Google menyiapkan sebuah aplikasi pemblokir iklan berupa tool sebagai penengah antara masyarakat dan pengiklan yang sering mengeluh akibat gangguan itu.
Tak seperti ad-blocker, tapi memiliki fungsi hampir sama.
Google bakal memasang pemblokir iklan buatannya sendiri ke dalam Chrome.
Pemblokir iklan di browser Chrome buatan Google bakal berbeda dari aplikasi pemblokir iklan lainnya.
Pemblokir iklan yang dikembangkan Google bisa menyaring dan memblokir iklan-iklan tak relevan saat pengguna berselancar maya.
Hal ini bisa dilakukan Google berkat sebuah tool baru yang dinamai “The Ad Experience Report”.
Tool itu bertugas memberikan skor pada iklan berbasis laporan masyarakat.
Pengiklan pun bisa tahu apakah iklan mereka dianggap menyebalkan dan mengganggu oleh masyarakat.
Inisiasi baru ini sudah menjadi buah bibir sejak April lalu, namun baru sekarang dikonfirmasi Google.
Dampak dari “The Ad Experience Report” digadang-gadang bakal masif dan memengaruhi ekosistem iklan digital secara keseluruhan.
Pasalnya, Chrome adalah peramban paling populer di desktop dan mobile. Arus iklan di Chrome pun bisa menjadi indikator pertumbuhan iklan digital secara total.
Menanggapi hal ini, VP of Ads and Commerce Google, Sridhar Ramaswamy, mengatakan “The Ad Experience Report” menjadi jalan tengah atau win-win solution bagi masyarakat dan pengiklan.
“Kita semua tahu bahwa pengalaman iklan di internet adalah masalah nyata. Pengguna bisa dibuat bingung dan sebal,” kata dia, sebagaimana ditulis Adage
“Kami sadar solusi seperti ad-blocker seakan menghukum semua orang, termasuk penyedia konten keren yang sangat memikirkan pengalaman pengunjung ketika mematrikan iklan pada situsnya,” ia menambahkan.
Jadi, “The Ad Experience Tool” lebih pantas disebut sebagai alat penyaring iklan ketimbang alat pemblokir iklan. Gunanya adalah menghimpun suara masyarakat dan memblokir beberapa iklan yang dianggap menyebalkan.
Beberapa iklan yang paling banyak dibenci adalah yang berbentuk popups, yang serta-merta memutar otomatis video, atau yang memaksa pengguna menunggu hingga sepuluh detik sebelum mengakses konten tujuan mereka.
Google mengatakan “The Ad Experience Report” baru bisa dijajal pada awal tahun depan mendatang.
Sebelumnya, Google memang sudah berencana memasang fitur ad-blocker atau pemblokir iklan dalam peramban Chrome versi desktop dan mobile.
Pemblokiran tersebut bisa diaktifkan atau dinonaktifkan sesuai kebutuhan pengguna.
Bedanya dengan pemblokir iklan lain, buatan Google ini hanya akan menghapus berbagai iklan yang tidak sesuai dengan definisi dari kelompok industri Coallition for Better Ads.
Beberapa iklan bakal diblokir itu antara lain berupa iklan yang muncul fullscreen sebelum sebuah situs sepenuhnya terbuka.
Seperti juga diungkapkan The Verge, saat ini masih belum jelas bagaimana cara Google menerapkan pemblokir iklan buatannya.
Kemungkinan ada dua pilihan yang sedang dipertimbangkan.
Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, pilihan pertama adalah memukul rata pemblokiran iklan. Artinya, saat ada satu iklan yang melanggar ketentuan, maka seluruh iklan di sebuah situs akan diblokir tanpa pandang bulu.
Cara demikian diperkirakan bakal mempengaruhi pemilik situs sehingga lebih memperhatikan iklan yang dipasang dan menyesuaikannya dengan standar industri.
Sedangkan pilihan kedua adalah pemblokiran dengan cara tebang pilih. Artinya, Google hanya akan memblokir iklan yang melanggar ketentuan saja dan membiarkan iklan lain di sebuah situs bebas terbuka.
Meski menurut bocoran sudah ada dua pertimbangan itu, sampai sekarang masih belum jelas mana yang jadi pilihan Google. Raksasa internet tersebut juga bungkam dan tak mengeluarkan komentar sama sekali mengenai rencananya.
Sekadar diketahui, pembuatan alat pemblokir iklan sebenarnya tampak bertentangan dengan Google. Pasalnya Google sendiri mengandalkan bisnis internet yang bergantung pada iklan.
Namun belakangan ini Google mulai tertarik untuk membuat sesuatu yang bisa mencegah pengguna memakai alat pemblokir iklan buatan perusahaan lain. Pasalnya, alat pemblokir seperti itu tidak bisa dikendalikan Google
Sebelum langkah yang ditempuh Google ini, saingan mereka Apple, telah mengambil kebijakan mengizinkan pengguna mengambil kebijakan mengizinkan pengguna iPhone dan iPad memblokir iklan di internet lewat browser Safari yang dipasangi dengan fitur AdBlock.
AdBlock adalah teknologi yang dipakai untuk mencegah iklan muncul di halaman web yang sedang dibuka, baik dalam perangkat mobile atau PC desktop.
Saat ini, teknologi tersebut banyak terdapat di browser-browser PC dalam bentuk plug-in, namun masih sedikit browser mobile yang mendukung AdBlock di smartphone atau tablet.
Kini, sistem operasi iOS akan memungkinkan ekstensi blokir konten ditambahkan ke dalam Safari.
Aadd-on browser Safari di iOS tersebut bisa diatur untuk menangkal beberapa cookies, foto, pop-up, dan konten tertentu lain agar tidak diunduh.
Sebelumnya, untuk bisa melakukan hal-hal tersebut di atas, perangkat iOS harus di-jailbreak terlebih dahulu, yang juga berisiko membuka pintu bagi malware untuk masuk.
Apple tidak akan membuat software penangkal iklan itu sendiri, melainkan pengguna bebas mengunduh ekstensi buatan pihak lain dari toko aplikasinya App Store dalam waktu dekat.