Menjauh dari penyakit gula? Salah satu upaya yang harus Anda tempuh, hindari kerja malam. Kerja malam, menurut penelitian terbaru dari sebuah tim ilmuwan ikut menyumbang “wabah” penyakit diabetus tipe dua, selain pola makan yang salah dan faktor turunan atau genetik.
Jatah kerja shift malam, menurut penelitian itu, harus diwaspadai dengan cermat. Pekerjaan malam telah lama diketahui bisa membuat berantakannya pola tidur seseorang. Berantakannya pola tidur inilah yang menghubungkannya dengan resiko datangnya diabetes tipe 2.
Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari Brigham & Women’s Hospital dan Harvard Medical School, AS, seperti kutip Timesofindia, Jumat, dalam studi ini, peneliti melibatkan tiga belas partisipan dewasa yang sehat, tidak obesitas dan tidak mempunyai riwayat perubahan shift kerja.
Partisipan diminta menyelesaikan dua macam simulasi; kerja di siang hari dan kerja di malam hari masing-masing selama delapan hari. Simulasi ini dimulai dengan empat hari kerja biasa, kemudian diikuti dengan satu hari shift kerja siang atau shift malam secara acak.
Menu makan yang digunakan partisipan bersifat isokalori (jumlah kalorinya sama namun jenis dan susunan makanannya berbeda), termasuk makanan standar pada hari pertama dan ketiga shift siang/malam untuk mengetahui kadar serum glukosa partisipan berikut respons insulinnya.
Setiap partisipan mulai makan pada pukul 8 pagi untuk shift siang atau pukul 8 malam bagi shift malam dan diharuskan menyelesaikan makan dalam waktu 20 menit. Sampel fasting blood sugar (kadar gula darah setelah berpuasa atau tak makan apapun semalaman) partisipan juga diambil sebelum makan. Lalu sampel gula darah berikutnya juga diambil setiap 10 menit selama 90 menit, kemudian setiap 30 menit selama 90 menit.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa kadar glukosa puncak pada pekerja shift malam 16 persen lebih tinggi dalam semalam dibandingkan dengan seharian kerja shift siang. Selain itu, ketika dibandingkan dengan kadar insulin selama shift siang, kadar insulin selama shift malam 40-50 persen lebih tinggi dalam kurun waktu 80-90 menit setelah makan.
“Begitu mengejutkan ketika kami mengetahui bahwa shift malam sekali saja sudah dapat mengganggu toleransi glukosa seseorang secara signifikan sehingga meningkatkan kadar insulinnya,” kata ketua tim peneliti Christopher Morris, peneliti dari Medical Chronobiology Program of the Division of Sleep Medicine, Brigham & Women’s Hospital.
“Namun temuan ini dirasa penting karena mendemonstrasikan, di bawah kondisi lab yang sangat terkontrol, bahwa paparan akut dari kerja shift malam dapat mengganggu toleransi glukosa seseorang. Padahal gangguan toleransi glukosa kronis cenderung menyebabkan munculnya penyakit diabetes tipe 2,” lanjutnya.
Pada tahun 2009, tim peneliti dari Faculty of Medicine, Universite Laval, Kanada menemukan bahwa orang yang terlalu banyak tidur atau kurang tidur berisiko lebih tinggi untuk mengidap diabetes tipe 2 atau gangguan toleransi glukosa. Bahkan risikonya 2,5 kali lebih tinggi pada orang yang tidur kurang dari tujuh jam atau lebih dari 8 jam setiap malamnya.