Setelah mendiamkan selama sepekan, Garuda Indonesia akhirnya mengakui situs webnya diretas selama dua hari berturut-turut, Jumat dan Sabtu lalu, dan hingga Kamis malam, 21 November 2013, masih tetap di”ganggu” walau pun sudah dipasang pengaman.
Dua hari, Jumat dan Sabtu pekan lalu, situs web maskapai penerbangan Garuda Indonesia jadi korban serangan siber, yang pelakunya, diduga, merupakan bagian dari perang siber dua kelompok peretas.
Direktur Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia, Erik Meijer, yang juga pakar informasi teknologi, dan sebelumnya petinggi sebuah perusahaan seluler, mengatakan, data center tempat Garuda Indonesia menempatkan hosting terkena serangan peretas.
“Untuk menghindari masalah pada website dan data Garuda, kami tutup dulu semua akses. Penutupan sementara ini kami lakukan untuk menjamin keamanan pengguna,” katanya.
Ia menambahkan, pihak Garuda Indonesia tidak punya kuasa melacak dari mana serangan itu berasal. “Pelacakan dan penanganan dilakukan oleh pemilik data center,” ujar Erik, menegaskan.
Saat ini, transaksi pembelian tiket penerbangan Garuda Indonesia tetap bisa dilakukan melalui layanan call center. Tim teknis berusaha menyelesaikan masalah dan berharap situs web Garuda Indonesia bisa diakses dengan normal.
Sebuah sumber “IT” mengungkapkan peretasan situs web Garuda terjadi akbat dampak perseteruan antara kelompok peretas dari Indonesia dan Australia. Pada awal November 2013, kelompok peretas dari Indonesia mengaku telah menyerang 170 situs web di Australia.
Hal itu disambut dengan peringatan keras dari kelompok peretas Australia yang meminta agar serangan dihentikan, terutama serangan pada situs web pemerintah atau lembaga sosial. Mereka mengancam akan melakukan serangan balasan.
Vice President of E-Commerce Garuda Indonesia Daniel Tumiwa lebih berterus terang dibanding dari Erik. Ia mengatakan, hingga hari ini situs Garuda yang beralamat di “www.garuda-indonesia.com” masih terus diserang.
“Kami telah melaporkan penyerangan ini kepada Polda. Mereka yang akan menangani, termasuk digital forensik,” kata Daniel.
Penyerangan beberapa waktu lalu membuat layanan Garuda Indonesia lewat jalur internet, mobile, dan layanan online dengan beberapa agen perjalanan menjadi terganggu. Hal ini berakibat penjualan tiket menurun.
Pekan lalu, peretas yang mengklaim telah membobol sistem jaringan Garuda Indonesia memublikasikan data kartu kredit milik belasan pelanggan. Setelah dilacak, seseorang yang memublikasikan data tersebut menggunakan alamat internet protokol IP address dari Brasil.
Daniel mengatakan, pihaknya telah menghubungi dan berhubungan dengan pelanggan yang nama dan datanya dipublikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Tim teknis Garuda Indonesia berusaha menjaga agar layanan lewat internet berjalan baik. Mereka berjanji untuk meningkatkan keamanan dan menjamin data pelanggan.