Ada sejumlah kebiasaan makan yang sepertinya normal dalam rutinitas sehari-hari, tapi ternyata berdampak buruk, hingga membuat tubuh kita makin gendut.
Kebiasaan makan ini bisa jadi tidak terasa, tapi memiliki efek negatif bagi tubuh dalam jangka panjang.
Pernahkah Kamu bertanya-tanya bagaimana mungkin bungkusan snack besar bisa lenyap begitu cepat ketika menonton televisi?
Mengunyah sambil menonton televisi memang membuat gemuk. Alasan utama di balik ini dalil ini adalah, saat menonton televisi maka kita akan mengambil porsi makan yang lebih besar.
Juga, ketika pikiran kita bercabang dengan tayangan di televisi membuat kita sering tak menyadari ada berapa banyak makanan yang sudah kita makan.
Hal ini menyebabkan kalori yang tidak perlu pun kita santap, hingga akhirnya menghambat penurunan berat badan.
Hampir semua dari kita pernah mengalami serangan rasa lapar yang tiba-tiba di tengah malam.
Tidak apa-apa jika sesakali Kamu ingin menetapkan satu hari untuk “cheating” di tengah diet. Tapi, mengunyah di malam hari tentu bukan pilihan yang baik.
Asupan di tengah malam akan menyebabkan Kamu kelebihan kalori dalam jumlah besar.
Atau, jika terpaksa, maka gantilah asupan itu dengan makanan yang sehat. Itu pun dengan catatan, esok pagi Kamu punya lebih banyak “utang” di treadmill.
Melewatkan waktu makan adalah hal yang tak baik bagi tubuh. Jika Kamu berpikir bahwa melewatkan sarapan dan makan siang akan membantu dalam mengurangi berat badan ekstra, itu keliru.
Melewatkan jam makan hanya akan membuat tubuh masuk ke mode kelaparan, yang pada akhirnya akan memperlambat metabolisme.
Sebagai gantinya, ambil porsi makanan sehat yang lebih sedikit setelah interval teratur, dan pasti tubuhmu akan berterima kasih untuk ini.
Makan cepat dan menguyah tak sempurna adalah hal yang umum dilakukan oleh banyak orang, dengan berbagai alasan.
Padahal, gaya makan semacam ini rentan menyebabkan gangguan pencernaan dan penambahan berat badan.
Intinya adalah mengambil porsi lebih kecil, dan kemudian makan perlahan sambil mengunyah makanan dengan benar.
Jadi, lihatlah bagaimana kebiasaan makan ini dapat mempengaruhi kesehatan kita.
Sehingga, harus menghindari gaya makan seperti itu dengan segala cara. Jika tidak, semua latihan beratmu akan sia-sia.
Sebuah penelitian terbaru juga menjelaskan bahwa mengunyah makanan terlalu cepat dapat memicu peningkatan berat badan dan menimbulkan beberapa masalah dengan jantung.
Penelitian yang dipresentasikan dalam American Heart Association’s Scientific Sessions ini juga menyebutkan bahwa orang yang makan lebih pelan cenderung tidak mengalami obesitas dan tidak mengembangkan sindrom metabolik.
Sindrom metabolik adalah kombinasi gangguan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Gangguan tersebut di anataranya tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang rendah. Semua penyakit ini bisa berbahaya.
Bahkan, ketika semua penyakit tersebut didiagnosis bersamaan, kemungkinan mengembangkan masalah kardiovaskular (penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah)makin meningkat.
” Makan lebih pelan bisa menjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah sindrom metabolik,” kata Takayuki Yamaji, ahli jantung dari Universitas Hiroshima sekaligus penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Alert.
“Ketika orang makan dengan cepat, mereka cenderung merasa tidak kenyang dan akan makan berlebihan. Makan cepat menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar dan dapat menyebabkan resistensi insulin,” sambungnya.
Yamaji dan koleganya mengamati enam ratusan pria dan empat ratusan wanita dengan rata-rata usia lima puluh satu tahun yang tidak mengalami sindrom metabolik
Para peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok menurut kecepatan makan mereka: pelan, normal, dan cepat.
Setelah mengamati ketiga kelompok tersebut selama lima tahun, hasilnya mencengangkan. Sebanyak sebelas koma enam persen orang yang makan cepat telah mengembangkan sindrom metabolik.
Sementara peningkatan pengembangan sindrom metabolik pada pemakan normal adalah 6,5 persen. Terakhir, pemakan lambat hanya mengembangkan 2,3 persen sindrom metabolik.
Kecepatan makan yang lebih cepat juga dikaitkan dengan bertambahnya berat badan, kadar glukosa darah yang tinggi, dan lingkar pinggang yang bertambah.
Hal itu sesuai dengan penelitain sebelumnya yang menyebutkan makan cepat dapat menyebabkan obesitas. Alasannya, perut tidak punya waktu memberi tahu tubuh bahwa isinya sudah penuh.
Akhirnya, kita akan makan lebih banyak dari yang dibutuhkan.
Jeremy Pearson, direktur asosiasi medis di British Heart Foundation yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebutkan, tren masa kini yang menuntut makan dengan cepatlah yang tidak ideal untuk kesehatan jantung.
“Jika ada, ini adalah pengingat bahwa banyak dari kita memiliki gaya hidup yang padat, termasuk makan dengan cepat saat makan siang, atau dalam perjalanan pulang-pergi terburu-buru,” kata Pearson.
“Saat melakukan ini, penting bagi orang meluangkan waktu untuk memilih makanan seimbang yang sehat, bukan hanya memilih makanan siap saja atau dibawa pulang,” tutupnya.