“Stress?” tulis “reader digest,” jangan panik
Cari air putih lantas minum.
Dan stress Anda pasti mereda.
Ya, mungkin Anda mungkin sudah hapal beberapa gejala stres seperti sakit kepala, sulit berkonsentrasi, atau timbul jerawat.
Tapi, tahukah Anda bahwa dehidrasi dan stres juga berkaitan?
Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal, memproduksi hormon yang mengatur sistem imun, metabolisme, dan fungsi penting lainnya.
Salah satu dari hormon itu adalah kortisol, yang memberi kita energi untuk menghadapi stres atau takut.
stres yang berlangsung lama ternyata juga berpengaruh pada kelelahan di kelenjar adrenal, sehingga organ ini menurun fungsinya.
Akibatnya jumlah hormon yang diproduksi berkurang, termasuk aldosterone yang mengatur kadar cairan dan elektrolit di tubuh.
Bila aldosterone yang diproduksi sedikit, maka kadar elektrolit berkurang dan kita pun lebih gampang dehidrasi.
Ditambah lagi, dehidrasi akan meningkatkan hormon stres, kortisol.
Peningkatan kadar kortisol sebenarnya tak selalu buruk, namun menjadi masalah jika tubuh kita tidak bereaksi pada stres tersebut.
Dalam jangka panjang hal ini bisa menyebabkan berbagai gangguan mental seperti depresi.
Itu sebabnya, saat merasa sedang stres, tarik napas dan minumlah air. Menambah cairan tubuh bisa mengurangi stres secara cepat.
Tapi, jika kondisi ini berulang kali terjadi, mungkin Anda perlu mencari cara lain menghadapi stres, atau bahkan minta bantuan ahli.
Stress memang dapat membuat tubuh kena gangguan
Tidak terkecuali dengan masalah jantung.
Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan penjelasan ilmiah mengenai bagaimana stres bisa menyebabkan masalah pada jantung.
Penelitian ini melibatkan tiga ratus orang dan dipantau selama empat tahun.
Para peneliti itu memantau kegiatan yang terjadi pada amygdala, sebuah bagian pada otak yang berkaitan dengan stres, sumsum tulang belakang, dan peradangan dalam pembuluh darah.
Dari situ ditemukan bahwa makin aktif amygdala, makin besar risiko seseorang terkena masalah jantung.
“Makin tinggi tingkat stres seseorang, amygdala akan semakin aktif,” ujar Ahmed Tawakol, M.D selaku ketua tim peneliti ini.
Kondisi ini menciptakan efek domino. Ketika amygdala aktif akibat stres, sumsum tulang belakang akan mengeluarkan zat imun untuk melawan stres tersebut.
Tapi meningkatnya produksi zat imun tersebut membuat peradangan. Kondisi ini bisa merusak pembuluh darah dan menyebabkan masalah pada jantung.
Peradangan membuat dinding pembuluh darah menipis. Akibatnya jadi mudah pecah.
Sebetulnya, tubuh merespon kondisi ini dengan menciptakan bekuan untuk mencegah pembuluh darah pecah. Tapi respon tubuh ini justru berdampak pada urusan jantung.
“Penting dicatat bahwa penelitian ini hanya menunjukkan kaitan antara satu hal dan lainnya, bukan menyebut secara pasti kalau stress menyebabkan amygdala aktif lalu menyebabkan masalah jantung,” ujar Tawakol.
Tapi, lanjut Tawakol, ini merupakan petunjuk yang sangat kuat. Jadi, ada baiknya seseorang mulai menangani stres sebelum berubah menjadi penyakit.
Stres memang menjadikan irama jantung terganggu
Dan tak banyak orang yang tahu mengapa hal itu bisa terjadi
Sebuah sumber mengungkapkan, stres itu merangsang pengeluaran hormon yang memicu impuls listrik di jantung.
Pada dasarnya seluruh sel jantung mampu mengeluarkan listrik. Kalau sumber listrik tersangsang berlebihan saat stres berat, bisa membuat banyak sumber listrik
Sumber listrik di jantung seharusnya hanya satu sehingga organ ini berdetak dengan normal.
Namun, pada kondisi fibrilasi atrium, sumber listrik jantung menjadi sangat banyak sumber listrik di serambi kiri jantung.
Hal ini menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur, bisa terlalu cepat atau lambat.
Sumber listrik jantung seolah berkompetisi sehingga membuat darah di jantung seperti diputar-putar atau dikocok.
Akibatnya, terjadi penggumpalan darah yang sering kali tak disadari.
Bahayanya, gumpalan darah bisa menyumbat pembuluh darah.
Jika dibiarkan, FA bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti stroke, serangan jantung, dan gagal jantung.
Pada kasus stroke, gumpalan darah di jantung bisa keluar menuju otak dan menyumbat pembuluh darah di otak.
Untuk itu, stres maupun depresi harus dihindari.
Tak hanya memicu terjadinya gangguan irama jantung, stres juga bisa menurunkan sistem imun tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
Kenali juga gejala FA dan faktor risikonya untuk mencegah komplikasi peyakit.