Harga emas hari ini, Kamis, 07 Desember, kembali menguat dan menimbilkan kekhawatiran meningkatnya geopolik dari Amerika Serikat, Timur Tengah dan Inggris.
Harga emas untuk Februari naik nol koma dua persen untuk bertahan di US$ 1.266 per ounce.
Penguatan harga emas terjadi usai turun satu persen ke level terendah dalam empat bulan.
“Harga emas bangkit dari posisi terendah pada Oktober sebesar US$ 1.260 berkat melemahnya dolar AS dan risiko geopolitik di Amerika Serikat, Timur Tengah dan Brexit,” tulis Analis Accendo Market dalam laporannya, seperti dikutip dari laman Marketwatch
Ada kekhawatiran di Amerika Serikat tentang potensi penghentian sementara pemerintah.
Ditambah keputusan presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel mengancam memicu kerusuhan di Timur Tengah.
Selain itu, investor juga fokus awasi perkembangan pembicaraan Britain Exit usai pejabat Inggris dan Uni Eropa gagal capai kesepakatan yang akan berlanjut ke negosiasi tahap kedua.
Indeks dolar AS catatkan kenaikan sepanjang Desember usai melemah satu koma enam persen pada November.
Dari rilis data ekonomi juga menunjukkan kalau lapangan kerja sektor swasta AS melambat pada November. Data tenaga kerja AS bertambah seratus sembilan puluh ribu.
Investor menunggu laporan pembayaran nonfarm payroll untuk mengetahui petunjuk lebih lanjut mengenai data lapangan kerja jelang pertemuan the Federal Reserve selama dua hari pada pekan depan.
Sementara itu, sejumlah analis menekan kalau harga emas sudah kembali menguat dari rata-rata pergerakan selaam dua ratus hari usai mengabaikan level pada perdagangan Selasa.
“Telah ada pemulihan yang diharapkan sehingga harga emas kembali ke atas level dua ratus harian,” ujar Analis AxiTrader James Hughes dalam laporannya.
Di sisi lain, negosiasi anggaran pemerintah Amerika Serikat pekan ini akan menjadi support kuat harga emas. Jika kesepakatan tidak tercapai, pemerintah AS akan tutup.
“Penutupan pemerintah akan positif bagi harga emas. Tapi, efeknya cuma sementara karena tidak ada yang memperkirakan AS akan default,” kata Simona Gambarini, commoditie economist Capital Economics kepada CNBC.
Sepanjang bulan lalu, harga emas bergerak di kisaran paling sempit dalam dua belas tahun terakhir.
Aksi tunggu realisasi pemangkasan pajak, dan kenaikan suku bunga acuan pekan depan akan menjadi sentimen kuat harga emas.
Dominic Schnider dari UBS Wealth Management mengatakan, harga emas terus tertekan dalam jangka pendek karena pasar menghitung ulang prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve tahun depan.
“Di sisi lain, ekonomi global mulai membaik, laba korporasi juga naik, dan nilai aset safe haven seperti emas semakin kabur,” kata Schnider.