Apakah Anda punya kebiasaan makan cepat atau lambat?
Nah, makan memang salah satu aktivitas yang paling menyenangkan.
Namun seiring dengan padatnya aktivitas yang harus dijalankan, seringkali makan dilakukan dengan terburu-buru karena yang terpenting adalah perut terisi.
Padahal, dalam upaya menjaga kesehatan tubuh, memperhatikan pola dan cara makan sama pentingnya dengan pemilihan menu yang akan Anda konsumsi.
Tentunya, setiap orang memiliki cara yang berbeda saat makan, ada yang makan dengan perlahan, ada juga yang makan dengan cepat.
Namun, apakah ada cara yang lebih baik di antara keduanya?
Pernahkah Anda bertanya mengapa Anda dapat merasakan kenyang setelah makan? Faktanya, perasaan kenyang merupakan respon yang muncul karena lambung telah terisi penuh dengan makanan.
Secara khusus, saat Anda makan, sinyal hormonal dilepaskan sebagai respon masuknya makanan ke dalam usus kecil.
Sinyal hormonal tersebut di antaranya adalah hormon cholecystokinin yang dikeluarkan usus sebagai respon terhadap makanan yang Anda konsumsi, dan hormon leptin yang dapat membuat Anda merasakan kenyang.
Sebuah studi menemukan bahwa hormon leptin dapat menguatkan sinyal hormon CCK untuk meningkatkan perasaan kenyang.
Selain itu, studi lainnya juga menemukan bahwa hormon leptin dapat berinteraksi dengan dopamin neurotransmitter di otak untuk menimbulkan perasaan senang setelah makan.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sering kali Anda dianjurkan untuk makan dengan perlahan.
Karena, makan terlalu cepat dapat membuat sistem tersebut tidak memiliki waktu yang cukup untuk bekerja secara optimal, terutama dalam memberikan respon perasaan senang dan kenyang setelah Anda makan.
Beberapa studi telah menemukan bukti bahwa makan dengan perlahan memberikan beberapa keuntungan.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Academy of Nutrition and Dietics menemukan bahwa Anda akan mengkonsumsi lebih sedikit kalori ketika makan dengan perlahan.
Akibatnya, makan dengan perlahan dapat mnegendalikan berat badan yang dapat mencegah terjadinya obesitas.
Studi yang dilakukan di Jepang juga telah menemukan adanya hubungan positif yang kuat antara kecepatan makan dengan Indeks Massa Tubuh dan obesitas.
Studi lain yang juga diterbitkan dalam Journal of Academy of Nutrition and Dietics menemukan bahwa meningkatkan jumlah kunyahan sebelum menelan makanan dapat mengurangi konsumsi makanan yang berlebih pada orang dewasa.
Bahkan, studi tersebut juga menemukan bahwa orang dengan berat badan normal cenderung mengunyah makanan lebih lambat dibandingkan dengan orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Beberapa studi tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa makan dengan perlahan dapat memberikan beberapa keuntungan terhadap kesehatan tubuh.
Ada beberapa keuntungan lainnya yang Anda dapatkan jika makan dengan perlahan:
Makan dengan perlahan memungkinkan Anda menikmati makanan yang Anda konsumsi, sehingga memungkinkan timbulnya perasaan senang setelah Anda makan dengan kenyang.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa makan dengan perlahan dapat mengoptimalkan sistem respon tubuh terhadap makanan berupa timbulnya perasaan “kenyang” setelah makan.
Sehingga, hal tersebut dapat mencegah Anda untuk ngemil terlalu sering, yang sering kali menjadi penyebab naiknya berat badan.
Ketika Anda makan, makanan yang Anda konsumsi tersebut akan bercampur dengan air liur didalam mulut yang kemudian akan dipecah menjadi bahan kimia yang lebih kecil agar dapat diserap sebagai nutrisi oleh tubuh Anda.
Tentunya, makan dengan perlahan akan membuat makanan Anda terpecah menjadi lebih halus sehingga dapat mengefisienkan metabolisme makanan dalam tubuh, karena makanan yang tidak terpecah secara halus dapat menyulitkan tubuh untuk menyerap semua vitamin, mineral, dan asam amino yang penting untuk tubuh.
Studi di Jepang menemukan bahwa makan dengan cepat berkaitan dengan terjadinya resistensi insulin, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes, penyakit jantung, dan sindrom metabolik.
Sebuah studi menemukan bahwa makan dengan cepat dapat menyebabkan terjadinya refluks asam lambung, terutama jika Anda mengalami GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease