Hari ini, Rabu, 21 Juni 2016, kabar buruk datang untuk pemakai internet setelah Microsoft mengungkapkan dengan bukti akurat bahwa aplikasi Chrome adalah “pelahap” beterai paling boros.
Selain menuding Chrome sebagai “sang pemboros,” Microsoft juga membuktikan Edge adalah yang paling hemat baterai.
Pernyataan Microsoft itu disampaikan lewat seuah video promosi.
Dari laman situs Engadget, ditulis dalam video tersebut, tampak empat perangkat Surface Book yang masing-masing menjalankan browser Mozilla Firefox, Microsoft Edge, Google Chrome, dan Opera.
Dalam video itu pula empat laptop diatur untuk menjalankan HD.
Kemudian Microsot mengukur waktu untuk melihat peramban mana yang bisa membuat Surface Book bertahan paling lama.
Hasilnya, Google Chrome membuat Surface Book tumbang lebih dulu dengan capaian waktu hanya empat jam sembilan belas menit.
Kemudian menyusul Firefox dan Opera. Sementara, Edge mencatat daya tahan baterai terlama dengan waktu tujuh jam dua puluh dua menit.
“Pengujian dan data kami menunjukkan bahwa Anda bisa browsing lebih lama dengan Microsoft Edge, ketimbang Chrome, Firefox, atau Opera di perangkat Windows 10,” tulis Microsoft dalam sebuah blog.
Peramban Chrome sendiri selama ini memang dikenal boros baterai.
Google berupaya memperbaiki masalah tersebut, tapi belum ada hasil yang enunjukkan peningkatan signifikan.
Alhasil, Chrome sering jadi bulan-bulanan pabrikan browser lain.
Di samping Microsoft, Opera juga pernah menyindir borosnya konsumsi daya Chrome pada bulan Mei lalu.
Aplikasi peramban (browser) internet Google Chrome versi mobile mencapai pencapaian baru. Aplikasi tersebut kini memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif di gadget berbasis Android dan iOS.
Walau pun punya sisi negative dari daya tahan baterai, seperti ditulis Venture Beat, Chrome telah mencatatkan pemakai terbesar dengan angka sati miliar.
Belum lama ini Google telah merilis tambahan dua ratus juta pengguna aktif dalam kurun waktu lima bulan.
Aplikasi Google Chrome versi mobile sendiri diluncurkan oleh raksasa teknologi AS itu sekitar empat tahun yang lalu.
Meski demikian, Google belum membuka data berapa jumlah pengguna Chrome secara keseluruhan yang mengunduh aplikasinya di platform Android dan iOS.
Chrome versi mobile memang belum mencapai lima puluh versi karena baru diluncurkan sekitar empat tahun yang lalu.
Namun Google memilih menggunakan angka tersebut untuk semua aplikasi Chrome di semua perangkat, untuk menandai fitur dan fungsi yang sama yang dimiliki di semua platform.
Disamping dituding boros baterai dan mencatatkan satu miliar pemakai, Google juga terus membuat pembaharuan.
Chrome kini punya versi 50.
Pada versi ini, Chrome menjamin pengguna bisa membuka situs dengan lebih cepat dan tetap menampilkan notifikasi meski internet sedang lelet.
Chrome memang memiliki fitur notifikasi yang bisa diatur oleh pengguna.
Misalnya jika pengguna ingin mendapatkan notifikasi Facebook dari web, maka cukup mengaktifkannya saja dan notifikasi yang diharapkan bisa muncul melalui Chrome.
Biasanya notifikasi yang sudah diatur itu hanya bisa muncul saat pengguna terhubung ke internet. Tapi pada Chrome versi 50 hal itu sudah tidak berlaku.
Google menyematkan metode baru yang disebut sebagai push notifications payload sebagai bagian dari Push API.
Efeknya adalah pesan dan data notifikasi dikirim secara bersamaan sehingga pengguna tetap bisa mendapat notifikasi tersebut meski koneksinya lelet atau putus-putus.
Selain itu notifiaksi tersebut juga bisa diubah sesuai keinginan pemakainya.
Pengembang web bisa mengatur agar notifikasi disertai penanda waktu serta tombol ikon tertentu.
Ada juga pilihan untuk notifikasi berupa suara, getaran atau mode senyap.
Chrome versi 50 untuk desktop sudah dirilis dan pengguna tinggal memperbaruinya saja.
Caranya dengan mengakses menu “Help” lalu “About” Google Chrome, kemudian klik “Update”.