Baru-baru ini Google mengumumkan kehadiran sebuah fitur baru terkait dengan keamanan password pengguna.
Fitur bernama Password Checkup ini bisa mengingatkan apakah password kamu berisiko diretas, dikompromikan, atau malah dipakai berulang kali pada sejumlah situs dan layanan yang berbeda.
Google juga memberikan berbagai saran untuk pengguna, jika password dianggap tidak aman.
Fitur Password Checkup ini tidak sepenuhnya baru sebab sudah ada aplikasi lain yang menawarkan hal serupa. Namun, fitur ini tertanam langsung di akun Google milik pengguna.
Tidak hanya menginformasikan ke pengguna soal peretasan, fitur ini juga bisa mencegah pengguna memakai password yang tidak aman. Misalnya kata “password” sebagai kombinasi
“Kami merilis Password Checkup, sebuah fitur baru yang menjadi password manager. Tujuannya untuk mengecek kekuatan dan keamanan seluruh password yang pernah dipakai,” kata Google, sebagaimana dikutip dari BGR, Jumat (4/10/2019).
Google juga mengatakan, “Password Checkup akan memberi informasi ketika password telah diretas, dan alat ini akan memberikan rekomendasi yang dibutuhkan.”
Selain menginformasikan apakah password tidak aman atau telah diretas, Password checkup juga memberi tahu pengguna saat sebuah password dipakai secara berulang di berbagai situs.
Penggunaan ulang sebuah password pada berbagai laman memang tidak aman. Pasalnya, ketika salah satu akun diretas, peretas bisa mengambil alih akun lainnya.
Untuk itu, pengguna direkomendasikan untuk membuat password yang kuat dan unik untuk tiap akun yang mereka miliki.
Untuk menemukan fitur Password Checkup, pengguna bisa membuka laman passwords.google.com. Kemudian, pengguna akan diminta untuk memasukkan akun Gmail mereka untuk pengecekan.
Setelah memasukkan alamat email dan password, akan terlihat berbagai diagnosis password, entah itu yang sudah dibobol, yang telah digunakan berulang kali, serta password yang tergolong lemah.
Pengguna juga akan diberikan rekomendasi untuk memperbaiki tingkat keamanan password miliknya.
Sebelumnya Google telah merilis tiga fitur baru terkait perlindungan privasi di dalam layanan Maps, YouTube, dan Assistant. Pengguna kini lebih mudah mengatur privasi mereka di tiga layanan Google tersebut.
Dilansir dari The Verge, Jumat (4/10/2019), Google telah meluncurkan modus incognito untuk Maps dan akan mulai debut di Android pada bulan ini sebelum segera menghadirkannya ke iOS.
Ketika pengguna mengaktifkan modus incognito di Maps, aktivitas di perangkat seperti tempat yang dicari, tidak akan disimpan di akun Google. Selain itu, aktivitas tersebut juga tidak akan bisa digunakan untuk mempersonalisasikan pengalaman Maps pengguna.
Google juga merilis fitur penghapusan otomatis untuk YouTube History. Fitur serupa sebelumnya telah hadir untuk Location History dan Web & App Activity pada Mei lalu.
Pengguna bisa menetapkan waktu seberapa lama YouTube bisa menyimpan data mereka, atau sampai dihapus secara manual. Prosesnya sama seperti fitur auto-delete pada Location History dan Web & App Activity.
Pengguna kini juga bisa menghapus perintah suara atau pertanyaan terakhir yang diajukan kepada layanan Assistant. Pengguna cukup mengatakan, “Hey Google, delete the last thing I said to you” atau “Delete everything I said to you last week“, dan data tersebut akan dihhapus.
Sayangnya, pengguna tidak bisa menghapus data yang terekam lebih dari sepekan menggunakan perintah suara. Untuk itu, pengguna masih harus melakukannya secara manual di menu pengaturan Assistant.
Selain tiga fitur baru tersebut, Google juga mengumumkan Password Checkup. Fitur baru ini akan dapat memberitahu pengguna jika password yang digunakan lemah, disalahgunakan, atau sudah digunakan di beberapa layanan internet lain.