Pengamat MotoGP yang merupakan mantan manajer Valentino Rossi, Carlo Pernat, mengatakan Marc Marquez menang MotoGP San Marino berkat pebalap Yamaha tersebut.
Pada kualifikasi di Sirkuit Misano, Sabtu (14/9), Rossi dan Marquez terlibat keributan karena saling bersenggolan di Tikungan empat.
Marquez kesal karena Rossi dinilai sengaja menghalangi jalurnya sehingga saling bersenggolan.
“Jika tak ada keributan kecil antara Rossi dan Marquez pada Sabtu siang, Marc bisa saja kalah untuk ketiga kali secara beruntun, finis kedua lagi.”
“Setelah kejadian di kualifikasi, Marquez berusaha keras menjawab [perselisihan] itu dengan aksinya dan dia telah melakukannya. Dia kesal, tidak bisa tidur pada malam sebelum balapan dan pada Minggu dia berhasil menang,” kata Pernat dikutip dari GPOne.
Marquez sendiri berhasil memenangkan podium pertama MotoGP San Marino pada Minggu. Pebalap Repsol Honda tersebut mengalahkan Fabio Quartararo melalui duel sengit di akhir-akhir lap.
Sementara rekan Rossi, Maverick Vinales finis di peringkat kedua di belakang Quartararo.
Pernat kemudian memuji Quartararo yang mampu membuktikan kualitasnya sebagai rookie calon rival utama Marquez musim depan.
“Hanya kata-kata positif yang layak diarahkan kepada Quartararo. Sang fenomenal yang mengalahkan Vinales di hierarki Yamaha mengambil peran sebagai pebalap utama.”
“Vinales kurang konsentrasi dan kehilangan lima detik sehingga Marc [Marquez] mendahuluinya. Saya tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya,” ujar Pernat
– “Jangan bangunkan singa yang sedang tidur”. Itu adalah kata-kata komentator MotoGP Steve Day saat Marc Marquez merayakan kemenangan di parc ferme MotoGP San Marino .
Marquez kembali ke jalur kemenangan di Misano setelah dua kali beruntun kalah di tikungan terakhir dari Andrea Dovizioso dan Alex Rins . The Baby Alien berhasil mengalahkan Fabio Quartararo di lap terakhir MotoGP San Marino.
Sebuah kemenangan yang membuat Marquez semakin dekat dengan gelar juara dunia MotoGP keenamnya. Pasalnya, pebalap 26 tahun itu saat ini unggul sembilan puluh tiga poin atas Dovizioso dan bisa memastikan gelar juara dunia musim ini di MotoGP Thailand.
Namun, bukan keunggulan jauh Marquez di puncak klasemen MotoGP yang menarik untuk dibahas. Melainkan raut wajah sang juara bertahan saat merayakan kemenangan di MotoGP San Marino
Setelah membawa bendera mengelilingi Sirkuit Misano yang dianggap sebagai ‘markas’ Valentino Rossi, Marquez kemudian memasuki parc ferme dengan penuh emosi.
Setelah membuka helm, pebalap yang dijuluki ‘Ant of Cervera’ itu berteriak. Marquez menunjukkan raut wajah penuh kemarahan. Marquez memeluk dua kru Repsol Honda dan kemudian melompat ke arah kerumunan anggota kru tim juga dengan wajah penuh kemarahan.
Sambil menunjuk ke bawah Marquez seperti ingin mengatakan, “Ini adalah wilayah saya. Saya adalah ‘Raja MotoGP’ saat ini.”
Belum pernah Marquez menunjukkan raut wajah seperti itu di MotoGP, bahkan ketika pebalap asal Spanyol itu memastikan gelar juara dunia sekalipun.
Biasanya Marquez hanya tertawa selebar-lebarnya dan bercanda dengan kru Repsol Honda saat merayakan kemenangan atau gelar juara dunia MotoGP.
Kemarahan itu muncul setelah Marquez terlibat cekcok di atas sirkuit dan perang kata-kata dengan pahlawan ‘Misano’, Valentino Rossi, di babak kualifikasi MotoGP San Marino . Insiden itu memunculkan kembali perseteruan Marquez vs Rossi jilid ketiga.
Perseteruan pertama terjadi pada empat musim lalu ketika Rossi menuduh Marquez membantu Jorge Lorenzo dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP.
Sementara perseteruan jilid kedua terjadi usai Marquez membuat Rossi terjatuh pada balapan MotoGP Argentina
Sejak promosi ke MotoGP, Marquez terus menunjukkan kedewasaan, baik di dalam dan luar trek. Insiden yang terjadi sepanjang MotoGP San Marino sudah membawa kedewasaan ke level yang berbeda.
Usai meraih kemenangan di Misano, Marquez secara terang-terangan termotivasi meraih kemenangan di MotoGP San Marino karena insiden yang melibatkan Rossi di babak kualifikasi.
Insiden dengan Rossi memantik emosi Marquez. Tapi, The Baby Alien enggan membalas dengan kata-kata. Marquez membalasnya di atas sirkuit, berambisi membuat malu Rossi, dengan meraih kemenangan di sirkuit yang hanya berjarak sepuluh kilometer dari rumah The Doctor.
“Benar, insiden kemarin [dengan Rossi] memberi saya dorongan, sebuah motivasi ekstra. Itu sebabnya saya katakan cara terbaik untuk berbicara, untuk membalas, adalah di atas trek,” ujar Marquez usai balapan.
Kedewasaan Marquez juga terlihat di atas podium. Mendapat teriakan cemoohan dari ribuan pendukung Rossi saat naik podium dan menerima trofi kemenangan, Marquez hanya terdiam, menutup mata, dan membentangkan kedua tangan.
Marquez seperti tidak mempedulikan caci maki dari penggemar rivalnya tersebut.
“Teriaki saya sesuka kalian. Saya juara yang sudah dewasa, saya sudah berubah. Saya bisa melakukan kesalahan dan saya bisa tampil galak jika dibutuhkan,” tulis pengamat MotoGP asal Italia Guido Meda menggambarkan gesture Marquez di atas podium MotoGP San Marino.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Marquez memang sudah menjadi ‘Raja MotoGP’ saat ini. Alasannya banyak. Mulai dari merebut lima gelar juara dunia MotoGP dalam enam musim terakhir hingga rekor-rekor yang terus dipatahkannya.
Dengan usia yang masih muda, Marquez berpeluang menjadi pebalap terhebat dalam sejarah Grand Prix. Penggemar pebalap lainnya, termasuk fan Rossi, tinggal berharap ada pebalap yang mampu merusak dominasi Marquez.