Bagi saya ia bagaikan seonggok sejarah. Bagaikan miniatur dari perjalanan musik negeri ini yang padat. Perjalanan musik yang warna warni dari keceriaan.
Begitu banyak yang telah dijalaninya, begitu beragam pengalamannya, begitu pas ia berada di alur itu. Begitu “indonesia”. Di alur musik.
Kepergiannya di hari kemarin, di sebuah petang yang mendung, seperti meninggalkan lobang menganga bagi musik di negeri ini.
Titik puspa seperti nyanyian ciptaannya: “kupu-kupu malam” adalah elemen yang sering kita ingat sebagai saksi penting dari riwayat perjalanan musik itu sendiri
“Di sini,” kata teman saya bachrun, yang dulu mewawancarainya bersama saya tentang idenya melahirkan operet kartini di tvri,:ia telah memerdekakan musik tanah air,
Bachrun yang kini seorang guru besar budaya mengenang, dalam operet kartini untuk memperingati hari lahir ibu sejati itu – dua puluh satu april- musik digenggamannya sepertinya telah menjadi indonesia.
Bachrun benar. Dari sini kolonialisme musik dan pertunjukannya terdepak sebagai antitesisnya.
Saya menyadari ide operet kartini waktu itu benar-benar cemerlang. Saya teringat apa yang dikatakan sumadi yang kala itu jadi direktur jenderal radio, televisi dan film bahwa titik puspa adalah maestro.
Titik puspa mampu menggerakkan operet ini sebagai sesuatu yang sangat indonesia. Indonesia juga dari sisi aransemennya yang di garap secara apik oleh mus mualim sang suami.
Bagi titik puspa, hingga di hari-hari sepuhnya, tak merasa diasingkan dari dunia yang membesarkannya walau pun berbagai genre musik datang silih berganti.
Kita tahu sebabnya: ia ingin musik menyatu dalam peradaban.
Perjalanan jauh yang ditempuh oleh titik puspa dalam bermusik bukan sekadar datang dan pergi. Bukan untuk memungut royaliti Tapi menempatkan kesetaraan.
Tak mengherankan di usia sepuhnya mbak titik masih antusias menekuni profesi ini.
Saya punya kenangan manis dengannya. Tentang kesederhanaan. Rasanya baru kemarin. Ternyata sudah lima puluhan tahun silam.
Sore itu ketika saya datang ke rumahnya untuk tambahan wawancara mbak titiek sedang menyapu halaman rumahnya dengan sapu lidi bertangkai.
Beliau mengenakan daster bermotif kembang. Rambutnya di-roll. Ia menyapu sambil merokok gudang garam iiternasional.
Dan kemarin siang saya baca berita ia telah pergi
_ Kulepas dikau pahlawan Kurelakan dikau berjuang Demi keagungan negara Kanda pergi ke medan jaya Bila kanda teringat
Ingatlah adik seorang Jadikan daku semangat Terus maju pantang mundur Airmataku berlinang karena bahagia Putra pertama lahir sudah Kupintakan nama padamu pahlawan
Sembah sujud ananda Dirgahayulah kakanda Jayalah dikau pahlawan Terus maju pantang mundur—-
Titik puspa terlahir dengan nama sudarwati atau kadarwati atau pun sumarti di tanjung-tabalong- kalimantan selatan delapan puluh tujuh tahun silam dari keluarga jawa.
Orang tuanya bernama tugeni puspowidjoyo dan siti mariam. Orang tua beliau dulu bekerja di pertamina komplek pengeboran minyak murung pudak.
Masa kecilnya sebelum balik ke semarang dijalaninya di komplek perumahan pertamina murung pudak itu.
Di kampung kelahirannya itu semua tahu tentang titiek. Tanyakan saja ke sesepuh kampung itu, apa lagu terbaik dan terfavoritnya dari titiek.?
Mereka langsung jawab “kupu kupu malam” Iitu lagu terikonik di tahun tujuh puluhan
Di kemudiannya ia lebih dikenal dengan nama panggung titiek puspa
Saat kecil, ia bercita-cita ingin menjadi guru taman kanak-kanak. Namun, setelah memenangkan beberapa kompetisi menyanyi, ia memutuskan untuk menjadi seorang penghibur
Keputusan itu ia buat di usia empat belas tahun. Keputusan yang ditentang kedua orang tuanya
Untuk mewujudkan cita-citanya ini titik pernah “menelikung” orang tuanya untuk mengikuti sebuah lomba nyanyi. Menelikung di sini tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Dari arena lomba ini ia menelikung dengan sebuah nama lain.
Bukan sumarti atau kadarwati. Tapi titik puspo. Nama yang ia diskusikan atas saran seorang temannya. Sejak itulah ia dikenal dengan nama titiek puspa.
