“Acheh Cyber’s,” salah satu “hacker” Indonesia yang tergabung dalam kelompok “anonymous global” ikut serta dalam serangan meretas “website” di Sidney, Australia, yang menyebabkan kocar kacirnya beberapa pemilik rumah sakit, yayasan, toko-toko swalayan dan ratusan lainnya.
Harian terkemuka “Sidney Morning Herald,” Selasa , 05 Oktober 2013, yang bisa diakses lewat situs beritanya menuliskan tentang serangan yang dilancarkan “hacker” Indonesia terhadap instalasi pemerintahan, rumah sakit dan mal-mal di Australia.
Serangan itu, seperti yang dinyatakan dalam sandi operasinya, dimaksudkan untuk membalas penyadapan yang dilakukan Kedutaan Besar Australia di Jakarta terhadap percakapan dan data-data pemerintah Indonesia.
“Morning Herald” juga memberitakan, serangan “hacker” Indonesia, yang menamakan operasi sandinya “Java Army,” akan terus melanjutkan serangan hingga Pemerintah Australia meminta maaf atas perbuatannya.
“Java Army,” merupakan nama sandi dari gabungan anggota “anonymous” Indonesia, yang didalamnya terdapat “acheh cyber’s” dan “blankon,” yang mensponsori serangan terhadap instalasi web Australia.
Sebelumnya “acheh cyber’s” dan “blankon” ikut bergabung dalam serangan terhadap situs-situs Israel untuk mendukung perlawanan Hamas di Gaza. Saat itu puluhan ribu instalasi internet Israel mengalami “ngadat.”
Kali ini keberangan “hacker” Indonesia diakibatkan dari penyadapan yang dilakukan pihak Australia di Indonesia. Mereka melakukan serangan balasan di dunia maya. Akibatnya ratusan situs Australia mulai dari rumah sakit hingga yayasan amal menjadi korban.
Seperti yang dikutip dari Sydney Morning Herald, Selasa situs rumah sakit terbesar di Queensland hingga yayasan anak penderita kanker dan yayasan amal anti perbudakan di Australia menjadi korban hack. Tercatat lebih dari 100 situs Australia telah diretas.
Salah satu kelompok hacker yang menyebut dirinya Java Cyber Army mengklaim telah melakukan peretasan tersebut mengaku melakukan hal ini karena pemerintah Australia menyadap Indonesia. Mereka tak akan berhenti sampai Australia mengaku telah melakukan aksi spionase di Indonesia.
“Katakan pada pemerintah Anda (Australia), kami akan menghentikan ini jika ada pengakuan dan penjelasan atas kegiatan mata-mata di Indonesia,” kata juru bicara Tentara Cyber Java melalui akun facebook mereka.
Sementara itu, situs Rumah Sakit Wesley yang juga menjadi korban peretasan itu membuat sejumlah pasiennya resah. Keresahan timbul karena banyak informasi pasien dalam situs tersebut, namun pihak rumah sakit menjamin tak ada informasi pasien yang bocor.
Hanya sedikit korban peretasan ini yang berhasil memulihkan situsnya pada Senin sore. Polisi federal Australia pun tidak bergerak menyelidiki peretasan ini karena sasarannya bukan badan pemerintahan setempat.
Kelompok Java Cyber Army dari Indonesia Cyber Army ini juga mengklaim sebagai bagian dari kelompok peretas terbesar di dunia Anonymous. Sejumlah korban aksi retas ini menyayangkan yayasan sosial dan rumah sakit yang menjadi korbannya.
Indonesia, kini, menjadi negara nomor dua terbesar, setelah Cina, yang memiliki hacker. Sebagai negara “rakksasa” tempat berkump[ulnya para “hacker” Indonesia dianggap sebagai yang paling berbahaya dalam lalu lintas dunia maya.