Gmail, layanan email milik Google, diprediksi akan melakukan “bunuh diri” bersamaan dengan notifkasinya kepada p[engguna untuk berpindah ke layanan email Google yang baru, yakni Inbox.
“Google menyiratkan akan memberi kesempatan kepada Gmail untuk melakukan bunuh diri setelah sebelas tahun keberadaannya,” tulis “phone arena,” Kamis, 09 Desember 2015, berspekulasi.
Dalam notifikasinya itu, Google, menjamin peralihan ini akan aman.
“Janganlah khawatir bila semua data dan email pada Gmail akan hilang,” tulis rilis Google seperti yang dikutp “phone arena.”
“Terima kasih telah menggunakan Inbox. Untuk mempermudah, kami telah memperbaharui Gmail dan mengantarkan Anda pada tautan ini. Anda bisa kapanpun kembali ke akun Gmail melalui menu utama,” tulis di isi pemberitahuan tersebut.
Notifikasi yang muncul ini secara tersirat meminta pengguna Gmail yang kini telah mencapai sembilan ratus juta orang untuk migrasi dari akun Gmail ke akun Inbox yang telah diuji coba selama empat belas bulan terakhir.
Inbox merupakan aplikasi yang terintegrasi dengan Gmail dan menawarkan pengelompokkan email dalam satu platform, sekaligus juga merangkum catatan belanja online serta perjalan penggunanya.
Inbox dengan sistem antarmuka berbeda juga mendukung aplikasi email ini menjadi lebih fleksibel bagi penggunanya.
Google sempat melakukan beberapa proyek terkait pembaharuan email, namun sempat gagal.
Pada lima tahun silam, Google sempat merilis ‘Wave Hybrid Email/Messaging Service’ yang hanya bertahan selama tiga tahun sebelum akhirnya dihapus.
Seperti dilaporkan Forbes, sejak beberapa bulan lalu sejumlah kecil pengguna mengaku mendapatkan notifikasi terkait peralihan akun dari Gmail ke Inbox ini.
Meskipun demikian, sejauh ini pengguna memberikan respon positif terkait transisi ini.
Google pun mulai memperbesar tawaran migrasi akun kepada penggunana melalui notifikasi.
Bila tidak ingin mengganti domain Gmail menjadi Inbox, pengguna bisa melakukan pengaturan dengan menekan ‘Matikan’ pada layanan emailnya.
Sementara itu, Dmail, plugin baru di peramban Google Chrome, menyediakan fitur yang mengontrol berapa lama email yang ada di dalam inbox bisa dilihat penerima.
Kalau tiba waktunya, email itu akan ‘bunuh diri’ alias menghancurkan dirinya sendiri.
Seperti dilansir CNN Money, pada akhir pekan lalu, fitur ini diyakini akan membantu komunikasi yang aman atau mencegah bocornya informasi personal kalau email tak terhapus dari kotak surat.
Fitur ‘bunuh diri’ itu bisa diakses di Chrome extension melalui tombol “Send with Dmail” dekat tombol “Send” di email yang dibuat.
Dengan mengklik tombol itu, pemilik email bisa mengontrol berapa lama umur email yang dikirim.
Sebetulnya Gmail sendiri sudah memiliki fitur baru yang membuat pengirim email bisa membatalkan pengiriman seandainya diperlukan. Itu dilakukan dengan tombol “Undo send”.
Tapi tombol ini hanya efektif dalam waktu kurang dari 30 detik. Lebih dari itu, email akan tersimpan di inbox penerima.
Nah, pada Dmail, pengguna bisa lebih leluasa lagi mengatur berapa lama waktu email itu berada di inbox penerimanya. Bisa diatur satu jam atau sepekan. Setelah itu, email akan ‘bunuh diri’.
Tapi jika belum terpikirkan berapa lama, bisa memilih “Never” dan ‘pembunuhan’ email bisa dilakukan lain kali.
Semua pesan email sudah dienkripsi dan bila pengirimnya menambahkan restriksi untuk mengakses, maka penerima tidak akan bisa melihat isi email itu lagi.
Dmail mengklaim, dalam waktu dekat mereka akan menambahkan fitur untuk mencegah email tak bisa di-forward.
Selain merilis jalan peralihan ke pengguna, Google juga memperbarui fitur yang lebih cerdas untuk menangkal pesan spam di Gmail.
Menggunakan kecerdasan buatan yang dimodifikasi, Gmail diklaim mampu bisa lebih selektif dalam menentukan email tak diinginkan atau pesan sampah.
Sri Harsha Somachi, Product Manager Gmail di posting blog resmi Google, mengakui pendeteksi spam di Gmail kadang tidak sempurna karena masih salah memasukkan email yang diinginkan ke folder spam.
Misalnya pengguna Gmail mendapatkan banyak email penting dari perusahaan seperti bank dan maskapai tapi kadang-kadang pesan keliru mengklasifikasikan sebagai spam.
Ketika ini terjadi, pengguna mungkin harus menyeberang melalui folder spam.
“Kami dapat membantu pengirim untuk berbuat lebih baik, jadi hari ini kita meluncurkan tools Gmail Postmaster,” tulisnya.
Gmail Postmaster mampu menganalisis email dengan lebih baik, termasuk data tentang kesalahan pengiriman, laporan spam, dan reputasi. Dengan cara ini dapat mendiagnosa isi email agar tidak salah masuk ke folder yang tak diinginkan.
Memang sejak awal, machine learning telah membantu membuat filter spam Gmail lebih dahsyat.
Ketika pengguna mengklik tombol “Laporan spam” dan “Not spam”, tidak hanya meningkatkan pengalaman Gmail saat itu juga, tetapi juga melatih filter Gmail untuk mengenali yang spam dan yang bukan.
“Sekarang, kami membawa kecerdasan yang sama dikembangkan untuk Google Search dan Google Now untuk membuat menyaring spam dengan lebih cerdas dalam beberapa cara,” tambahnya.
Sebagai permulaan, filter spam sekarang menggunakan jaringan saraf tiruan untuk mendeteksi dan memblokir spam terutama yang licik dan akhirnya bisa lolos dari pengawasan.