Nama ini pula yang diambilnya sebagai nama orkes pengiringnya, “puspa sari”, yang dipimpinnya sendiri dan mengiringinya menyanyi di awal kariernya.
Titiek mengawali karir tarik suaranya dari semarang saat mengikuti kontes menyanyi bintang radio
Tidak hanya di bidang menyanyi, titiek juga menunjukkan totalitasnya dalam menggarap beberapa operet bersama grup papiko yang sangat diminati pemirsa tvri
Ada sederet panjang operet yang ia lahirkan Sejak dari bawang merah bawang putih, ketupat lebaran, ronce-ronce hingga yang paling fenomenal kartini.
Saya tak ingin menderetkan lagu-lagu yang ia ciptakan dan nama-nama pemusik besar bersentuhan dengannya. Terlalu panjang untuk dideret. Sejak iskandar hingga mus mualin dan wedasmara
Sejak rekaman piringan hitam pertamanya barlabel “gembira” berisi lagu di sudut bibirmu dan esok
Kepeduliannya dunia anak-anak tak perlu diragukan. Anda masih ingat lagu menabung?
Kalau ingat deretkan dikepala bagaimana penggalan syair dari banyak lagu lainnya yang ia ciptakan.
Hingga di hari usia lanjutnya titiek sangat prihatin dengan menguapnya tren lagu anak di panggung hiburan. Titiek terpaksa turun tanah dengan membentuk sebuah grup vokal
Grup vocal beranggotakan sepuluh anak dari berbagai latar belakang etnis bernama “duta cinta.” Grup vocal yang manggung di sejumlah episode pesta sahabat
Dari kehidupan pribadinya titiek tak terlalu bergejolak. Menikah selama sembilan tahun dengan zainal ardi, seorang penyiar radio dengan dua petty tunjungsari dan ella puspasari.
Usai bercerai dengan zainal titiek menikah lagi dengan musisi mus mualim
Saya bisa mengenang titiek sebagai seorang yang “menjadi musik sangat indonesia” Musik yang menjadi darah dan dagingnya.
Musik yang “men-jadi” riwayat seperti nyanyian “apanya dong.” Baginya inilah negeri yang tak merasa perlu memberi milik kita “luar” dan “dalamg”.
Saya beruntung mengenalnya. Di sebuah pause. Tidak secara pribadi. Sebagai jurnalis peliputan. Peliputan sebuah operet. Di rumahnya, di studio dan di puncak acaraoperetnya. Operet kartini
Saya ingat bagaimana ia menyambut sapaan. Hangat dengan senyum dan cerocos medok n-jowo. Menarik.
Ia memang bintang terang di langit musik negeri ini. Sulit untuk mencari penggantinya. Sebab harus berjuang keras untuk mencapai kualitas tak terlalu jauh di bawahnya.
Titiek selalu menghormati para penggemarnya. Ia menghargai setiap orang tanpa pernah membuli – suatu adab yang semakin ditoleransi dalam acara-acara hiburan di televisi kita
Seingat saya mbak titiek tak pernah alpa melontarkan senyum simpatik dan bersahabat, bahkan terhadap tamu yang terkaannya meleset jauh.
Ia memberi permakluman atas kesalahan itu, kadang mengulasnya sejenak . Saya bayangkan: betapa senang hati mereka jika berdiskusi kecil dengannya
Titiek yang tak pernah menunjukkan sikap sebagai salah satu penyanyi terbaik di negeri ini. Ia tahu keunggulan kemampuannya tak pernah membanting penyanyi amatir ***
Titiek puspa adalah penyanyi rekaman dan pencipta yang sukses. Ia selalu didukung oleh barisan pencipta yang cukup untuk memasok lagu-lagu yang cocok dengan karakter suaranya.
Ialebih banyak menyanyi di banyak panggung dan konser dengan membawakan lagu-lagu ciptaannyat. Ia memiliki lidah yang medok. Tebal aksen semarangnya
Dengan face yang awet muda hingga di usia sepuh titiek sering diidentikkan dengan susuk. Sering digoda dengan pertanyaan itu. Tapi ia menjawab dengan hohoho..hahaha..
Hari ini ia berhenti berdendang. Di usia delapan puluh tujuh tahu
Semua orang yang pernah mengenalnya, akan berkomentar ia personal yang sangat ramah, selalu tersenyum lepas dan tulus.
Yang memahami arti dan batas-batas kepatutan seorang penghibur di hadapan publik yang coba dihiburnya.
Titiek meninggal kemarin. Di penanggalan kalender sepuluh april. Di sebuah sore yang muram di rumah sakit medistra usau menjalani perawatan lima belas hari akibat pendarahan otak
Tterima kasih mbak titiek yang telah banyak memberi tanpa harus memungut semuanya………