Tim Movistar Yamaha secara terus terang mengakui keunggulan rivalnya pada musim balap MotoGP tahun ini
Duet Maverick Vinales dan Valentino Rossi kalah dari Marc Marquez dan gagal menjadikan tim Garputala sebagai juara konstruktor.
Sempat menjanjikan di awal musim, penampilan Vinales dan Rossi kemudian merosot.
Harapan bos tim Yamaha, Lin Jarvis, melihat anak buahnya sukses kembali pupus, sama seperti tahun lalu.
Menurut Jarvis, musim tahun ini tidak ubahnya seperti musim yang ekstrem untuk tim yang mengandalkan motor M1 itu.
“Setidaknya kami memiliki Maverick di peringkat ketiga klasemen pebalap. Jadi ini bukanlah musim yang hancur. Kami menang dalam empat seri. Tiga kali bersama Maverick di awal musim, dan sekali dengan Vale di tengah musim,” ujar Jarvis dikutip dari crash.net.
“Memenangi di seri awal, tapi kemudian di seri kelima Maverick gagal, itu adalah salah satu cerita kami di musim ini. Kami memulai tes pada awal tahun dengan sangat baik”
“ Di awal musim kami juga sangat baik, kami memenangi tiga dari lima seri awal, tapi kemudian kami kesulitan,” sambungnya.
Jarvis menilai sisi teknis menjadi kendala timnya dalam persaingan dengan Repsol Honda.
Direktur Umum Tim Movistar Yamaha itu mengapresiasi usaha yang dilakukan anak buahnya dengan melakukan berbagai perbaikan dan adaptasi dengan motor lama, kendati gagal menghasilkan gelar di akhir musim.
“Kami kesulitan di lintasan yang biasanya dapat kami taklukkan dengan baik. Kami mengalami tahun yang sulit dari sudut pandang teknis, berupaya memperbaiki kekurangan, khususnya mengenai cengkeraman yang dipengaruhi tarmac atau kondisi hujan,” jelas Jarvis.
“Kami telah berupaya mengatasi masalah cengkeraman, memperbaiki motor, mengganti sasis, berusaha,” pungkasnya.
Maverick Vinales menjadi salah satu nama yang diunggulkan dalam bursa juara pebalap MotoGP
Pengganti Jorge Lorenzo di tim Movistar Yamaha itu hampir mewujudkan mimpinya meraih gelar MotoGP yang pertama.
Labilnya performa motor lantas membuat Vinales tertinggal dari Marc Marquez dan Andrea Dovizioso dalam persaingan gelar juara.
Pada akhir musim, pebalap dua puluh dua tahun itu harus puas berada di peringkat ketiga.
“Sampai batas tertentu saya berpikir musim ini bagus. Paruh pertama musim nilainya sembilan, dan paruh kedua bernilai empat. Jika tidak memulai musim dengan baik, maka mustahil finis ketiga,” ujarnya seperti dilansir dari motorsport.com.
Vinales yang kecewa dengan performa di paruh kedua musim lalu mengaku beruntung memiliki tim yang dapat diandalkan dan membuatnya tetap waras dalam menghadapi persaingan dengan pebalap-pebalap teratas.
“Saya sungguh percaya pada orang-orang yang saya miliki di garasi, karena jika tidak, tahun ini saya akan menjadi gila. Saya memiliki sedikit kesabaram. Saya selalu berusaha tampil di depan, dalam segala kondisi dan setiap latihan,” jelas Vinales.
Mantan pebalap tim Suzuki itu juga menerima jika dianggap bertanggung jawab pada penurunan performa motor tim Yamaha.
“Kami semua patut disalahkan. Saya juga seharusnya lebih keras dalam meminta sesuati, karena semua bergantung pada perasaan dan intuisi saya bukan yang lain,” tukas Vinales