Pembalap Repsol Honda, Jorge Lorenzo tahu betul menggapa Maverick Vinales masih terseok-seok pada tiga balapan pertama MotoGP
Lorenzo pernah mengalami masalah yang sama saat awal-awal mengendarai motor M1 milik Yamaha.
Performa Vinales kalah impresif dibanding rekan setimnya, Valentino Rossi, yang sudah dua kali naik podium pada musim ini. Sebaliknya, Vinales bahkan gagal menembus posisi lima besar.
Pada balapan pembuka di MotoGP Qatar, Vinales hanya finis di posisi ketujuh. Setelah itu, dia malah gagal finis di MotoGP Argentina.
Performa pembalap Spanyol tersebut di MotoGP Austin juga mengecewakan. Vinales hanya menempati posisi kesebelas, sedangkan Rossi jadi runner-up.
Vinales biasanya perkasa saat sesi latihan bebas. Namun, saat balapan performanya menurun drastis. Dia selalu melorot jauh dari posisi start dan kesulitan bersaing dengan rival-rivalnya. Salah satu masalah yang dikeluhkannya soal kopling.
Jorge Lorenzo yang pernah memperkuat Yamaha selama sembilan tahun, mengaku sangat memahami kondisi Vinales.
“Saya memahami mengapa dia bermasalah dengan kopling pada awalnya. Itu tak jadi masalah jika dia start di baris depan, karena dia selalu kehilangan posisi (selepas start),” kata Lorenzo, seperti dilansir Tuttomoriweb, Minggu (21/4/2019).
“Saya juga mengalami masalah itu pada awal karier di MotoGP. Saat itu saya hampir selalu menempati pole atau di baris depan. Namun, kemudian saya melorot posisinya karena start yang buruk. Kemudian semuanya menjadi sulit,” kata Lorenzo yang debut di MotoGP bersama Yamaha.
Balapan MotoGP baru berjalan selama tiga putaran, rider Repsol Honda Team, Jorge Lorenzo sudah tertimpa sial sebanyak tiga kali. Teranyar, Lorenzo gagal finis di MotoGP Austin.
Saat balapan di Circuit of the Americas, Lorenzo harus terhenti di lap kesebelas. Dia tak bisa melanjutkan balapan di Austin karena motor tungangannya, RC213V mogok.
“Pada awal balapan dengan tangki (bahan bakar) penuh itu sulit untuk berhenti. Saya membuat beberapa kesalahan aneh, (padahal) biasanya saya
Itu bukan kesialan pertama Marquez di MotoGP 2019. Saat sesi kualifikasi MotoGP Austin, Sabtu (14/4/2019), rantai motor yang ditunggangi Lorenzo terlepas.
Karena masalah tersebut, Lorenzo berlari untuk mengambil motor kedua, tapi banyak memakan waktu. Alhasil, dia akan memulai balapan MotoGP Austin dari posisi kesebelas, lebih lambat dari Marc Marquez, yang meraih pole.
Dua pekan sebelumnya, saat balapan di Argentina, Lorenzo membuat kesalahan yang menggelikan. Saat menjalani start, dia malah memencet tombol pit limiter, bukannya tombol start.
Tentunya, kesalahan tersebut membuat motornya berjalan pelan seperti berada di dalam pit.
“Benar-benar nasib sial. Ada kejuaraan di mana segalanya berjalan sempurna, seperti yang saya miliki pada 2010, misalnya, dan saat ini kurang lebih sebaliknya,” ujar Lorenzo.
Selain itu Tim Repsol Honda mengalami hari yang sulit dalam balapan MotoGP Austin di Circuit of The Americas,
Marc Marquez yang merupakan raja di sirkuit ini tidak dapat menyelesaikan balapan karena terjatuh
Hal tak menyenangkan juga dialami rekan Marquez, Jorge Lorenzo, di balapan MotoGP Austin. Dia harus meninggalkan balapan karena motor Honda RC213V mengalami masalah teknis.
Sebelumnya pada sesi kualifikasi Q2, rantai motor Lorenzo terlepas sehingga harus meminggirkan motor di pit wall dan mengambil motor baru. Hal serupa terjadi pada Marquez dalam latihan bebas di MotoGP Argentina pada pekan sebelumnya.
Manajer Repsol Honda Alberto Puig mengakui pihaknya belum dapat mengindentifikasi masalah timnya dalam MotoGP Austin.”Keseimbangannya jelas dan tidak bagus karena kami mendapat 0 poin,” kata Puig seperti dikutip dari laman resmi MotoGP.
“Tetapi di sisi lain, Marc dua langkah di depan ketika dia berada di jalurnya, inilah yang memberi kami keinginan untuk terus bekerja dengan motivasi penuh dan harapan yang tinggi. Saat ini kami tidak tahu apa yang terjadi dengan motor Lorenzo, kami sedang menyelidiki dan kami perlu waktu untuk memahami apa masalahnya,” tambah Puig.
“Strategi untuk Marc sudah mulai dan berjalan, itu yang terjadi. Tetapi sayangnya, dia kehilangan daya cengkeram. Strateginya sama dengan di Argentina, tetapi hal-hal ini terjadi – ini adalah balapan.”
“Target Jorge adalah sepuluh besar, tapi dalam dua lap pertama dia tidak terlalu cepat. Tetapi begitu dia stabil, menjaga ritme dengan baik dan bergerak maju dalam klasifikasi, kemudian dia punya masalah yang masih belum kita ketahui sepenuhnya,” papar Puig.
Meski kecewa, Puig mengaku meninggalkan Austin dengan semangat positif. “Poin positifnya adalah bahwa Marc tidak terluka. Marc lebih kuat dari sebelumnya dan dia menunjukkannya dalam dua balapan terakhir,” katanya.
“Dan negatifnya jelas bahwa kita memiliki nol poin di Austin … Hari hitam selalu diikuti oleh hari yang cerah, jadi kanopi harus siap untuk hari yang hitam dan hari yang cerah. “