Facebook membuat komitmen baru tidak hanya membunuh berita “hoax,” tapi juga menghadang kehadirannya di linimasa jejaring sosial.
“Ini komitmen kami untuk memberantas berita-berita palsu yang beredar di linimasa,” tulis rilis Facebook
Setelah dituduh menjadi dalang dari suksesnya Donald Trump meraih hasil suara pemilu AS beberapa waktu karena banyak berita hoax tersebar di media sosialnya, Facebook langsung beraksi untuk membasminya.
Bahakn pemilik Facebook sendiri, Mark Zuckerberg, menulis dalam pernyataan resminya bahwa perusahaannya bakal mengembangkan deteksi mumpuni melalui sistem teknik Facebook.
Upaya tersebut melingkupi penggunaan kecerdasan buatan dan program machine learning bernama Trust Project yakni sebuah metrik yang dikembangkan oleh para akademisi.
Berita yang akan disaring Trust Project tentunya akan diurutkan berdasarkan tingkat akurasi, konsistensi dan reputasi, dan perspektif yang beragam.
Portal berita Fortune mewartakan, Facebook juga akan merangkul pihak ketiga untuk membantu proses verifikasi sumber berita baru.
Sesuai yang dikatakan Zuckerberg bahwa perusahaan memang akan menggunakan bantuan dari organisasi pengecek fakta ternama seperti Politifact.com dan Factcheck.org.
Sebelumnya, Zuckerberg membantah habis-habisan tuduhan keterlibatan sistem algoritma Facebook yang mendorong pemberitaan hoax untuk menguntungkan Trump selama masa kampanye pilpres AS.
Salah satu berita palsu tersebut adalah kabar dukungan Paus Fransiskus kepada Trump yang diyakini mempengaruhi kekalahan Hillary Clinton di hasil akhir pemilihan.
Algoritma Facebook yang dituduh sebagai dalang berita hoax juga disebut telah mengarahkan para pengguna untuk mengonsumsi konten palsu serupa secara terus-menerus.
Hal tersebut tentu saja mengakibatkan pengguna seperti terisolasi untuk mengakses keragaman konten lain demi mengimbangi konsumsi berita yang diinginkan.
Berita lainnya yang datang dari Facebook menyatakan, jejaring sosial raksasa itu telah memutuskan untuk menghentikan sementara aktivitas mengumpulkan informasi pengguna WhatsApp di semua negara di Eropa.
Hal tersebut dilakukan setelah perusahaan menghadapi tekanan dari Otoritas Perlindungan Data Uni Eropa.
Pihak perusahaan mengkonfirmasi telah menghentikan penggunaan data pengguna WhatsApp untuk keperluan produk dan periklanan sejak pekan lalu.
Langkah ini merupakan kelanjutan dari aksi keberatan yang diajukan sejumlah negara selama tiga bulan terakhir.
Meski begitu, Facebook diketahui tak patah arang dengan keputusan ini. Pihak perusahaan diketahui akan kembali melakukan negosiasi untuk melanggengkan aksi penggunaan data nomor telepon pengguna WhatsApp.
“Kami berharap bisa melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan Komisi Perlindungan Data Inggris dan negara lainnya. Kami tetap terbuka untuk bekerja sama mengatasi kekhawatiran mereka,” tulis Facebook seperti dilansir IB Times.
Penangguhan Facebook untuk mengirimkan data pengguna WhatsApp juga telah dikonfirmasi oleh Komisi Perlindungan Data Irlandia yang mengatakan akan mengambil ‘langkah yang pantas’ terkait kebijakan baru tersebut.
Pemerintah Irlandia mengatakan akan membuat pilihan keputusan berupa himbauan ke warganya untuk tetap atau berhenti menggunakan layanan WhatsApp.
Sebelum memutuskan menunda kebijakan berbagi data, Facebook diketaahui menerima sebuah surat terbuka dari 28 otoritas perlindungan data di negara-negara Uni Eropa.
Dalam surat tersebut, poin utama yang disampaikan yakni rasa keberatan terhadap praktek berbagi data nomor telepon.
Upaya pengajuan banding ke CEO Jan Koum disebut juga menjadi pertimbangan hingga Facebook bisa mengatasi permasalahan legalitas penggunaan data untuk kepentingan perusahaan.
“Mereka telah sepakat untuk menghentikan sementara penggunaan data pengguna WhatsApp di Inggris untuk tujuan iklan dan pengembangan produk. Kami ingin mengetahui status hukum yang jelas untuk kebijakan tersebut,” kata Elizabeth Denham
Ia mengaku khawatir konsumen tidak benar-benar dilindungi dan tidak mendapatkan keadilan dengan kebijakan baru Facebook. Terlebih menurutnya, Facebook tidak menginformasikan lebih detil informasi tersebut kepada penggunanya.
“Saya tidak yakin WhatsApp telah mendapatkan persetujuan dari pengguna untuk memakai data mereka sebagai sarana promosi Facebook,” tambahnya.
Seperti diketahui pada Agustus lalu, Facebook secara sepihak mengubah kebijakan privasi pengguna WhatsApp dan berniat untuk berbagi data nomor telepon seluler. Hal itu bertolak belakangan dengan sumpah pendiri dan CEO WhatsApp Jan Koum untuk melindungi data penggunanya.
Data nomor telepon seluler yang diserahkan WhatsApp tentu akan menguntungkan bisnis iklan Facebook. Mengingat perusahaan milik Mark Zuckerberg ini akan memanfaatkan data untuk iklan dan memberi rekomendasi konten yang dianggap relevan dengan pengguna Facebook.