Mendengar musik?
Ya, itulah salah satu anjuran untuk mengusir stress Anda.
Manfaat mendengarkan musik untuk menghilangkan stres sudah tidak perlu terus dipertanyakan
Dan pertanyaan lainnya yang cukup mengusik kenapa music bisa membawa efek menenangkan bagi otak yang sedang mumet?
Apakah itu dari suara merdu dari sang biduan, lantunan melodi hasil tangan dingin si penggubah lagu, atau justru dari genre musik itu sendiri? Sains menjelaskannya untuk Anda.
Menurut laman situs “hello sehat, stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama.
Ketika stres melanda, tubuh membacanya sebagai sebuah serangan atau ancaman.
Untuk melindungi diri, tubuh akan memproduksi berbagai hormon stres, seperti adrenalin, kortisol, dan norepinefrin.
Peningkatan hormon stres dalam tubuh ini membuat Anda merasa deg-degan karena denyut jantung meningkat, napas jadi lebih cepat dan singkat, otot-otot menegang, tekanan darah naik, mudah cemas, sulit tidur, hingga sulit berpikir jernih.
Napas cepat atau hiperventilasi dapat menyebabkan serangan panik.
Para ilmuwan dari University of Missouri setuju bahwa mendengarkan musik dapat memperbaiki mood orang-orang yang mendengarkannya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Positive Psychology ini mengungkapkan bahwa perbaikan mood dan penurunan tingkat stres tampak terlihat setelah 2 minggu rutin mendengarkan musik. Kok bisa?
Begini, lantunan musik yang kita dengar diawali oleh getaran gelombang suara.
Gelombang suara ini kemudian masuk menuju telinga bagian tengah tempat bermukimnya gendang telinga, untuk selanjutnya diteruskan ke telinga dalam.
Di area telinga dalam, gelombang suara ditangkap oleh sel-sel rambut yang terdapat di dalam koklea untuk diubah menjadi sinyal listrik.
Barulah kemudian sinyal suara ini dikirim ke otak melalui serabut saraf telinga.
Di otak, sinyal listrik ini menyebar ke berbagai bagian otak dalam waktu yang bersamaan.
Pertama, sinyal listrik ini mampir ke bagian otak temporal yang bekerja untuk memproses input indra, memahami bahasa, dan mengatur emosi.
Sinyal listrik ini juga mengalir ke hipotalamus otak, tempat produksi hormon sekaligus pengatur tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh.
Saat merespon sinyal listrik tersebut, hipotalamus langsung bekerja meningkatkan mood bahagia dopamin sambil menurunkan hormon kortisol.
Itu sebabnya segala macam gejala yang menyertai stres dapat lambat laun mereda selama Anda mendengarkan musik.
Dopamin dilepaskan karena adanya bagian otak temporal yang membantu Anda memahami bahasa dan menyimpulkan arti memberikan makna yang baik terhadap musik tersebut.
Ketika Anda memahami lirik dan pesan apa yang ingin disampaikan oleh si biduan dalam lagunya, hal ini meningkatkan perasaan bahagia Anda saat mendengarkan lagu.
Selanjutnya, sinyal listrik tersebut juga masuk ke area otak yang disebut dengan serebelum. Serebelum berfungsi untuk mengkoordinasikan anggota tubuh.
Itu sebabnya ketika Anda mendengarkan musik favorit, tanpa sadar Anda ingin ikut menghentakkan kaki, mengetuk jari, atau bahkan berjoget mengikuti irama lagu yang Anda dengar.
Bagian otak lainnya yang disebut amigdala bekerja membantu mengatur emosi dan membantu membangkitkan ingatan bahagia akan lagu tersebut.
Di saat yang bersamaan, bagian otak temporal masih terus bekerja untuk menyimpan ingatan baru.
Tujuannya, agar di masa depan ketika Anda mendengarkan lagu yang sama, Anda akan otomatis mengaitkannya dengan ingatan yang menyenangkan.
Dengan demikian, terbuktilah manfaat mendengarkan musik sebagai metode murah meriah untuk menghilangkan stres. Ternyata melibatkan begitu banyak kerja bagian otak dalam satu waktu.
Manfaat mendengarkan musik ternyata juga bisa berdampak pada manajemen pengobatan gejala skizofrenia dan depresi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Torres et al, mendengarkan musik dapat membantu perbaikan fungsi sosial pada orang-orang yang mengidap skizofrenia dan depresi.
Selain karena peningkatan mood, musik dapat membantu mereka lebih bebas mengekspresikan diri mereka, membuat mereka merasa lebih rileks.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Errkila et al, pengidap depresi yang menjalani terapi musik sebagai terapi tambahan, akan mengalami perbaikan gejala yang lebih pesat daripada pasien yang hanya menerima terapi medis saja.
Musik juga kerap kali dilakukan sebagai salah cara untuk menenangkan mereka yang akan mengalami operasi atau tindakan lainnya, sehingga mereka dapat menjadi lebih rileks.