Masih ingat Basofi Sudirman?
Ya. Bekas Kasdam Jaya yang jadi Wagub DKI dan kemudian mengabdi sebagai Gubernur Jawa Timur.
Tentu bukan karir tentara dan politiknya yang penting untuk kita tulis.
Yang lebih penting adalah “karir”nya sebagai pedangdut lewat lagu “Tidak Semua Laki-laki” yang menjadi pendongkrak karirnya.
Dan kabar duka datang dari Basofi Sudirman. Ia diberitakan meninggal dalam usia tujuh puluh tujuh tahun pada Senin siang WIB, 07 Agustus, di Jakarta
Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jatim satu periode, Basofi mengawali kiprahnya di dunia pemerintahan dengan menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta
Di akhir masa jabatannya sebagai Wagub DKI Jakarta itulah, Basofi mulai menjajal bakatnya sebagai penyanyi.
Pria kelahiran Bojonegoro, 20 Desember itu mengawali debutnya lewat lagu ciptaan Leo Waldy bertajuk Tidak Semua Laki-laki .
Lagunya langsung populer.
Meggy Z bahkan menyanyikannya ulang. Hingga kini lagu itu masih sering didengar, namun tidak banyak yang tahu bahwa mulanya itu dilontarkan oleh Basofi.
Saat itu, ke mana pun pergi Basofi sering akhirnya menghibur masyarakat dengan Tidak Semua Laki-laki.
Disebut-sebut, karena itu Basofi pun dikenal menjadi pejabat daerah yang menelurkan album dangdut.
Dalam album yang berjudul sama dengan lagu hit-nya, Tidak Semua Laki-laki, terdapat delapan lagu lain. Lagu-lagu itu pun tidak kalah populer dengan yang pertama.
Di antaranya ada Fatamorgana, Fianda, Rena, Termiskin di Dunia, Terbayang-bayang, Tanda Cinta, Rena, Pasrah, dan Siapa Suruh.
Dilaporkan, album tersebutlah yang kemudian menunjang popularitas Basofi hingga akhirnya dipilih menjabat sebagai Gubernur Jatim.
Sayang, kiprah Basofi di dunia hiburan hanya terekam dalam satu album saja. Setelahnya, ia lebih memilih melanjutkan kariernya di dunia politik.
Basofi dikenal punya karir cemerlang di dunia militer sebelum terjun ke politik dan menjabat sebagai kepala daerah.
Penyanyi lagu dangdut ‘Tidak Semua Laki-Laki’ itu lulus SMA dan kemudian melanjutkan ke Akademi Militer Nasional di Magelang, Jawa Tengah.
Lulus AMN, karir Basofi di militer kian moncer.
Pada usia empat puluh tujuh tahun, Basofi memilih pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal TNI.
Ia kemudian beralih ke dunia politik dan masuk Partai Golkar yang kala itu kental terkenal sebagai partai pemerintah era Orde Baru.
Karir politiknya juga terbilang lancar. Sebelum menjadi Gubernur Jawa Timur, dia sempat dipercaya menjabat Ketua DPD Golkar DKI Jakarta.
Kepastian berpulangnya Basofi datang dari Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo. “Ya benar,” katanya.
Ia mengungkapkan, Basofi meninggal karena sakit komplikasi.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumulo juga membenarkan bahwa Basofi tutup usia
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengenang kembali sosok mantan Gubernur Jawa Timur itu Sebagai seorang Pancasilais dan Nasionalis serta religius.
“Doakan semoga almarhum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai amal baktinya. Selamat jalan Pak Basofi, sosok yang Sapta Marga, yang Pancasilais, yang Nasionalis, dan religius,” ujar Tjahjo dalam pesan singkatnya, Senin
Tjahjo mengaku, Indonesia kehilangan sosok yang lengkap dari diri Basofi. Sebab, Basofi merupakan figur yang moncer karirnya di dunia militer, pemerintahan, dan politik.
“Saya dekat dengan beliau saat saya Sekjen dan Ketua Umum KNPI dan beliau bertugas di Jakarta. Saya sering berkomunikasi dan diskusi (dengan Basofi),” ujar Tjahjo.
Dari kedekatan itu, Tjahjo menilai, Basofi merupakan sosok yang penuh kehangatan. Basofi juga dinilai orang yang dekat dengan kaum pemuda tanpa membeda-bedakan latar belakang.
“Beliau sosok yang hangat, dekat dengan anak muda, khususnya tidak membeda-bedakan siapa dia, dari partai mana atau ormas mana, semua diterima dengan hangat sampai beliau bertugas di Jatim,” kata Tjahjo.
Mantan Gubernur Jawa Timur, Basofi Sudirman tutup usia. Purnawirawan Mayor Jenderal TNI itu wafat di RS Medistra Jakarta hari ini.