close
Nuga Sehat

Lelaki Botak Itu Rentan Kanker Usus Besar

Pria botak? Wah…. gawat!!

Sebuah studi yang dilakukan oleh Nana Keum dari Departemen of Nutrition Harvard TH Chan School of Public Health, Boston Amerika Serikat, selama delapan belas tahun dan dipublikasikan di Brtish Journal of Cancer mengungkapkan, kebotakan bagi beberapa pria menjadi sebuah masalah.

Kebotakan, tulis jurnal itu, menunjukkan keterkaitannya dengan kanker usus besar.

“Pola kebotakan pada laki-laki yang kebanyakan berupa kehilangan rambut, secara positif berkaitan dengan hormon androgen dan juga IGF-1 serta insulin,” kata Nana Keum seperti yang dilansir MedicalResearch.com.

“Dan semuanya berimplikasi pada patogenesis dari coloteral neoplasma,”

Coloteral neoplasma merupakan istilah lain yang merujuk pada kanker usus besar atau kolon.

Menurut Keum, secara biologis adalah wajar bila pria mengalami kebotakan maka ada kaitannya dengan gangguan kerja dari hormon.

IGF-1 adalah singkatan dari insuline-like growth factor atau senyawa tumbuh yang berfungsi atau memiliki struktur seperti insulin.

Insulin sendiri telah dikenal sebagai hormon yang berperan dalam pengendalian gula dalam darah.
Sedangkan androgen adalah hormon yang berperan dalam keberadaan tanda-tanda seksual dari laki-laki.

Dalam melakukan penelitiannya, Keum menggunakan responden yaitu pria dengan umur empat puluh lima tahun dan melakukan pengamatan pada beberapa pola kebotakan.

Pola kebotakan yang diamati Keum adalah tanpa kebotakan, botak pada bagian depan, botak depan dan botak ringan di vertex, botak depan dan botak menengah di vertex, lalu botak depan dan botak berat di vertex.

Lalu Keum menganalisis para koresponden untuk mengetahui gejala kanker yang ada pada diri mereka.

Wilayah kepala yang biasanya mengalami kebotakan didefinisikan terjadi pada beberapa lokasi.

Yang pertama adalah frontal bone atau bagian depan yang meliputi rambut depan hingga kening, lalu bagian menengah yang disebut pariental bones.

Sedangkan vertex adalah istilah untuk wilayah ubun-ubun.

“Kami menemukan bahwa orang dengan botak hanya di bagian depan, dan botak depan dan botak ringan di vertex punya keterkaitan dengan peningkatan risiko kanker usus besar hampir tiga puluh persen dibandingkan dengan yang tidak botak,” kata Keum.

“Pria dengan botak depan juga berkorelasi positif dengan adenoma kolorektal atau polip pada usus besar.”

Keum menyatakan bahwa hasil penelitian ini barulah penelitan awal dan memerlukan studi lebih lanjut sebelum berujung pada rekomendasi klinis.

Meski potensi kanker baru tiga puluh persen, namun Keum menyarankan bagi laki-laki dengan botak di depan dan atau botak di depan serta di ubun-ubun untuk berkonsultasi dengan dokter tentang pengujian di bagian kolon.

Sebuah studi lainnya mengungkapkan satu dari tujuh pasien kanker usus besar atau kanker kolorektal di AS berusia di bawah lima puluh tahun.

Hal ini memunculkan lebih banyak pertanyaan tentang mengapa makin banyak orang muda mengidap penyakit tersebut dan apa yang dapat dilakukan, demikian dilaporkan Philadelphia Inquirer.

diajarkan, kanker usus besar adalah penyakit orang tua,” kata penulis utama Samantha Hendren.

“Studi ini benar-benar merupakan wake-up call bagi masyarakat kesehatan bahwa sejumlah besar kanker usus besar terjadi pada orang berusia di bawah lima puluh tahun.”

Mereka mengetahui mengidap kanker usus besar sebagian karena dites setelah mengetahui gejalanya, seperti penyumbatan usus, pendarahan, dan anemia, sementara orang yang berusia di atas lima puluh tahun disarankan mulai menjalani screenings, ujar Hendren.

“Sayangnya, gejala-gejala ini kerap diabaikan pasien atau dokter, dianggap wasir,” kata seorang ilmuwan.

Tim Hendren mengadakan studi tersebut setelah mengetahu meningkatnya kanker usus besar di kalangan orang muda, seperti laporan Medical Daily, walau peningkatannya belum dapat dijelaskan.

Fisik yang tidak aktif, obesitas, merokok, dan “pengaruh lingkungan” adalah kemungkinan penyebabnya, kata profesor Harvard.

Lebih banyak orang muda yang melakukan screening kemungkinan akan berguna mengatasi masalah ini, walau hasilnya akan rendah karena usia di bawah lima puluhan kemungkinannya masih kecil untuk mendapat kanker usus besar.

“Ini bakal jadi perubahan besar dan mahal,” kata Hendren, yang merekomendasikan melakukan “sejumlah besar penelitian” terlebih dahulu.

Kebiasaan makan sehari-hari juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicu kanker usus besar, terutama pola makan kurang sayur dan buah.

Munculnya kanker pada usus besar bisa disebabkan oleh berbagai hal.

Kebiasaan makan sehari-hari juga ternyata bisa menjadi salah satu pemicunya.

Tak hanya itu, kurangnya konsumsi serat atau fiber yang rendah, juga bisa menjadi pemicu.

Jumlah serat yang terlalu sedikit, akan membuat ampas di usus besar berkurang sehingga gerakan usus tidak lancar.

Konsumsi kalori yang tinggi juga tidak baik. Kalori itu akan diubah menjadi lemak oleh tubuh yang pada akhirnya membuat seseorang kelebihan lemak.

Selain gaya hidup, terutama konsumsi makanan yang tidak seimbang, kanker usus besar juga bisa diakibatkan oleh kondisi lainnya.