Setelah naik sebesar Rp 4.000 per gram di awal perdagangan pekan ini, hari ini, Jumat, 10 April 2015, harga emas milik PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, tergerus lagi sebesar Rp 2.000 per gram, dan mengakumulasikan nilai impas dalam perdagangan selama seminggu terakhir di angka Rp 548.000 per gram, yang berarti sama dengan harga hari Senin, 05 April 2015.
Tergerusnya harga emas usai kenaikan yang menjanjikan di awal pekan, disebabkan dampak dari perdagangan emas dunia yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar dollar dan penurunan daya serap tenaga kerja di pasar Amerika Serikat.
Selain harga jual emas batangan Antam tergerus, harga pembelian kembali, yang dikenal dengan sebutan “buyback” logam mulia Antam juga ikut turun Rp 2.000 ke Rp 488 ribu per gram.
Antam menjual emas dari ukuran satu gram hingga 500 gram.
Hingga menjelang siang, semua ukuran emas Antam masih tersedia dalam jumlah terbatas.
Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari.
Penurunan ini menyebabkan terjadinya penyesuaian harga untuk semua pecahan emas produksi Antam.
Untuk pecahan 1 gram Antam menjual dengan harga Rp 548.000, 5 gram Rp 2.595.000, 10 gram Rp 5.140.000, 25 gram Rp 12.775.000, 50 gram Rp 25.500.0000, 100 gram Rp 50.950.000, 250 gram Rp 127.250.000 dan 500 gram Rp 254.300.000.
Di pasar global, terutama emas yang diperdagangkan Comex, harga logam mulia ini jatuh ke posisi terendah dalam satu pekan, setelah muncul kekhawatiran pada menit terakhir pertemuan Federal Reserve akan segera merealisasikan kebijakan kenaikan suku bunga AS.
Harga emas untuk pengiriman Juni turun menjadi US$ 1.193,60 per ounce di Comex di New York. Di mana, harga sebelumnya menyentuh US$ 1.192,40 per ounce, merupakan posisi terendah sejak 01 April 2015.
“Beberapa peserta menilai bahwa data ekonomi dan prospek kemungkinan besar akan menjamin normalisasi pada pertemuan bulan Juni,” menurut keterangan Federal Open Market Committee 17-18 Maret melansir laman Bloomberg.
Pejabat Fed sempat terbagi mengenai apakah mereka akan meningkatkan suku bunga terhitung bulan Juni.
Emas berjangka menuju penurunan mingguan pertama sejak 13 Maret, usai laporan pemerintah pekan lalu menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS pada Maret, memberikan dukungan sementara untuk harga emas.
Pedagang emas meneliti data ekonomi sebagai sinyal tentang waktu kenaikan tarif, yang memotong daya tarik emas karena hanya menawarkan pengembalian melalui kenaikan harga.
“The Fed pada menit kemarin mengerem harga emas,” James Cordier, Pendiri Optionsellers.com di Tampa, Florida, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon.
Menurut dia, meskipun banyak pedagang dan investor tidak berpikir kenaikan suku bunga Juni mungkin terjadi, itu masih rencana dan itulah alasan untuk emas untuk berhenti
Sehari sebelumnya pada perdagangan Kamis pagi waktu Jakarta harga emas sempat “wait anfd see” karena menunggu sentimen dari pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Mengutip The Bullion Desk, harga emas di pasar spot berada di kisaran US$ 1.209 per ounce hingga US$ 1.210 per ounce. Harga tersebut tidak banyak berubah dibanding dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Para pelaku pasar masih menunggu gerak dari nilai tukar dolar Amerika Serikat. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi terkait dengan gerak kurs dolar AS jika dikaitkan dengan pengumuman hasil pertemuan Bank Sentral AS yang telah dilakukan pada Maret lalu.
Kemungkinan pertama dolar AS akan menguat jika pelaku pasar mengartikan sinyal yang diberikan oleh Bank Sentral AS menunjukkan jika dalam waktu dekat akan melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.
Kemungkinan kedua dolar AS akan melemah jika pelaku pasar mengartikan sinyal yang diberikan oleh Bank Sentral AS menunjukkan jika suku bunga tidak akan naik pada tahun ini.
Analis FastMarkets, William Adams menjelaskan, para pelaku pasar sedang menanti gerak dari dolar AS. “Sebagian besar dari pelaku pasar memilih berhati-hati dalam melakukan transaksi pada hari ini,” jelasnya.
sumber : logam mulia.com dan bloomberg