KEBUTUHAN gas untuk PT Pupuk Iskandarmuda (PIM) akan dialokasi dari Arun lewat sistem swap, atau pengalihan, yang disepakati bersama antara SKK Migas, Exxon Mobil, Pertamina, BP Berau Ltd dan PT PIM pertengahan pekan ini, akan mengakhiri krisis gas yang selama hampir sepuluh tahun terakhir secara berulang menimpa pabrik pupuk di Blang Lancang, Lhohseumawe, Aceh Utara itu.
Dengan kesepakatan ini PIM mendapat jaminan ketersediaan gas dari Arun, yang semula merupakan ekspor Exxon Mobil untuk Korean Gas (Kogas), Korea Selatan. Jatah Kogas sendiri, akan diganti dengan suplai yang dari kilang gas Tangguh di Papua.
Semula, PIM direncanakan mendapat suplai gas dari Tangguh yang merupakan jatah untuk Sempra, sebuah perusahaan di pantai timur Amerika Serikat. Sempra tahun lalu telah menyetujui jatahnya ditahun 2013 bisa dipergunakan untuk kebutuhan domestik sebanyak 20 kargo di tahun 2013.
Untuk penjualan kargo perdana Sempra untuk alokasi domestik ini, termasuk untuk PT PIM, nilainya mencapai 24 juta dollar AS.
Kesepakatan ini menurut sebuah sumber di SKK Migas diambil karena PT PIM tidak punya terminal penerima dan kapal kargo yang membawa gas dari Teluk Bintuni, Tangguh, Papua. Untuk mengatasi kesulitan PT PIM ini SKK Migas mengajak Pertamina, Britis Petrolium Berau pemilik Tangguh, Exxon Mobil pemilik ladang Arun untuk membahas persoalan yang dihadapi.
Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan, PT PIM akan mendapat gas yang disalurkan langsung lewat pipa dari PT Arun dan eskpor gas pengganti untuk Kogas akan diambil dari Tangguh. Kesepakatan pengalihan ini oleh banyak pengamat perminyakan, merupakan sangat monumetal karena sangat jarang bisa terjadi di bisnis minyak dan gas.
Bagi PT PIM ketersediaan gas dari Arun, yang merupakan pengalihan jatah gasnya dari Tangguh, akan bisa menyelamat produksinya sehingga tidak lagi gonjang ganjing seperti yang dialami pabrik pupuk di Aceh ini.
“Dengan mekanisme pengalihan ini, Kilang Gas Arun akan mengalihkan alokasi yang seharusnya di ekspor ke Korea Gas kepada PIM melalui pipa. Lokasinya kan dekat. Dua pabrik ini bertetangga di Blang Lancang,” kata Whidian Prawiraatmaja, pejabat di SKK Migas.
Dengan kesepakatan ini, menurutnya, untuk pertama kalinya sejak beroperasi produksi gas Kilang Gas Tangguh bisa dimanfaatkan sebagai kebutuhan domestik. “Ini akan menjadi pembuka jalan kesepakatan lainnya,” katanya.
Namun begitu, bagi PT PIM sendiri, menurut seorang stafnya, akan menjadi tonggak yang baik bagi kelangsungan produksi. Selama sepuluh tahun terakhir PT PIM harus bergerilya mencari gas keberbagai negara untuk tetap bisa berproduksi. Ia mengharapkan, kedepan dengan diubahnya fungsi Kilang Arun menjadi terminal refagas kesulitan gas bagi dua pabrik PIM akan teratasi.
PT Arun, menurut keputusan yang sudah diambil pemerintah akan dijadikan terminal gas dan refagas untuk memenuhi kebutuhan enerji di Aceh dan Sumatera Utara. Untuk mengoparasikan terminal refagas ini pemerintah telah mempercayai Pertamina.
Rencananya dengan investasi yang mencapai 500 juta dollar AS Pertamina akan mengubah spesifikai Kilang Gas Arun dari produksi menjadi refagas untuk menampung kiriman dari Tangguh dan akan membangun jaringan pipa ke Sumatera Utara. Rencananya, pembangunan pipa dan pembangunan sepifikasi kilang akan dilakukan akhir tahun ini bersamaan dengan akan berakhirnya ekspor gas ke Korea Selartan.