Aneh rasanya saat perut masih meronta minta makan meski belum lama sepiring nasi Padang sudah disantap. Pengalaman ini tampaknya dialami sebagian banyak orang.
Tak sedikit orang yang merasa lapar tanpa henti. Rasa lapar bahkan tetap muncul meski perut baru saja diisi. Jangan heran, sebab tak semuanya rasa lapar berasal dari perut yang meronta.
Psikolog Susan Albers mengatakan, manusia dikelilingi makanan selama 24 jam dan dibanjiri rasa stres serta emosi. “Mayoritas, semua kegiatan makan dipicu emosi,” ujar dia.
Saat emosi terus memicu, tak aneh jika rasa lapar tak kunjung hilang. Selain emosi, beberapa hal juga menyebabkan rasa lapar tak kunjung berhenti. Berikut mengutip jurnal kesehatan Prevention.
Rasa lapar setelah makan bisa disebabkan oleh asupan makanan yang kurang lengkap. Ahli gizi Alexandra Sowa mengatakan, untuk merasa kenyang lebih lama, Anda perlu menyertakan beragam nutrisi pada makanan termasuk protein, lemak sehat, dan serat.
“Makanan yang dipenuhi serat seperti sayuran dengan kepadatan tinggi dan karbohidrat kompleks seperti oatmeal memberi muatan pada lambung dan saluran pencernaan, sekaligus membuat Anda kenyang lebih lama,” jelas Sowa.
Stres membuat tubuh bereaksi dengan rasa lapar. Saat stres, kata Sowa, produksi hormon kortisol dan grelin meningkat hingga menimbulkan rasa lapar.
Mereka yang lapar karena stres umumnya akan mencari makanan dengan kandungan karbohidrat.
Albers merekomendasikan untuk melakukan relaksasi terlebih dahulu atau dengan berjalan-jalan di area hijau demi menghindari aktivitas makan yang dipicu stres.
Menengok ragam foto makanan di media sosial seperti Instagram hanya akan membuat Anda lapar. Sejumlah riset mengamini hal tersebut.
“Semakin Anda mulai membayangkan makanan, seperti aroma dan rasanya di mulut, semakin Anda menginginkannya,” ujar Albers.
Pernah menggigit roti sembari menyetir atau makan nyaris tanpa mengunyah karena takut telat kerja? Diakui atau tidak, kebiasaan ini akan membuat Anda merasa lapar beberapa waktu setelahnya.
Sebuah riset menemukan, saat wanita mengonsumsi sereal seraya berjalan, mereka makan kalori lima kali lebih banyak saat santap berikutnya.
“Anda tidak fokus atas apa yang Anda makan, Anda terdistraksi,” ujar Albers. Dia menyarankan untuk mengambil waktu santai dan rileksasi sebelum aktivitas makan dimulai.
Ada hubungan antara rasa bosan dengan kebiasaan makan yang buruk. Saat semua orang merasa sibuk, Anda akan cenderung mencari makan sebagai pengganti teman.
Albers mengingatkan untuk pandai membedakan antara rasa lapar dan rasa bosan. “Saat Anda bosan, Anda tidak benar-benar lapar untuk sesuatu yang spesifik,” kata dia.
Selain penyebab-penyebab di atas, rasa lapar menerus juga terjadi akibat kondisi resistensi insulin. Hal ini mengarah pada penyakit diabetes tipe-2.
Resistensi insulin adalah kondisi saat sel tubuh tidak bereaksi terhadap insulin sebagaimana harusnya. Pankreas akan memompa lebih banyak insulin untuk menyerap glukosa. “Insulin berlebih mendorong tubuh untuk makan lebih banyak,” jelas Sowa.
Penulis Mindful Eating: A Guide to Rediscovering a Healthy and Joyful Relationship with Food, Jan Chozen Bays, mengatakan ketika indera manusia diaktifkan oleh makanan. Lalu, tubuh merespons dengan memasukkan makanan ke dalam mulut meski kita tidak lapar.
” Rasa lapar ini ini muncul sebagai sensasi, pikiran, dan bahkan emosi dalam tubuh, pikiran, dan hati kita seperti disampaikan,” kata Bays,
Lantas bagaiman cara mengenai rasa lapar dan cara mengatasinya?
Mata memiliki kekuatan untuk meyakinkan pikiran untuk mengabaikan sinyal dari perut dan tubuh. Bays mengatakan orang umumnya memutuskan berapa banyak makanan yang akan mereka makan berdasarkan umpan balik dari mata.
Sebuah penelitian yang dijelaskan dalam buku Brian Wansink, Mindless Eating: Why We Eat More Than We Think mengungkap popcorn seember ukuran besar, orang-orang mencelupkan dua puluh satu kali lebih banyak dan makan seratus tujuh puluh tiga kalori lebih banyak daripada orang-orang dengan ember berukuran sedang.
Ketika tergoda makanan, coba beri ‘makan’ mata lapar dengan sesuatu yang menarik atau indah seperti lukisan, orang lain di restoran atau daun di pohon di luar. Kamu mungkin terkejut mendapati ‘rasa lapar’ sudah mereda.
Hidung kita selalu memburu, itu sebabnya ketika dikelilingi makanan di tempat-tempat selain restoran, seperti pekerjaan, di rumah, dan bahkan ketika kita duduk di luar, otak terus-menerus ‘diyakinkan’ untuk makan.
Sebelum makan, dekatkan piring ke hidung dan tarik napas dalam-dalam. Cobalah untuk mencium sebanyak mungkin bahan makanan dalam makanan. Saat makan, terus waspada dengan aroma (atau rasa). Setelah itu, duduk dan perhatikan berapa lama kamu bisa mencicipi makanan.
“Percaya atau tidak, perut tidak memberi tahu kita saat lapar. Kita memberi tahu perut kapan harus lapar,” kata Bays.
Ketika makan tiga kali sehari, perut akan menggeram jika tidak diberi makan sesuai jadwal. Penting untuk mendengarkan ketika seluruh tubuh benar-benar lapar dan tidak makan hanya karena itu adalah ” waktu” untuk makan.
Kita juga harus belajar untuk membedakan antara rasa lapar yang sebenarnya dan perasaan yang membingungkan seperti gastroesophageal reflux dengan kecemasan. Seringkali, kita makan untuk memadamkan perasaan tidak nyaman ini dan itu hanya memperburuk masalah.
Parhatikan kondisi perut di siang hari. Ketahui bagaimana perasaan saat perut kenyang. Ketika merasa lapar, tunda makan sampai benar-benar kenyang. Bisa jadi kamu hanya sedang stres atau bosan.