Sehari setelah mengalami kenaikan, hari ini, Rabu pagi WIB, 29 Mei, harga emas kembali terhenyak bersamaan dengan menguatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat.
Seperti ditulis laman keuangan terkenal “bloomberg,” Rabu pagi WIB, harga emas beringsut menjauh dari puncak selama sepekan pada penutupan perdagangan Rabu pagi
Pendorong pelemahan harga emas ini karena dolar AS kembali disukai oleh investor sebagai instrumen safe haven dalam menghadapi perang dagang AS-China.
Harga emas di pasar spot turun nol koma dua persen per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sejak pertengahan Mei lalu
Sedangkan harga emas berjangka AS turun nol koma satu ounce.
“Pasar emas jelas kurang arah saat ini. Ada ketidakpastian di pasar keuangan sebenarnya bisa menjadi hal yan positif untuk harga emas. Tetapi pada saat yang sama pasar emas terus menghadapi tantangan dari dolar AS yang lebih kuat,” kata analis Julius Baer, Carsten Menke.
“Meskipun ada ketegangan perdagangan ini, emas tidak menarik investor untuk bisa menjadi instrumen safe-haven saat ini.” tambah dia.
Dolar AS naik nol koma dua persen terhadap sekeranjang mata uang utama setelah menyentuh level terendah sejak hari Jumat.
Dolar AS muncul sebagai lindung nilai yang disukai dalam ketegangan perdagangan, mengulangi tren yang terlihat tahun lalu.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin di sebuah konferensi pers dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bahwa ia belum siap untuk membuat kesepakatan dengan China.
Pernyataan tersebut mengaburkan harapan dari perjanjian perdagangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut sehingga menekan harga emas.
Dari sudut pandang teknikal, analis melihat bakal ada sinyal positif dari harga emas untuk kembali bergerak, dengan ruang yang cukup besar dan bisa menyentuh level harga standarnya
“Untuk level dukungan pertama,” kata analis ActivTrades, Carlo Alberto De Casa calam catatanya.
Di antara logam mulia lainnya, perak tergelincir, sementara platinum naik tipis
Kemarin harga emas dunia, kembali bergerak naik bersamaan dengan munculnya kembali ketegangan dagang antara Am,Erika Serikat dan Cina.
Seperti ditulis laman keuangan terkenal “bloomberg,” Selasa pagi WIB, harga emas mencapai kenaikan lebih dari satu minggu karena meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina.
Kondisi ini mengangkat permintaan terhadap aset yang dipandang sebagai surga dari risiko.
Di sisi lain, laporan data ekonomi Amerika Serikat yang lemah mendorong harapan untuk penurunan suku bunga dari Federal Reserve.
Harga emas di pasar spot naik tipis setengah persen per ons. Harga logam ini sempat menyentuh level tertingginya sejak pertengah Mei di awal sesi
Adapun harga emas berjangka juga turut naik nol koma satu persen per ounce. Sementara pasar saham AS ditutup karena hari libur.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa dia “belum siap” untuk membuat kesepakatan dengan China. Ini mengisyaratkan bahwa kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut jauh dari kesepakatan perdagangan.
“Beberapa komentar yang dibuat oleh Trump mengenai pembicaraan perdagangan dengan China tidak terlalu optimis,” kata analis ING Warren Patterson.
“Berlanjutnya ketidakpastian di sekitar perdagangan membantu mendukung harga emas… bahwa ketidakpastian meningkatkan permintaan untuk aset safe-haven,” dia menambahkan.
China pada hari Jumat mengecam Sekretaris Negara AS Mike Pompeo karena mengarang rumor setelah dia mengatakan jika Kepala Eksekutif Huawei Technologies Co Ltd Cina berbohong tentang hubungan perusahaannya dengan pemerintah Beijing.
Data aktivitas manufaktur yang lemah ditambah dengan penurunan pesanan baru untuk barang modal buatan AS pada minggu lalu memicu kekhawatiran bahwa konflik perdagangan dapat merugikan ekonomi terbesar di dunia, mengangkat ekspektasi investor untuk penurunan suku bunga A.S.
Selama akhir pekan, Trump mengulangi keluhan bahwa kebijakan Fed telah menahan pertumbuhan ekonomi AS untuk bisa mencapai potensi penuhnya.
Investor juga mengamati pemilihan Parlemen Eropa, di mana “koalisi besar” dua partai dari Partai Rakyat Eropa yang konservatif dan Sosialis kehilangan mayoritas gabungan mereka setelah melonjaknya dukungan bagi kaum liberal, kaum Hijau, dan kaum nasionalis yang peka terhadap euro.
“Naiknya volatilitas yang dipicu oleh geopolitik menguntungkan logam kuning,” kata Alfonso Esparza, Analis Pasar Senior di OANDA, dalam sebuah catatan.