Baik dari segi jumlah maupun kemampuan, hacker Indonesia, yang yang bergabung dengan “anonymous army,” maupun komunitas kecil, jauh lebih besar dan memiliki keunggulan lima kali dibanding dengan hacker Australia, yang tergabung dalam “Ano-Au.
Untuk itu, adanya pesan yang menyepelekan hacker Indonesia dari “Ano-Au,” tidak perlu di tanggapi secara berlebihan. “Mereka tahu kita punya tentara hacker yang sangat besar. Kalau kita menyerang mereka pasti habis. Cuma saja, kita tidak sepakat untuk melakukan serangan besar-besaran,” kata seorang pakar informasi teknologi tentang pelecehan yang dikirim hacker Australia.
Sang pakar, yang tidak ingin namanya ditulis, mengakui, ada ketidakkompakan di antara hacker Indonesia dalam menyikapi persoalan hubungan Indonesia-Australia dikaitkan dengan isu penyadapan.
“Sikap kita masih berbeda-beda. Masih dalam tahapan diskusi apakah itu penghinaan skala besar atau hanya persoalan hubungan yang tidak harmonis, ujarnya
Diungkapkan, jumlah hacker Indonesia relatif banyak dengan kemampuan di atas rata-rata. Jadi apabila, benar-benar, terjadi perang cyber seperti yang didengungkan hacker Australia, dia meyakini jumlah kekuatan hacker Indonesia – Australia akan berbanding lima banding satu..
“Berdasarkan pengamatan sebuah pemantau informasi teknologi, komunitas hacker Indonesia bertumbuh bukan hanya di kota-kota besar saja, tetapi hingga ke kota-kota kecil. Mereka juga piawai menggunakan teknik-teknik tinggi untuk meretas website,” tegasnya.
“Jadi jika perang cyber terjadi, tentunya nasionalisme semua hacker Indonesia akan terusik dan akan mengakibatkan saling serang di antara hacker kedua Negara. Jumlah yang besar akan menguntungkan hacker Indonesia,” jelasnya lagi.
Ketegangan hubungan antara Indonesia dan Australia beberapa hari terakhir memang merembet ke dunia maya. Penyadapan komunikasi presiden dan beberapa pejabat tinggi negara oleh Australia menggugah rasa nasionalisme para peretas Indonesia.
Pakar cyber crime yang tergabung dalam Forum Akademisi IT, Edy Winarno, mengatakan peretasan yang dilakukan oleh hacker Indonesia masih sebatas wajar karena tidak mengganggu dan tidak merusak data yang terdapat di server.
Terlebih, apa yang dilakukan peretas Indonesia semata-mata hanya ingin menyampaikan pesan kepada Australia bahwa harga diri bangsa dan negara Indonesia tidak bisa ditawar-tawar, berdaulat dan mampu berdiri tanpa bantuan dari Negeri Kanguru itu.
Hanya saja, menurutnya, cara-cara yang digunakan seharusnya para hacker Indonesia tetap memegang hacking ethics, sehingga situs-situs sosial seperti rumah sakit, pendidikan dan lembaga-lembaga sosial lainnya tidak ikut diserang.
“Hacker itu punya etika dan harus selalu dijaga. Jangan menyerang situs-situs sosial. Sekalipun kepala panas, tetapi kedepankan hati nurani,” ujarnya.