perang sipil antar sistem imun. Keberhasilan ini diharapkan bisa diterapkan pada manusia.
Dalam Pemphigus vulgaris, beberapa sel-B mulai memproduksi antibodi yang menyerang protein desmoglein yang berfungsi mirip lem agar sel kulit saling berikatan.
Karena kesalahan itu, akibatnya kulit jadi tampak melepuh, termasuk di lapisan dalam mulut, tenggorokan, dan area genital.
Dampaknya pun bisa fatal.
Penyakit tersebut bisa diobati menggunakan obat untuk menenangkan sel imun. Tetapi, pasien beresiko lebih tinggi lagi mengalami infeksi.
Pendekatan baru dilakukan para ahli, yakni memakai sistem imun sebagai senjata untuk melawan.
Pada kanker cara ini juga sudah dicoba dan hasilnya cukup menjajikan.
Salah satu pendekatannya adalah mengatur ulang sel T, yang normalnya bertugas menghancurkan sel terinfeksi, untuk melawan sel tumor.
Dalam sebuah percobaan pada pasien leukemia stadium terminal, dapat dicapai sembilan puluh persen remisi atau tidak kambuh.
Teknik untuk mengubah mekanisme sel-T juga dilakukan pada penyakit Pemhigus vulgaris sehingga sel ini hanya menyerang bagian dari sistem imun yang memicu penyakit. Hasilnya pun sangat mengesankan.
Kebiasaan yang dinilai “jorok” seperti mengupil atau menggigit kuku ternyata tidak selamanya buruk.
Menurut sebuah studi, kebiasaan-kebiasaan ini justru dapat meningkatkan kekuatan sistem imun.
Adalah Profesor Scot Napper, dosen asal Kanada yang membiarkan anak didiknya untuk mengorek lubang hidung mereka untuk mengetahui kebiasaan ini memiliki manfaat kesehatan.
Ia juga meminta mahasiswanya memakan lendir masing-masing untuk lebih mengerti mengenai sistem imun manusia.
Napper percaya, memakan lendir di hidung dapat meningkatkan kekuatan sistem imun karena tindakan tersebut seperti mengenalkan sejumlah kecil kuman yang tidak berbahaya pada tubuh.
Teori Napper ini mendukung sebuah teori lain yang menyebutkan tingkat higienitas yang baik justru memicu peningkatkan risiko alergi dan gangguan autoimun.
Dalam studinya, Napper membagi kelasnya menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diminta mengupil dan memakannya, sedangkan yang lain tidak. Kemudian ia pun mengobservasi bagaimana sistem imun merespon kebiasaan tersebut.
Profesor Biokimia dari University of Saskatchewan ini menerapkan percobaan pada mahasiswa tingkat pertama dan membiarkan mereka merasakan sendiri perubahan pada sistem imun mereka.
“Ilmu pengetahuan adalah tentang bertukar gagasan, bukan hanya datang dan mencatat materi kuliah,” ujar Napper.
Ia mengatakan, mengupil adalah kebiasaan alamiah. Dari perspektif evolusi, manusia awalnya berasal dari lingkungan kotor yang kemudian mulai berubah menjadi bersih dan steril.
Hal senada juga dikatakan pakar lain seperti dr. Hilary Longhurst, konsultan imunologis dari Bart’s NHS Trust. Ia mengatakan, kebiasaan menggigit kuku dapat meningkatkan kekuatan sistem imun.
Sistem imun bekerja dengan mengembangkan “ingatan” dan mencatat bagaimana untuk melawan partikel asing yang masuk ke dalam tubuh.
Sehingga ketika partikel yang sama masuk kembali ke dalam tubuh, sistem imun sudah mampu melawannya dengan sempurna.