Siapa bilang nasi goreng tidak uenak..
Tapi… Ya ada tapinya. Minyaknya itu lho!
Dan minyak yang “membasuh”nya nasi goreng itu yang sulit untuk dilawan oleh kemauan dan nafsu mengasupnya..
Dan siapa pula yang tidak tahu nasi goreng adalah menu andalan banyak orang.
Makanan ini biasa dinikmati saat sarapan atau makan malam karena rasanya yang sedap dan gurih.
Tapi, kandungan minyak di dalam nasi goreng sangat tidak mengenakkan untuk tubuh. sehingga mengonsumsinya secara berlebihan dapat menyebabkan kelebihan asupan kalori.
Para spesialis gizi klinik selalu mengingatkan tentang kealpaan banyak orang tentang minyak dalam makanan yang dikonsumsi.
Padahal, makanan berminyak termasuk nasi goreng bisa mengandung kalori dua kali lipat daripada makanan yang sama dengan cara memasak yang berbeda.
Misalnya kerupuk, bahan dasarnya hanya mengandung 10 kalori, namun ketika kerupuk digoreng, minyak akan melekat dan menambah kalori sebanyak 9 kalori. Sehingga totalnya adalah 19 kalori, hampir dua kali lipatnya”
Kandungan minyak pada nasi goreng termasuk tinggi karena dimasak menggunakan minyak goreng atau mentega. Jika dipanaskan, kedua bahan tersebut akan berubah menjadi lemak jenuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit, misalnya penyakit jantung dan stroke.
Belum lagi risiko kegemukan.
Konsumsi minyak pada setiap kali makan tidak boleh lebih dari ukuran satu ibu jari. Jika sudah lebih dari itu maka dapat dikatakan makanan yang dimakan sudah mengandung lemak yang berlebihan.
Lemak, sebaiknya dikonsumsi dalam bentuk mentah, misalnya tambahan minyak zaitun pada sambal atau salad.
Konsumsi minyak dalam bentuk gorengan akan menambah asupan kalori yang seharusnya dapat diganti dengan pangan lain yang lebih bergizi, misalnya diganti dengan sayuran dan lauk yang mengandung protein.
Karena itu, disarankan untuk membatasi konsumsi nasi goreng dan makanan yang digoreng lain. Sebaliknya, cara memasak makanan dapat diganti dengan yang lebih sehat, seperti dikukus, direbus, disangrai, atau ditumis dengan sedikit minyak.