Harga emas hari ini, Jumat, 22 Juni kembali merangkak naik bersamaan dengan terjungkalnya nilai tukar dollar Amerika Serikat.
Pagi ini WIB, harga emas sedikit menguat pada setelah mengalami penurunan selama enam bulan akibat apresiasi dolar Amerika Serikat
Namun dolar AS mulai melemah dari posisi tertinggi sebelas bulan.
Seperti ditulis laman “blomberg,” Jumat pagi WIB harga emas di pasar spot naik nol koma dua persen per ounce.
“Harga emas mulai meningkat karena pelemahan dolar AS,” kata RJO Futures Dan Pavilonis.
Dolar AS jatuh dari level tertingginya sebelas bulan terhadap beberapa mata uang utama memicu aksi ambil untung.
Suku bunga AS yang lebih tinggi dan prospek kenaikan lanjutan dari The Fed telah mengangkat dolar AS ke level tertinggi sejak Juli tahun lalu.
Suku bunga yang lebih tinggi akan mendorong investor untuk menjual emas. Namun demikian, para pedagang yakin akan ada permintaan emas dari Rusia.
“Kami telah mendengar berita selama beberapa minggu terakhir bahwa Rusia telah membeli lebih banyak emas dan menjual obligasi AS,” Pavilonis menambahkan.
Wakil Presiden PT RBC Capital Markets George Gero mengatakan, Rusia bisa saja menaikkan mata uangnya karena penurunan harga minyak mentah.
“Mereka adalah produsen emas besar, mungkin mereka mencoba menstabilkan pasar,” ujarnya.
Sementara itu, kepemilikan emas di bursa telah jatuh sejak April. “Ketidakpastian biasanya akan memicu permintaan emas sebagai instrumen safe haven,” ucap Analis Julius Baer Carsten Menke.
Menurutnya, investor AS tengah fokus pada pasar domestik maupun perkembangan ekonominya. Termasuk ancaman dari perang dagang.
Sebelumnya memang diperkirakan harga emas akan menguat di ujung pecan ini.
Analis prediksi harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal itu berdasarkan survei mingguan Kitco.
Harga emas sempat menguat pada pekan lalu. Namun, harga emas akhirnya melemah menyambut akhir pekan didorong dolar Amerika Serikat yang menguat.
Penguatan dolar AS didorong kekhawatiran perang dagang AS dan China kembali meningkat.
Selain itu, laporan lainnya pengaruhi harga emas yaitu pertemuan pimpinan Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump, kenaikan suku bunga dua puluh lima basis poin oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve, dan pengumuman bank sentral Eropa yang menyatakan pelonggaran kuantatif akan berakhir pada tahun ini.
Oleh karena itu, suku bunga mungkin tidak akan naik hingga akhir musim panas tahun depan.
Dalam survei mingguan itu melibatkan enam belas analis.
Dari enam belas analis tersebut, sepuluh suara atau enam puluh tiga persen memperkirakan harga emas menguat.
Ada empat suara atau dua puluh lima persen menyatakan harga emas melemah. Sedangkan dua analis atau tiga belas persen prediksi harga emas sideways.
Sementara itu, seribuan responden mengikuti survei main street.
“Saya optimis harga emas menguat pada pekan ini karena sejumlah alasan. Pertama, harga emas yang sudah tertekan dan indikator momentum relative strength index telah berbalik ke atas,” ujar Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski, seperti dikutip dari laman Kitco.com,.
Sementara itu, Analis Price Futures Group Phil Flynn menuturkan, harga emas menguat seiring kekhawatiran inflasi.
Selain itu, dolar Amerika Serikat diperkirakan melemah pada pekan ini seiring euro mendapatkan katalis positif dari pengumuman bank sentral Eropa pada pekan lalu menjadi sentimen positif untuk harga emas.
“Meski emas dan komoditas melemah baru-baru ini tetapi bisa berubah dengan cepat karena investor kembali buru safe haven. Ditambah dolar AS turun pekan depan karena euro mendapatkan kembali kekuatan usai terjun bebas,” ujar Editor Eureka Miner Report Richard Baker.
Baker prediksi, harga emas kembali ke posisi USD 1.300 pada pekan ini.
Chief Executive Officer Adrian Day Asset Management, Adrian Day juga prediksi harga emas menguat.
“Pasar emas telah cukup diskon tingkat suku bunga the Federal Reserve. Ini menjadi pola sejak kenaikan suku bunga pertama kali pada akhir tiga tahun silam Emas kembali turun namun reli setelah itu,” ujar Adrian.