Google baru saja memperkenalkan fitur baru untuk peramban besutannya, yakni Chrome.
Kali ini, browser itu dapat memberitahu pengguna apabila ada akunnya yang menjadi korban peretasan.
Seperti ditulisThe Inquirer, hari ini, Selasa, fitur anyar ini hadir dalam bentuk ekstensi. Jadi, extention ini akan aktif saat mendeteksi pengguna memasukkan username dan password di sebuah layanan.
Apabila ekstensi ini mendeteksi credential password akun tersebut telah dijebol, baik dari kebocoran data atau upaya pembobolan paksa, pengguna akan segera menerima peringatan.
Setelah itu, pengguna akan disarankan untuk mengganti password miliknya. Meski dapat mengetahui akun sudah diretas atau tidak, Google memastikan tidak akan mengetahui informasi detil dari akun tersebut.
Karenanya, Google bekerja sama dengan Stanford University untuk melindungi privasi akun tersebut. “Ini merupakan versi pertama Password Checkup, dan akan terus diperbaiki ,” tutur Google.
Google juga memperkenalkan tool bernama Cross Account Protection. Alat ini membantu pengguna mengetahui jika ada hacker yang mencuri credential akun Google untuk masuk ke layanan pihak ketiga.
Nantinya, Google akan mengirimkan informasi pada pengguna jika terjadi pembajakan akun. Selain itu, Google juga akan menginformasikan hal itu pada penyedia layanan untuk segera dilakukan penindakan.
kali pada 2008. Untuk menandai usianya yang ke-10, Google menghadirkan perubahan desain yang lebih penuh dengan estetika sekaligus fungsional.
Saat ini, Google Chrome memiliki tampilan desain agak kotak. Mengutip laman The Next Web, Kamis (6/9/2018), desain baru yang dihadirkan pada Google Chrome memiliki tampilan sisi agak bulat.
Perubahan desain akan segera menyambangi Google Chrome desktop dan mobile. Ikon situs web pun kini lebih mudah dilihat saat pengguna mengisi tab jendela dengan tab.
Selain itu, opsi menu dan elemen desain lainnya diatur dan disederhanakan di berbagai versi aplikasi.
Chrome mengubah pengelolaan autofill (isi sandi otomatis) agar lebih akurat di berbagai situs
Mengenai kata sandi, Chrome kini bisa memberi rekomendasi kata sandi yang kuat yang secara otomatis akan ditautkan ke akun Google pengguna.
Bilah penelusuran (search bar) yang dikenal dengan nama Omnibox kini bisa menampilkan lebih banyak informasi tanpa perlu membuka tab baru.
Pengguna bisa mencari tab tertentu dalam Omnibox yang berguna ketika peramban penuh dengan tab yang terlalu kecil untuk dibaca.
Pengguna akan segera bisa menelusuri Google Driver mereka langsung dari bilah pencarian.
Pengguna bisa membuat pintasan untuk situs favorit mereka di halaman tab baru serta mengatur gambar latar belakangnya.
Selain itu Google baru saja memperbarui browser besutannya, yakni Chrome, dengan pembaruan teranyar versi terbaru.
Pembaruan Google Chrome kali ini, secara bersamaan diluncurkan untuk Mac, Windows, dan Linux.
Seperti diketahui, Google Chrome versi barumenghadirkan fitur di mana pengguna akan log in secara otomatis di media sosial milik Google.
Namun, fitur ini justru menuai respons negatif dari sejumlah pengguna. Kebanyakan khawatir kalau riwayat pencarian browser mereka tersinkronisasi setiap kali mereka masuk ke media sosial milik Google.
Sadar dengan kontroversi ini, Google pun memutuskan untuk menonaktifkan fitur log in otomatis tersebut pada Chrome
Pembaruan kali ini Google memunculkan fitur baru yang mempermudah pengguna masuk ke browser, untuk mengakses situs web di mesin pencarian Google.
Dalam versi baru ini, akan muncul tulisan “Allow chrome sign-in”, yang dapat diaktifkan secara default.
Artinya, pengguna akan masuk ke dalam browser jika mereka log in ke situs milik Google seperti YouTube atau Gmail.
Jadi, jika memang masih ada pengguna yang tidak nyaman dengan sinkronisasi riwayat browsing, mereka dengan mudah akan bisa menonaktifkan fitur tersebut.
Selanjutnya, pengguna akan diarahkan masuk ke situs browser Google seperti YouTube atau Gmail.
Guna meningkatkan keamanan pengguna saat mengakses Chrome di perangkat Android, tim peneliti Google dikabarkan sedang mempersiapkan update besar-besaran.
Dalam usaha mencapai hal tersebut, Google meluncurkan aplikasi Chrome anyar
Chrome beta mengadopsi teknologi sensor sidik jari yang nantinya bakal digunakan untuk mengakses beragam layanan di perangkat.
Tak hanya memiliki kemampuan mengenali sidik jari, Chrome versi Android akan memiliki kemampuan mengidentifikasi bentuk (shape identification).
Google menyebutkan, teknologi itu mengandalkan tiga jenis API (application programming interface) untuk mendeteksi bentuk wajah, barcode, dan teks dalam gambar di dunia maya.
Hal menarik lainnya yang Google lakukan adalah mulai versi Chrome 70, browser tersebut tidak akan lagi menyertakan build number perangkat Android dan iOS.
Google melakukan perubahaan ini bertujuan untuk mencegah eksploitasi celah keamanan hingga pencurian data pribadi pengguna lewat aplikasi Chrome.
Google Chrome memulai debutnya pada 2008. Mulanya, Chrome dipasarkan sebagai peramban baru dan memulai debutnya dengan komik web dari Google untuk menandai browser pertama milik perusahaan.
Mulanya Chrome diluncurkan sebagai aplikasi beta untuk Windows, baru selanjutnya Chrome hadir di Linux dan MacOS pada 2009.
Chrome memulai debut di saat yang tepat, yakni saat pengembang dan pengguna internet mulai bosan dengan Internet Explorer dan Firefox.
Untuk menghadirkan Chrome, Google menggunakan komponen-komponen render engine WebKit Apple dan Mozilla Firefox. Selanjutnya perusahaan membuat seluruh source code Chrome agar bisa diakses publik sebagai projek Chromium.
Salah satu bagian signifikan saat Chrome pertama kali dirilis adalah ide tentang “sandboxing“.
Fitur ini memungkinkan agar satu tab browser Chrome mengalami crash, tidak berdampak pada keseluruhan browser. Selain itu, anticrash ini juga meningkatkan kecepatan dan kestabilan Chrome secara umum.
Kini setelah satu dekade, Chrome mendominasi hampir seluruh pengguna internet. Chrome menguasai 60 persen pangsa pasar di desktop.