Setiap orang bisa mengalami depresi di segala usia. Apa yang mengakibatkannya belum diketahui pasti, tapi ahli kesehatan mental sedunia sepakat bahwa ada sejumlah faktor risiko penyebab depresi yang paling umum.
Beberapa di antaranya bahkan tidak selalu bisa dicegah.
Apa saja?
Depresi adalah salah satu penyakit mental yang paling umum terjadi di masyarakat. Namun, tidak ada penyebab pasti dari depresi. Hal ini biasanya merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor kompleks yang meliputi
Faktor genetik.Memiliki orangtua atau saudara kandung pengidap depresi dapat meningkatkan risiko Anda juga mengalami depresi.
Faktor biologis. Depresi bisa terjadi akibat kadar serotonin dalam otak yang tidak mencukupi. Kondisi ini dikenal sebagai depresi klinis.
Jenis kelamin wanita. Wanita dua kali lipat lebih mudah kena depresi karena perubahan hormon yang terjadi selama hidupnya. Seperti saat menstruasi), kehamilan, melahirkan, dan perimenopause. Biasanya, risiko depresi pada wanita akan menurun setelah lewat usia menopause.
Pola makan buruk. Kekurangan vitamin dan mineral tertentu dapat memicu gejala depresi.
Mengidap penyakit fisik kronis.
Pikiran dan tubuh Anda saling terikat. Pada kebanyakan kasus, stres dan rasa sakit berkelanjutan dari penyakit kronis dapat menjadi penyebab depresi berat. Selain itu, penyakit tertentu, seperti gangguan tiroid, penyakit Addison dan penyakit hati, juga dapat memunculkan gejala depresi.
Trauma psikis yang terjadi saat masa kanak-kanak, seperti pelecehan seksual, kehilangan orangtua, atau perceraian orangtua.
Penyalahgunaan obat. Obat-obatan dan alkohol dapat memicu depresi. Bukan cuma golongan narkoba, tapi juga obat resep. Beberapa obat resep yang terkait dengan gejala depresi termasuk antikonvulsan, statin, stimulan, benzodiazepine, kortikosteroid, dan beta-blocker.
Stres berat dan kronis. Para peneliti menduga kadar hormon kortisol yang terus-terusan tinggi dapat menekan kadar serotonin dan akhirnya memicu gejala depresi.
Memendam emosi. Memendam emosi setelah kehilangan orang yang dicintai atau dikhianati seseorang bisa membuat Anda menjadi depresi.
Faktor lingkungan,misalnya lingkungan pekerjaan. Stres di kantor terkadang juga bisa memicu munculnya depresi.
Penderita depresi sering kali terlihat normal — bahkan ceria — pada kebanyakan waktu mereka beraktivitas. Namun bagi beberapa orang, gejala depresi mereka bisa kambuh hanya di malam hari.
Depresi adalah gangguan mental yang berbeda dengan stres dan tidak boleh disepelekan. Lantas, apa penyebab kambuhnya depresi di malam hari? Apakah gejalanya berbeda dengan depresi pada umumnya?
Setelah menjalani banyak kesibukan di sana-sini sepanjang hari, sebagian besar orang akan memanfaatkan waktu kosong di malam hari sebelum tidur untuk leyeh-leyeh bersantai merilekskan pikiran. Namun pada beberapa orang yang memiliki depresi, suasana tenang dan sepi ini bisa memicu kambuhnya gejala depresi di malam hari akibat minimnya aktivitas menjelang waktu tidur.
Menjelang malam hari, kegiatan yang bisa dilakukan akan semakin sedikit karena waktu yang terbatas juga respon alami tubuh yang minta beristirahat.
Minimnya aktivitas di malam hari menyisakan banyak waktu untuk otak merenung. Pikiran yang dibiarkan mengawang tanpa fokus bisa memicu timbulnya rasa kesepian di malam hari yang membuat otak tidak mampu mengendalikan pikiran dan emosi negatif, seperti kekecewaan, ketakutan, hingga kenelangsaan dan keputusasaan, yang menyebabkan kambuhnya gejala depresi.
Terlebih, sebuah penelitian dari Inggris melaporkan bahwa rasa kesepian bisa menyebabkan Anda sulit tidur nyenyak, yang bisa memperburuk gejala depresi di malam hari.
Semakin lama Anda terjaga di malam hari, semakin banyak waktu bagi otak untuk terus fokus memikirkan hal-hal negatif yang ditakutinya. Semakin otak sibuk berpikir yang tidak-tidak, semakin sulit Anda untuk tidur nyenyak. Insomnia telah dilaporkan dapat memperburuk gejala depresi.
Itu kenapa orang yang depresi cenderung jarang merasakan gejalanya pada siang hari saat mereka sedang sibuk. Berbagai kesibukan di siang hari membuat gejala depresi lebih terkendali karena otak mereka terus dipaksa fokus untuk mengerjakan atau memikirkan hal-hal lain.
Gejala depresi di malam hari juga bisa kambuh akibat tubuh yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari seperti waktu beraktivitas di siang hari.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kekurangan sinar matahari cenderung lebih rentan depresi dan sering mengalami gangguan emosi.
Seperti yang telah diketahui, paparan sinar matahari merupakan sumber terbesar dari vitamin D yang baik tubuh. Asupan vitamin D yang mencukupi dapat membantu meringankan depresi.
Selain itu, sinar UV matahari juga merangsang sel keratinosit pada kulit untuk membuat beta-endorphins, hormon yang membuat suasana hati Anda menjadi lebih baik. Hormon serotonin yang juga membantu meningkatkan mood serta stamina tubuh juga bereaksi positif terhadap sinar matahari.
Yang terjadi pada malam hari justru sebaliknya. Suasana tenang, sejuk, dan gelap memicu tubuh untuk meningkatkan produksi hormon melatonin yang menyebabkan Anda akan lebih merasa cepat ngantuk dan lelah setelah matahari terbenam. Mood yang melankolis di malam hari inilah yang bisa memicu kambuhnya depresi.
Siapa, sih, yang tidak pernah menonton TV, buka laptop, atau main HP sebelum tidur? Rasanya hampir semua orang pasti pernah melakukan ini setidaknya sekali seumur hidup. Meski begitu, kebiasaan ini tampaknya harus dihentikan terutama apabila Anda memiliki depresi.
Dilansir dari Healthline, paparan cahaya biru dari layar gadget di malam hari tidak hanya membuat Anda jadi sulit tidur, tapi juga berisiko menyebabkan depresi kambuh.
Saat Anda menghabiskan waktu untuk nonton TV atau main HP sebelum tidur, pancaran sinar terang dari layar meniru sifat cahaya alami matahari yang malah bikin Anda tambah semangat karena tubuh meningkatkan produksi hormon stres kortisol. Kadar kortisol yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan gejala depresi di malam hari terjadi semakin parah.