Siapa yang bisa membantah eksotiknya kopi gayo?
Ya. Apalagi jika kopi gayo ini disambangi oleh leci untuk mendapat perpaduan pahit dan menjadi cita rasa yang pas bagi penikmat kopi manual pemula.
Ya juga, bagi para penikmat kopi manual brew yang sudah tidak asing lagi dengankopi Gayo.
Namun, bagi Anda yang belum biasa, akan merasa aneh dengan rasa pahit dan asam yang menyerang lidah.
Keunikan cita rasa dan aroma kopi dari Gayo akan membawa penikmatnya merasakan sensasi serupa kopi-kopi dari Ethiopia ataupun Amerika Latin
Dan dengan karakter menyerupai bebungaan seperti teh hitam hingga dried-fruit dengan tetap membawa karakteristik rasa klasik nan khas Arabika Sumatera yaitu rempah-rempahan.
Ditanam pada ketinggian permukaan laut dan dikelola oleh tangan-tangan telaten para petani kopi mampu membuat kopi yang dihasilkan dari Dataran Tinggi Gayo sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia.
Keunggulan rasa kopi gayo adalah inkonsistensi, mewakili rasa kopi di seluruh dunia yang disebabkan karena kontur tanah, ketinggian
Gayo, ya hanya kopi.
Nah, marilah kita telisik sisik melik mengenai kopi gayo
Kopi Gayo merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo.
Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak permulaan tahun seribu sembilan ratus ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, serta Gayo Lues.
Gayo sendiri merupakan nama Suku Asli yang mendiami wilayah ini.
Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai petani Kopi. Varietas Arabica mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo.
Produksi Kopi Arabica yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia
Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia.
Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah kita, namun tidak demikian pada kopi Gayo. Rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini.
Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika.
Kopi Gayo Aceh Gayo dihasilkan dari perkebunan rakyat di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Di daerah tersebut kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau
Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia.
Keunggulan rasa kopi gayo adalah inkonsistensi, mewakili rasa kopi di seluruh dunia yang disebabkan karena kontur tanah, ketinggian, dan jenis kopi.
Kopi yang ditanam di Tanah Gayo adalah kopi arabica, sebuah varietas kopi yang belakangan sangat masif perkembangannnya di Indonesia.
Dahulu, masyarakat kita ditipu oleh penjajah Belanda yang mengatakan bahwa kopi arabica hanya untuk kalangan bangsawan, sementara kopi robusta unyuk rakyat.
Maka sejak itulah rakyat kebanyakan hanya mengenal kopi robusta, sedang kopi arabica diekspor ke luar negeri untuk dinikmati para “bangsawan” Eropa.
Sekarang, setelah masyarakat mulai mengenal dengan baik kenikmatan kopi Arabica, perkembangan kopi ini pun sangat pesat yang ditengarai oleh berkurangnya volume ekspor dan meningkatnya kebutuhan kopi dalam negeri dari waktu ke waktu.
Rasa kopi arabica yang ringan karena konon kafeinnya jauh lebih kecil dibanding robusta, menjadi penyebab mereka yang kerap bermasalah dengan asam lambung setelah minum kopi, memilih kopi arabica sebagai teman santai di pagi atau sore hari.
Krakteristik kopi arabica gayo itu memiliki aroma humus, rasanya lebih ringan, dan ada aroma gula, itulah yang membuat kopi gayo unggul.
Keistimewaan lainnya, kopi gayo memiliki citarasa yang bervariasi yang disebabkan oleh letak tanah, kontur tanah, musim, kadar air, serapan sinar matahari, dan juga perawatan.
Bisa saja, kopi yang tumbuh di ladang yang letaknya berdampingan, citarasanya berbeda.
Maklumlah, karena perkebunan kopi di Gayo adalah perkebunan rakyat.
Berbeda dengan Brazil, mereka menanam secara massal, karena perkebunan di sana dikuasai oleh negara, maka tanaman kopi pun diperlakukan sama rata, tidak ada perlakuan khusus.
Di Gayo lahan kopinya terluas sedunia yang dimiliki oleh rakyat.
Gayo adalah negeri kopi. Sejauh mata memandang adalah tanaman kopi.
Maka datanglah ke Tanah Gayo pada pertengahan tahun, saat tanaman kopi mulai berbunga, tanah perbukitan itu pun dipenuhi warna putih kembang kopi yang harum baunya.
Dan hari-hari ini, di Yogyakarta, ada satu coffee shop yang menawarkan hidangan kopi yang ramah untuk pemula.
Hidangan ini juga menjadi ciri khas sekaligus favorit di kafe yang sedang ramai digandrungi muda-mudi Yogyakarta tersebut.
Nama kafe tersebut adlah Kedai Coffee . Bagi yang beralih dari kopi instan ke kopi manual brew, Anda bisa mencoba Galyco. Galyco diracik dari biji kopi gayo dari Aceh.
Uniknya, kopi jenis ini memiliki rasa leci.
“Galyco itu manual brew, tapi lebih light dan lebih segar jadi cocok buat orang yang baru belajar minum kopi manual. Karena sama seperti ice lychee tea tapi jadi ice lyche coffee,” ujar Kathrina pemilik Kedai Coffee No. 27
Ia menceriktakan racikan Galyco ditemukan oleh salah satu barista yang kini menekuni kebun kopi.
Bubuk kopi diseduh di atas saringan. Air ekstraksi kopi tersebut menetes kedalam gelas yang berisi es batu dan leci. Keduanya tersiram panasnya kopi, sehinga cita rasanya bercampur.
Jenis kopi gayo sendiri dipilih karena menurut Kathrina menjadi yang paling segar jika disajikan dengan leci dan es. Manis dan asamnya leci akan berbaur dengan pahitnya kopi gayo, sehingga saat disajikan dengan es rasanya begitu segar.
“Dibanding biji kopi lokal lain paling cocok. Manis dan segarnya gayo lebih keluar, karena setiap kopi itu beda-beda apalagi ketika kena es,” imbuhnya.