“Saya baru di balon,” ujar seorang teman ketika kami bertemu di sebuah perhelatan. Nadanya tanpa kecemasan. Ia mengunci dengan kalimat,”Sudah manula.” Di kesempatan yang lain, seorang teman sekolahan, yang tentu saja sama-sama manula, bersua usai menunaikan shalat di sebuah masjid. Ia bercerita tentang operasi “by pass” yang baru saja dilewatinya dengan sukses.
Baik teman yang di “balon” atau pasang “ring” maupun yang di”by pass” tak merasa gelisah dengan apa yang mereka alami. Keduanya santai-santai saja dengan kesehatannya. Paling dengan bergurau mereka mengatakan,”Sudah mesin tua.”
Tentu saja cerita kedua teman itu berawal dari serangan jantung dan gangguan jantung lainnya yang mereka alami. Kedua kasus dari kedua sang teman dapat terjadi akibat penyempitan atau tersumbatnya arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung. Karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk memberi jalan agar darah kembali menuju otot jantung.
Baik bedah bypass atau pemasangan ring (stent) sama-sama bertujuan untuk melancarkan aliran darah ke bagian jantung. “Keduanya bisa dilakukan tergantung pada kondisi kesehatan pasien,” seperti kata dr Ronald Winardi, spesialis bedah jantung.
Pemasangan ring (stent) dilakukan melalui kateter yang diarahkan ke bagian arteri yang mengalami penyempitan. Kemudian balon dikembangkan sehingga arteri pun melebar.
Sementara itu, bypass merupakan prosedur untuk menyediakan jalan pintas. “Jalan pintas ini memiliki rute dari pembuluh darah arteri yang terhalang timbunan lemak ke aorta,” kata Ronald.
Kebanyakan arteri yang dipakai diambil dari bagian tubuh lain. “Biasanya berasal dari betis,” imbuhnya.
Pemasangan ring pada dasarnya lebih cocok pada pasien yang mengalami sumbatan pada satu atau dua pembuluh darah, sementara pasien yang beberapa arterinya tersumbat lebih baik dilakukan tindakan bypass.
Dibandingkan dengan pemasangan ring, tindakan bedah bypass lebih sering dilakukan. Hasil studi “Arterial Revascularization Therapy Studi” tahun 2011 menunjukkan, 16,8 persen pasien yang melakukan pemasangan ring harus menjalani operasi yang kedua kalinya. Sedangkan pada kelompok yang mendapatkan bedah bypass hanya 3,5 persen.
Adapun kelompok yang menjalani bedah bypass memiliki angka harapan hidup 87,8 persen, sementara yang melakukan pemasangan ring sekitar 73,8 persen dalam setahun pasca-tindakan.
“Bedah bypass memiliki peluang menutup kembalinya pembuluh darah lebih kecil,” katanya.
Untuk mengetahui apakah terkena gejala serangan jantung dari banyak tanda-tandanya, salah satunya yang umum adalah, nyeri dada dan rasa sesak.
Spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah dr. Muhammad Zaini, Sp.JP (K), mengatakan, sebenarnya tidak ada gejala yang khas dari serangan jantung. Namun rasa sakit di dada tengah atau kiri menjadi gejala yang paling sering dikenali.
“Rasa sakit ini bisa menyebar ke daerah lain. Namun rasa sakit ini berbeda dengan rasa pegal atau masuk angin,” kata Zaini pada seminar awam ‘Penyakit Jantung Bisa Diobati’, yang diadakan RS. Premier.
Rasa sakit ini disertai dapat sesak nafas yang dapat menyebabkan penderita mengalami kematian mendadak. Rasa sakit di dada bagian tengah atau kiri disebabkan oleh aliran darah yang mengalir cepat pada pembuluh darah yang sempit.
Sempitnya pembuluh darah pada penderita penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan “bisul” yang banyak ditemukan pada saluran darah bagian dalam. “Bisul” ini berisi kapur, lemak, atau kolesterol.
Zaini mengatakan, 90 persen penyakit jantung disebabkan banyaknya “bisul” atau “benjolan” di pembuluh darah bagian dalam. “Bisul” yang pecah mengakibatkan darah menggumpal, dan mengahalangi aliran pembuluh koroner ke dalam jantung. Akibatnya, jantung kekurangan pasokan nutrisi dan oksigen.
Sehingga, beberapa otot jantung mati dan tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pompa darah. Keadaan ini sering disebut sebagai gagal jantung. Rasa sakit ini memberikan sensasi seperti ditekan, atau terkena benda tumpul. Debaran jantung saat serangan menjadi tidak beraturan. Penderita juga seringkali mengeluarkan banyak keringat, yang disertai mual atau muntah.
Menurut Zaini, gejala serangan jantung sering salah dikenali sebagai penyakit maag atau masuk angin. Terutama bila rasa sakit menjalar ke leher, lengan dan ulu hati. Meski, rasa sakit akibat serangan jantung bisa juga menjalar ke rahang.
“Perbedaan ada pada aktivitas yang dilakukan sebelumnya. Bila rasa sakit hilang setelah istirahat, maka itu disebabkan serangan jantung. Yang penting bedakan kapan dan bagaimana rasa sakit datang. Kalau berulang dan datang saat usai kerja berat, segera cek ke dokter,” ujarnya.