Google melincurkan mesin peramban Chrome versi 50 tanpa mendukung sistem operasi lawas.
Dengan angka 50 ini, Google ingin mengingtakan para penggunanya bahwa Chrome telah mengalami pembaruan atau update sebanyak lima puluh kali sejak diluncurkan delapan tahun silam.
Rahul Roy-chowdury, petinggi Google yang khusus menangani mesin peramban Chrome ini mengatakan, seiring diluncurkan versi terbaru makan mereka tidak lagi mendukung sejumlah OS lawas seperti Windows XP, Vista, OS X 10.6, OS X 10.7, dan OS X 10.8.
“Kami akan setop dukungan OS lawas dari Windows, Android, hingga iOS,” katanya seperti dikutip “phone arena,” Kamis, 21 April 2016.
“Hal ini,” katanya,” sebagai jawaban terhadap pemberhentian tambal cela keamanan di OS versi lawas
Ini berarti, para pengguna OS lawas bukan berarti tidak lagi bisa mengoperasikan Chrome di perangkat mereka, namun mereka tidak akan menerima update dan keamanan siber mereka tidak lagi diproteksi.
“Ini juga dorongan bagi pengguna agar memperbarui sistem operasi mereka ke versi teranyar,” ujarnya.
Kendati begitu, Rahul mengaku akan terus melakukan pembaruan di platform lain seperti di iOS.
Ia pun menyatakan rasa senangnya lantaran Google Chrome berhasil merambah pengguna platform lain di luar Android — iOS dan Windows.
Diketahui Chrome versi 50 telah dilengkapi fitur baru seputar keamanan data pengguna serta pengalaman penggunaan yang diyakini akan lebih cepat dan pencarian konten yang lebih menyeluruh.
Peramban Google Chrome identik dengan perangkat komputer pribadi atau PC.
Seiring berkembangnya perangkat mobile, Chrome harus menyesuaikan diri, salah satunya di Indonesia.
Rahul Roy-chowdury selaku Director of Product Management Chrome bercerita, sejak Chrome diluncurkan, perusahaan sudah memasang konsep search engine yang mengutamakan kecepatan , keamanan, dan kemudahan.
Sebagai platform web, Rahul mengaku ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi timnya di negara berkembang dan ada sejumlah rintangan yang perlu mereka atasi.
Mengaku telah memfokuskan layanan di Indonesia dan India sejak Maret 2015, keduanya adalah negara penting bagi Chrome.
“Salah satu kendalanya adalah bagaimana penyesuaian layanan untuk negara berkembang seperti kelancaran koneksi internet,” ucap Ruhul.
Ia melanjutkan, “tantangannya ya, bagaimana mengoptimalkan layanan Chrome di area yang memiliki konektivitas Internet yang sering putus-nyambung.
Salah satunya bandwidth untuk memperoleh gambar. Kami tidak mengurangi kualitas, hanya menyesuaikan dengan kondisi koneksi.”
Selain itu, penting bagi tim Chrome dalam urusan kemudahan alias simplicity.
Menurut Rahul, timnya juga fokus pada pengembangan bahasa lokal agar lebih mudah digunakan.
“Soal bahasa adalah salah satu aspek penting dalam lokalisasi layanan. Kami punya tim yang memproduksi bahasa lokal,” tutur Rahul yang telah bergabung di Google sejak sembilan tahun silam.
Versi teranyar Chrome, yakni Chrome 50 sudah bisa dinikmati oleh pengguna.
Rahul menyatakan, Chrome mengalami pembaruan setiap enam minggu sekali.
Khusus untuk Chrome 50 telah dilengkapi fitur baru yang lebih mengutamakan keamanan data pengguna dan pencarian konten yang lebih menyeluruh.
Kehadiran Chrome sebagai platform web memang memiliki peran yang besar, hingga layanannya berupa situs aplikasi mobile bisa diakses dan diunduh melalui sistem operasi di luar Android, yakni melalui iOS serta Windows.
Rahul pun mengatakan, kuatnya perkembangan tren yang serba mobile, hal ini ‘memaksa’ ia dan timnya untuk mengembangkan produk Chrome lebih matang lagi untuk perangkat mobile.
“Kami harus memastikan produk Chrome sudah sesuai dengan kebutuhan para konsumen mobile.”
“ Maraknya perangkat serba mobile seperti memaksa kami harus ganti fokus dari web ke mobile,” ungkap Rahul.
Ia kemudian mengerahkan timnya yang terdiri dari desainer dan teknisi untuk beralih fokus dari web ke mobile.
“Mulai dari pemakaian data, bandwidth, hingga fitur seperti add-on kami perhatikan. Tentu kami harus sesuaikan kualitas gambar untuk perangkat mobile yang tidak mungkin sama dengan penggunaan versi web. “
“Dan saya rasa tidak ada yang suka add-on di versi mobile,” sambung Rahul.
Menariknya, saat ditanya perbandingan pengguna Chrome versi situs mobile dan aplikasi mobile, Rahul dengan optimis menjawab, “sudah pasti semuanya 100 persen pakai keduanya.”
Menurutnya, perangkat mobile terus mengalami pertumbuhan. Dari dua jenis layanan Chrome, situs mobile dan aplikasi mobile, ia mengaku tidak ada perbedaan mendasar dari pengguna.
“Kalau pakai aplikasi mobile, sebenarnya hanya soal kebiasaan. Orang-orang menggunakan media sosial melalui aplikasi mobile. Dan mereka gemar melakukannya karena memang suka menghabiskan waktu di sana,” ucapnya lagi.
Sementara Chrome versi situs mobile, diakui Rahul adalah akses yang masih digemari pengguna karena sifatnya yang “just click-away” dan langsung terhubung.
“Kemudahan Chrome versi situs mobile bisa dirasakan sebagaimana versi web, serta pengguna bisa mengaksesnya kapanpun selagi ia menggenggam perangkat mobilenya,” tutup Rahul.