Minuman manis, kini, sudah menjadi memicu penyakit endemik di dunia. Studi terbaru yang dirilis dari “Harvard Healthy” mengingatkan sekitar 200.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia di picu oleh minuman manis. Angka ini, menurut para peneliti di lembaga itu, akan mengalami gelombang peningkatan yang besar dalam sepuluh tahun mendatang.
Publikasi itu menganalisa data yang akurasinya cukup tinggi, dan mengaitkan kematian akibat minuman manis. Dari data itu 133.000 kematian akibat diabetes, 44.000 kematian akibat penyakit jantung, dan 6.000 kematian akibat kanker. Sebanyak 78 persen dari kematian tersebut terjadi di negara berpendapatan rendah hingga sedang, dan sisanya di negara-negara kaya.
Di Indonesia, menurut catatan, kematian akibat diabetes terus mengalami peningkatan bersamaan dengan penyakit stroke dan jantung koroner. Penyakit diabetes yang disebabkan oleh pola makan yang salah merupakan yang terbesar pemicu kematian. Selebihnya akibat factor genetik.
Meskipun belum dapat dibuktikan dalam hubungan sebab-akibat, minuman manis diketahui berkontribusi pada penambahan berat badan sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, dan bahkan beberapa jenis kanker.
Dalam peta penyakit akibat minuman lembaga prestise di bidang penelitian kesehatan itu mengindikasikan, negara-negara di Amerika Latin dan Karibia hingga kini memiliki kematian akibat diabetes tertinggi yang berkaitkan dengan minuman manis. Rusia Timur dan Tengah memiliki jumlah kematian yang akibat penyakit jantung terbesar.
Dan Meksiko yang merupakan negara dengan tingkat konsumsi minuman manis tertinggi di dunia memiliki tingkat kematian keseluruhan terbesar. Di Meksiko, ada 318 kematian per satu juta orang dewasa setiap tahunnya yang berkaitan dengan konsumsi minuman manis.
Jepang merupakan negara yang populasinya paling sedikit mengonsumsi minuman manis memiliki tingkat kematian terendah yaitu 10 kematian per satu juta orang dewasa.
“Karena kami memfokuskan pada penyakit kronis maka studi kami berfokus pada orang dewasa,” ujar ketua peneliti Gitanjali Singh dari Harvard School of Public Health di Boston. Temuan ini dihadirkan dalam pertemuan epidemiologi dan pencegahan/nutrisi, aktivitas fisik, dan metabolisme yang diselenggarakan American Heart Association.
Selain memicu diabetes maupun, jantung minuman manis juga menjadi penyebab kegemukan. Di Amerika Serikat peningkatan kegemukan akibat minuman manis ini sudah menjadi epidemi atau wabah yang meluas. Minuman yang mengandung gula tinggi, termasuk soda, diduga menjadi penyebabnya.
Sebuah penelitian berskala besar dan jangka panjang yang melibatkan lebih dari 33.000 orang AS menunjukkan bukti nyata bahwa minuman manis yang berinteraksi dengan gen yang memengaruhi berat badan akan meningkatkan risiko obesitas.
Pengaruh minuman manis bahkan lebih besar dibanding faktor keturunan. Ini berarti minuman tersebut berbahaya bagi orang-orang dengan gen yang rentan kegemukan. Celakanya, hampir sebagian besar orang memiliki gen tersebut.
Kabar baiknya, dua penelitian menunjukkan memberikan minuman alternatif yang bebas kalori kepada anak-anak dan remaja cukup efektif untuk mencegah kenaikan berat badan. Para peneliti juga menyimpulkan, minuman manis merupakan faktor penyebab kegemukan yang tidak terkait dengan makan berlebih atau kurang berolahraga.
Konsumsi minuman manis, termasuk soda, jus buah, dan sport drink yang ditambah gula, di AS meningkat dua kali lipat dibanding dengan tahun 1970-an. Jumlah orang yang obesitas juga meningkat dua kali lipat.
Selain faktor hobi mengasup minuman manis, faktor lain yang juga berpengaruh pada kegemukan adalah kurang bergerak dan mengonsumsi makanan tinggi kalori.