Pelambatan pertumbuhan ekonomi global memberi peluang lonjakan harga emas karena The Fed juga menunda rencana kenaikan suku bunga.
Selain itu langkah investor China yang mencari instrumen lindung nilai di saat pasar saham mereka sedang bergejolak juga memicu kenaikan harga logam mulia itu.
Mengutip Wall Street Journal, Kamis, 15 Oktober 2015, menulis harga emas saat pembukaan perdagangan, yang merupakan level tertinggi sejak 1 Juli lalu
Angin segar yang mendorong harga emas mencapai level tinggi tersebut karena kemungkinan penundaan rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Kekhawatiran akan rencana kenaikan tersebut mereda sejak awal bulan ini setelah The Fed mengeluarkan laporan hasil rapat yang dilakukan pada pertengahan September 2015 lalu.
Semula banyak pihak memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini.
Namun dari hasil rangkuman isi pertemuan tersebut disimpulkan bahwa The Fed akan menunggu tanda-tanda yang lebih nyata mengenai pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Sejak keluarnya laporan tersebut indeks dolar AS melemah sehingga menggerakkan harga emas ke posisi yang lebih tinggi. “Kami memperkirakan dolar AS akan melemah lebih dalam lagi,” jelas Analis Phillip Futures Ltd, Howie Lee.
Ia melanjutkan, kenaikan harga emas juga disebabkan karena meningkatnya permintaan dari China karena kekhawatiran investor akan penurunan harga saham di negara tersebut.
Banyak orang mencari instrumen investasi alternatif sejak musim panas lalu karena tak ingin terombang-ambing pergerakan harga saham di China.
Emas menjadi pilihan paling mudah karena komoditas tersebut merupakan instumen save haven.
Emas terus menguat dan bergerak ke level tertinggi ketika tanda-tanda pelemahan ekonomi lebih lanjut dan inflasi global telah membebani pasar. Emas terus membangun harga tertinggi 15 minggu terbaru.
Data ekonomi AS yang lebih lemah dan realisasi yang berkembang bahwa kebijakan uang mudah akan terus dilakukan telah membebani dolar.
Rilis data ekonomi terbaru menyatakan bahwa PPI AS untuk bulan September mengalami tekanan dan berada di bawah perkiraan serta mencerminkan tekanan deflasi yang terus berkelanjutan.
Walaupun demikian, data penjualan ritel AS naik hal ini akan mendorong perkiraan revisi negatif GDP AS Q3.
Ekonomi AS jelas melambat pada periode Juli-September dan memberikan bukti lebih lanjut bahwa keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga adalah tepat.
Data inflasi konsumen China terlihat bergerak moderat dan harga produsen terus melakukan penurunan, melihat rilis data pemerintah China di Beijing. China akan melaporkan GDP Q3 dan pasar sangat mengharapkan rilis data akan naik dari bawah ambang batas tujuh persen.
Pertumbuhan ekonomi China masuk ke fase terlemah sejak krisis keuangan global. China juga akan merilis data output industri dan penjualan ritel untuk bulan September.
Negara ekonomi terbesar kedua di dunia ini sedang melambat mungkin akan memacu implikasi suram bagi saham global dan membuat serta menambah tawaran safe haven emas.
Data China yang terus melemah telah membuat warna emas menjadi menguning. Indikator tren ekonomi di Cina terlihat bergerak menuju deflasi yang menimbulkan potensi stimulus lebih lanjut di Negara tirai bamboo dan seharusnya akan membuat emas semakin positif.
Analis percaya bahwa data dapat menyebabkan pedagang berspekulasi bahwa tekanan deflasi meningkat bukannya menurun.
Pedagang juga akan tetap memantau laporan Indeks Harga Konsumen dari Departemen Tenaga Kerja AS yang akan dirilis Kamis untuk indikasi tentang keadaan inflasi di AS.
Federal Reserve AS juga berhati-hati memantau data ekonomi AS terbaru menjelang dua pertemuan terakhirnya tahun ini.
Ketua The Fed Janet Yellen sebelumnya telah mengindikasikan bahwa ia berharap untuk menaikkan suku bunga pada 2015, tetapi dengan data terbaru yang datang lebih buruk dari perkirakan, analis dan pedagang datang ke sebuah konsensus bahwa tingkat suku bunga tidak akan dinaikkan sampai 2016.
Menurut FedWatch CME Group, peluang waktu kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember hanya dua puluh tujuh persen.
Analis yakin bahwa jika data ekonomi buruk berlanjut ketika dirilis pada Kamis dan Jumat, dapat mengakibatkan kenaikan suku bunga tertunda.