Puasa Senin dan Kamis?
Ya, kenapa tidak!
Puasa ini sudah sangat dikenal dan tak asing lagi bagi banyak orang.
Puasa Senin dan Kamis memang termasuk dalam ajaran salah satu agama.
Namun begitu, ‘penganut’ jenis puasa ini tergolong luas dan lintas agama.
Bahkan terdapat diet dengan menganut sistem yang sama
Diet ini menuntut orang untuk menyediakan dua hari ‘puasa’ dalam seminggu.
Dikutip dari Evening Standard, mereka yang menjalani diet dituntut untuk mengurangi asupan kalori hingga separuhnya dalam dua hari diet.
Jumlah ini memang begitu kecil karena bagi wanita, kebutuhan kalori per hari mencapai seribu empat ratus sedangkan pria sebanyak seribu sembilan ratus kalori.
Baik puasa Senin dan Kamis maupun diet sama-sama memiliki prinsip serupa dan manfaat untuk kesehatan. Ada empat manfaat yang bisa dipetik dari rutin berpuasa.
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh British Journal of Nutrition, partisipan yang menjalani diet mengalami penurunan berat badan hingga lima persen.
Sebanyak dua puluh tujuh partisipan dengan obesitas dilihat kemampuan metabolisme lemak dan glukosanya selama diet.
Selama puasa, partisipan diminta untuk mengurangi asupan kalorinya hingga enam ratus kalori.
Sebanyak dua puluh persen partisipan harus mundur karena tidak kuat menjalankan diet.
Sedangkan mereka yang bertahan mampu menjalani diet selama lima puluh sembilan hari daritujuh puluh tiga hari yang ditentukan.
Dalam lima puluh sembilan hari, berat badan mereka turun hingga lima persen.
Dari penelitian serupa, periset juga menemukan tekanan darah sistolik pada partisipan berkurang hingga sembilan persen.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diterima pembuluh darah saat jantung berdetak. Mereka yang tidak menjalani diet justru tekanan darah sistoliknya meningkat hingga dua persen.
“Penurunan tekanan darah sistolik mengurangi tekanan pada arteri, berpotensi mengurangi potensi serangan jantung dan stroke,” sebut universitas dikutip dari Evening Standard.
Mark mattson, direktur Laboratory of Neurosciences di National Institute of Aging in Baltimore bersama timnya mencoba melihat dampak diet terhadap saraf.
Dilansir dari Guardian, satu hal yang mereka temukan ialah diet menyediakan ‘bahan bakar’ alternatif.
Selain itu karena mengakibatkan tekanan oksidatif ringan, diet membuat kemampuan sel saraf untuk memperbaiki kerusakan oksidatif DNA.
Diet juga melindungi otak dari risiko parkinson dan penyakit alzheimer. Diet, khususnya ketogenik, juga mengurangi risiko kejang dan meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat.
Satu hal lagi yang cukup mengejutkna ialah puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Sebuah riset yang dilakukan oleh tim Longo menyebut puasa pada pasien kanker membuat kadar sel darah putih menurun sementara, tetapi kemudian mengalami peningkatan.
Sel darah putih merupakan elemen penting dalam sistem pertahanan tubuh.
Akan tetapi, Nick Priest, dosen biologi dan biokimia Universitas Bath mengingatkan bahwa puasa dalam jangka panjang malah akan menimbulkan infeksi.
“Ini menunjukkan bahwa gejolak masa muda harus ada label peringatan.
Delapan puluh persen efek puasa tidak didapat,” katanya dikutip dari The Guardian.
Partisipan dalam riset Longo harus menjalani puasa yang ekstrem. Mereka pun tidak berolahraga seperti layaknya diet yang lain.