Siapa yang bisa membangah memasak nasi itu sulit.
Ya, memasak nasi itu memang mudah.
Paling tidak itu yang terlihat dalam kegiatan banyak orang sehari-hari.
Beras dibersihkan, taruh beras yang sudah bersih ke dalam wadah yang ada di rice cooker, campur beras dengan air sesuai takaran, tutup rice cooker, tekan tombol on, dan tunggu sampai matang.
Dan, begitu matang, tutup rice cooker dibuka ada saja yang merasa nasi menjadi lembek akibat kelebihan air dan ada pula yang kekerasan.
Tapi, apakah benarkah cara menanak nasi seperti itu?
Eksperimen baru-baru ini membuktikan metode memasak nasi yang umum, dengan hanya merebusnya di panci sampai semua air menguap, dapat memaparkan sisa-sisa racun arsenik yang mengontaminasi beras ketika tumbuh. Hal ini sebagai akibat dari pemakaian racun industrial dan pestisida.
Zat kimia itu menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker serta gangguan pertumbuhan.
Selama ini, kita percaya sisa-sisa arsenik itu hilang ketika nasi matang. Klaim itu hanya berlaku ketika beras direndam semalaman.
Andy Meharg, profesor ilmu biologi dari Queens University, Belfast menguji tiga cara pemasakan untuk program BBC. “Percayalah, saya seorang dokter yang ingin melihat apakah ini mengubah kadar arsenik di dalamnya,” katanya.
Hal itu dibenarkan editor senior Cook Illustrated dari America’s Test Kitchen sekaligus penulis The Science of Good Cooking, Dan Souza bahwa tak sedikit dari kita yang merasa sudah benar ketika masak nasi, namun hasil akhir terkadang tak sesuai harapan.
Menurut Souza, kesalahan seperti itu bisa terjadi lantaran salah dalam menilai rasio air yang dicampur bersama beras.
Souza juga mengatakan, kunci dari memasak nasi yang benar adalah meminimalkan penguapan.
Untuk memasak nasi dengan benar butuh percobaan yang berulang-ulang.
Souza pernah melakukan satu percobaan menggunakan kantong yang bisa tertutup rapat berisi satu cangkir air dan satu cangkir beras satu banding satu
Hasil akhirnya, rasio seperti ini menghasilkan nasi yang matang sempurna untuk semua jenis beras.
“Karena kunci dari menghasilkan nasi yang baik semuanya bermuara pada penguapan,” kata Souza dikutip dari Daily Mail,
Begitu juga ketika Anda memasak nasi menggunakan rice cooker di rumah. Carilah rice cooker yang benar-benar tertutup rapat.
Memasak nasi yang benar, Anda pun dapat menghasilkan nasi yang enak untuk disantap
Banyak orang menggunakan metode memasak nasi dengan cara langsung memasaknya dalam magic jar atau direbus lalu dikukus dengan dandang.
Namun, sains mengungkapkan ada cara memasak nasi yang benar dan aman bagi kesehatan.
Melansir Independent, Andy Meharg, profesor biologi di Queens University Belfast menunjukkan bahwa langsung memasak nasi dari beras dapat berbahaya bagi kesehatan.
Dalam sebuah percobaan Meharg yang ditayangkan salah satu televisi di Inggris mengungkapkan bahwa langsung memasak nasi dari beras yang hanya dicuci sekali dapat menghasilkan arsenik.
Arsenik tersebut berasal dari limbah industri atau pestisida yang digunakan oleh produsen atau pun petani untuk mengusir hama padi.
Meharg memeragakan tiga cara dalam memasak nasi.
Pada percobaan pertama, Meharg menggunakan rasio dua berbanding satu untuk beras dan air rebusan.
Ilmuwan tersebut kemudian merebus air hingga habis, cara awam yang biasa digunakan saat memasak nasi.
Namun dia menemukan ada endapan arsenik pada nasi yang sudah matang tersebut.
Dia kemudian menjalankan percobaan ke-dua, yaitu dengan perbandingan satu berbanding lima untuk beras dan nasi.
Dalam percobaan yang melimpah air rebusan ini, Meharg menemukan arsenik berkurang lima puluh persen.
Pada percobaan ke-tiga, Meharg menggunakan beras yang sudah direndam semalam dan merebusnya dengan rasio satu berbanding lima seperti pada percobaan ke-dua.
Hasil uji coba ke-tiga ini, sisa arsenik yang ada di beras berkurang hingga 80 persen.
Meharg kemudian menyimpulkan, metode mananak nasi yang baik adalah dengan merendamnya selama semalam kemudian dicuci dan dibilas hingga benar-benar bersih.
Kemudian, beras yang sudah dicuci dan dibilas itu dimasak dengan cara biasa menggunakan perbandingan air dan beras sebanyak lima berbanding satu.
