“Wabah” darah tinggi di negeri ini, seperti diungkapkan dari riset terbaru, sudah melebihi dari angka seperempat persen dari penduduknya.
Dari jumlah penderita sebesar itu berapa persen yang menyadarinya?
“Cuma empat puluh persen,” tulis hasil riset itu. Sedangkan selebihnya, enam puluh persennya tidak menyadari menderita hipertensi.
Terhadap wabah ini , walau tidak menimbulkan keluhan, tapi tekanan darah lebih dari normal adalah kondisi yang harus diwaspadai.
Bila tidak dikendalikan, hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah.
Salah satu cara mencegah bahaya hipertensi adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin serta mengenali apa saja faktor yang bisa menyebabkan tekanan darah kita melonjak.
Pertama hipertensi primer yang juga disebut dengan hipertensi esensial, Tipe hipertensi ini tidak memiliki penyebab yang spesifik dan mudah dikenali.
Sebagian besar dipicu oleh faktor lingkungan, genetik, dan juga bertambahnya umur.
Kedua, . hipertensi sekunder. Ini merupakan kenaikan tekanan darah yang dipicu oleh penyakit lain yang diderita seseorang.
Pada wanita, hipertensi tipe ini juga bisa muncul karena kehamilan.
Pada umumnya tekanan darah kembali normal jika penyakit penyebabnya diobati.
Penyebab hipertensi lainnya bisa juga datang dari kecanduan alkohol.
Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang akan meningkatkan tekanan darah.
Kalori dari alkohol juga bisa menyebabkan kenaikan berat badan, di mana kegemukan juga jadi faktor pemicu hipertensi.
Mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan, seperti antidepresi, kafein, pil KB, obat migrain, dan obat anti-peradangan, juga bisa meningkatkan tekanan darah.
Penyebab utama hipertensi sekunder adalah sleep apnea atau henti napas berulang saat tidur akibat mendengkur.
Kelebihan lemak di tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan itu.
Kerja berlebih dari jantung itu pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Pola makan buruk.
Jika seseorang mengonsumsi makanan mengandung sodium tinggi, makanan berlemak, atau minuman berkafein, risiko mengalami hipertensi meningkat.
Bisa juga dari gaya hidup kurang gerak.
Gaya hidup sedentari yang dicirikan oleh kurang aktivitas fisik juga menjadi penyebab utama hipertensi.
Para perokok juga beresiko menderita hipertensi.
Kandungan nikotin dalam rokok lama kelamaan menyebabkan pembuluh darah menyempit dan keras.
Kondisi ini membuat jantung harus memompa lebih berat dan memicu hipertensi.
Dokter spesialis saraf Yuda Turana mengatakan, hipertensi sering menjadi silent killer atau pembunuh diam-diam.
“Disebut silent killer karena banyak yang tidak sadar, diam-diam sudah tahap gagal ginjal, stroke, atau jantung,” ujar Yuda
Tingginya tekanan darah dapat penyebabkan pembuluh darah pada ginjal terus tertekan dan lama-kelamaan rusak. hipertensi dapat menghambat proses penyaringan dalam ginjal bekerja dengan baik. Fungsi ginjal pun menurun.
Selain itu, hipertensi juga bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya stroke, yaitu kematian jaringan di otak karena kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan ginjal hipertensi, Tunggul D Situmorang, mengatakan, kebanyakan kasus hipertensi tidak memunculkan gejala sehingga disebut silent killer.
Dalam beberapa kasus, pasien biasanya merasakan gejala saat tekanan darahnya naik, seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, jantung berdebar-debar, sulit bernapas, dan mudah lelah.
Namun, gejala tersebut sering kali tak disadari sebagai hipertensi.
Tunggul menjelaskan, tekanan darah normal tidak lebih dari standarnya.
“Jadi, sekarang seharusnya rutin periksa tekanan darah sendiri di rumah.
Lakukan saat sedang tenang. Harus konsisten,” ujar Tunggul.