close
Nuga Tekno

Google Operasikan Ponsel Tak Menyentuh

Google datang lagi dengan aplikasi hebat.

Kabar ini datang setelah Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (Federal Communications Commission memberikan izin kepada Google untuk menggunakan sensor gerak berbasis radar. Proyek ini dikenal dengan nama Project Soli.

Dilansir dari CNET, sensor memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan perangkat elektronik menggunakan gerakan tangan. Pengguna cukup membuat gestur tertentu di depan layar, maka mereka bisa menggulung layar (scroll) dan memilih opsi pada menu tertentu.

Dengan mengantongi izin FCC, Google bisa mengoperasikan sensor pada tingkat daya yang lebih tinggi dari yang diizinkan saat ini. Bahkan sensor akan diizinkan beroperasi di atas pesawat.

Kepala Rekayasa dan Teknologi FCC Julius Knapp mengungkapkan sensor tersebut akan melayani kepentingan publik dengan menyediakan fitur kontrol perangkat inovatif menggunakan teknologi gestur tangan tanpa sentuhan

Google pada bulan Maret meminta FCC untuk memberikan izin sensor tersebut. Sensor mampu menangkap gerakan dalam ruang tiga dimensi menggunakan sinar radar untuk memungkinkan kontrol tanpa sentuhan fitur perangkat.

Raksasa teknologi ini meluncurkan Project Soli pada 2016 dengan video yang menunjukkan bahwa pengguna dapat mengontrol jam tangan pintar dan pengeras suara dengan menggerakkan tangan jauh atau dekat ke perangkat dan menyentuh ibu jari dengan jari telunjuk.

Namun, hingga saat ini Google dan FCC tidak segera menanggapi permintaan komenta

Sebelumnya Google telah membawa kabar abar gembira datang dari Google dengan menghadirkan aplikasi filter anti-spam untuk SMS.

Filter ini dibuat untuk menjawab keluhan pengguan ponsel yang terganggu dengan banyaknya SMS berisi sampah (spam).

Saat ini, fitur ini masih dalam tahap uji coba di beberapa wilayah di dunia.

Filter yang disebut Spam protection itu bisa diakses di dalam aplikasi Android SMS.

Pengguna perlu membuka opsi Setting ‘Advanced’ untuk memulai fitur ini bekerja.

Kendati demikian, yang mungkin menjadi kekhawatiran sebagian pelanggan bisa jadi adalah memberikan Google akses ke data pesan untuk mendeteksi apakah pesan itu spam.

Namun Google disebut tidak akan mengirim pesan apapun dari ponsel pengguna ke servernya, seperti dilaporkan IB Times.

Gizchina menulis bahwa Google memastikan bahwa nomor ponsel pengguna dan pesan mereka tak akan dibagikan pada siapaun.

Namun jika pengguna ingin melaporkan sebuah pesan pada perusahaan, maka baru Google akan melihat seluruh pesan dan mencari siapa pengirim pesan tersebut.

Karena Spam protection belum dirilis secara resmi ke publik, perusahaan pasti akan mencari umpan balik dari penguji dan aktivis privasi publik untuk menyelesaikan masalah menganggu ini.

Hingga saat ini, belum ada informasi mengenai bagaimana Google akan dapat menangani angka tinggi dan beberapa teknik jahat lainnya yang digunakan oleh penjahat siber melalui SMS spam.

Namun demikian, perlindungan untuk aplikasi SMS merupakan fitur yang sangat dibutuhkan tak hanya untuk melindungi pengguna dari maksud jahat dan menganggun, tetapi juga menghindari menumpuknya pesan pemasaran jarak jauh yang menggerogoti memori penyimpanan ponsel.

Sebelumnya, Google telah meluncurkan fitur Call Screen bagi pengguna Pixel lawas untuk memblokir telepon dari telemarketing yang mengganggu.

Indonesia merupakan satu dari dua puluh negara di dunia yang menerima spam terbanyak di dituahin ini. Bahkan, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan spam tertinggi

Hal tersebut karena lima belas persen dari semua panggilan yang diterima pengguna Truecaller di negara ini adalah panggilan spam.

Rata-rata terdapat sembilan koma sembilan panggilan spam per bulan dialami pengguna di Indonesia, diikuti oleh Malaysia dengan rata-rata 6 panggilan per bulan.

Tingginya spam di Indonesia disayangkan banyak pengguna karena sebenarnya pemerintah melalui Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia  telah mewajibkan registrasi kartu SIM prabayar dengan janji untuk melawan SMS spam.

Namun dampak program itu belum terbukti belum berdampak signifikan di tahun pertamanya.

Selain itu kabar gembira lainnya dari Google adalah  Google Assistant dikabarkan akan kedatangan fitur baru untuk memberi notifikasi potensi penundaan jadwal penerbangan.

Fitur ini kabarnya akan hadir di aplikasi Google Flights.

Nantinya dengan fitur ini, pengguna Assistant hanya cukup bertanya “Hai Google, apakah penerbangan saya tepat waktu?” atau “Bagaimana status penerbangan American Airlines dari Philadelphia ke Denver?”.

Perusahaan yang berbasis di Silicon Valley, AS ini menggunakan kombinasi machine learning dan data history status penerbangan untuk memprediksi penundaan jadwal keberangkatan. Mereka mengklaim tingkat kepercayaan prediksi ini mencapai delapan puluh lima persen.