Seperti ditulis Telegraph, sebagai tambahan, ada baiknya selama memasak nasi, diaduk sesekali.
Senyawa arsenik yang ada di beras dapat mematikan bila terakumulasi dalam tubuh akibat terpapar terus menerus.
Kondisi menumpuknya arsenik tersebut dapat menyebabkan keracunan yang dapat berakibat pada rusaknya sistem pencernaan, muntah, diare, kram perut, syok, koma, hingga kematian.
Orang Indonesia kalau makan tidak dengan nasi rasanya ada yang kurang. Tidak hanya Indonesia, sekitar 90 persen masyarakat Asia pun menjadikan nasi sebagai makanan pokok yang tak terpisahkan dari kehidupan.
Paling tidak ada dua alasan yang melatarbelakangi kegemaran makan nasi masyarakat Asia ini.
Pertama, nasi mudah sekali dipadupadankan dengan aneka lauk dan beragam sayur. Kedua, harga beras relatif lebih murah. Tak heran, nasi punya banyak penggemar.
Sayang, konsumsi nasi putih memiliki kelemahan bagi kesehatan terkait dengan risiko diabetes. Hal ini disebabkan nasi putih merupakan jenis karbohidrat sederhana yang mengandung kadar gula tinggi.
Selain itu, nasi pun tinggi kalori. Satu cangkir beras ketika berubah menjadi nasi berjumlah sekitar dua ratus kalori.
Tapi tenang, peneliti dari Sri Lanka menemukan cara masak nasi yang tepat agar rendah kalori.
Bahkan, ia mengungkapkan, kalori pada nasi bisa berkurang hingga 50 persen, bahkan bisa menambah beberapa manfaat kesehatan tambahan lainnya.
Lalu bagaimana caranya?
Sangat mudah.
Kita masak beras seperti biasa, namun ketika air mulai mendidih, sebelum beras dimasukkan, tambahkan minyak kelapa sekitar tiga persen dari berat beras yang akan dimasak,” terang peneliti Sudhair James saat menyampaikan risetnya di National Meeting & Exposition of the American Chemical Society
“Saat sudah matang, dinginkan dalam kulkas selama 12 jam. Itu saja,” tambahnya seperti dilansir Washington Post
Seperti dikutip dari BBC News, proses pendinginan ini penting sebab amilosa, komponen pati yang larut terhadap air, membentuk granula selama gelatinisasi.
Menurut James, nasi yang sudah didinginkan tidak akan memengaruhi tingkat resisten pati.
Kini, tim ini sedang memeriksa varietas padi terbaik dan minyak goreng jenis lain yang memiliki dampak baik lainnya.
“Penelitian ini terdengar memiliki pontensi besar, namun belum ada penelitian terhadap manusia. Saya tetap merekomendasikan orang tetap memasak nasi dengan menggunakan metode normal sampai ada informasi lebih lanjut,” terang juru bicara British Dietetic Association, Priya Tew.
Berbagai penelitian menyebutkan, mungkin saja untuk mengubah jenis karbohidrat dalam makanan dengan memodifikasi kala dimasak. Nah, sebagian besar nasi yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah karbohidrat sederhana.
“Jika bisa mengurangi karbohidrat sederhana, bisa mengurangi kalori dalam nasi. Dampaknya bisa sangat besar,” terang profesor sekaligus supervisor penelitian ini, Dr. Pushparajah Thavarajah.
Dengan memahami konsep ini James dan Thavarajva melakukan tes terhadap tiga puluh delapan varietas beras di Sri Lanka.
Hasil temuan mereka, yakni dengan menambahkan lipid dalam hal ini adalah minyak kelapa yang banyak ditemukan di Sri Lanka saat memasak nasi.
Lalu mendinginkan nasi dalam kulkas bisa mengubah komposisi kalori dalam nasi.
“Kala minyak kelapa bertemu dengan karbohidrat dalam beras itu bisa mengubah ‘arsitekturnya’, terang James.
“Lalu, proses pendinginan dapat membantu konversi karbohidrat. Hasilnya adalah nasi yang sehat, termasuk saat memanaskan kembali,” klaim James.
Dengan ditemukannya pengurangan kalori dalam nasi dengan penggunaan minyak kelapa dan pendinginan banyak harapan yang muncul bahwa hal ini bisa mengurangi obesitas yang kini sudah jadi masalah di negara-negara pengonsumsi nasi.
“Obesitas sudah jadi masalah di Asia. Kini orang makan dengan porsi yang makin besar dan besar,” terang Thavarajah.
Dengan adanya teknik ini yang kini sedang diteliti dan bereksperimen dengan minyak bunga matahari, diharapakan mampu mengurangi obesitas.
“Ini tidak hanya tentang beras, mungkin kita bisa melakukan hal yang sama untuk mengurangi kalori pada roti,” terang Thavarajah.