Setelah sehari sebelumnya, Selasa, 19 Mei 2015, harga emas global bergerak positif, hari ini Rabu, 2015, harga penjualan emas di Comex Exhange New York, bergerak melemah mengikuti penguatan dolar Amerika Serikat .
Indeks dolar AS kini sudah bergerak di atas level yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya yang bergerak di kisaran menurun.
Head Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengungkapkan, penguatan dolar AS ini disebabkan oleh data perumahan AS,
Jumlah izin membangun, yang dirilis lebih bagus dari proyeksi dan data Survei Sentimen Ekonomi Jerman yang di bawah ekspektasi pasar.
Kemarin harga emas ditutup turun di kisaran US$ 1.207 per ounce dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang berada di kisaran US$ 1/225 per ounce.
“Hingga menjelang penutupan perdagangan sore iniini harga bergerak sideways di kisaran US$ 1.208,” kata Ariston dalam ulasannya, Rabu .
Ariston memprediksi harga emas masih terlihat turun, namun penurunan selanjutnya membutuhkan konfirmasi penembusan kisaran support US$ 1.204 per ounce dengan potensi ke kisaran US$ 1.197 per ounce.
“Sementara penguatan ke atas area resisten US$ 1.211 per ounce, membuka potensi penguatan kembali ke area US$ 1.217 per ounce,” terangnya.
Data yang berpotensi menjadi market mover hari ini adalah FOMC Minutes atau notulen rapat moneter Bank Sentral AS. Pasar mencari indikasi kenaikan suku bunga acuan di bulan Juni.
“Bila ada indikasi tersebut, dolar AS menguat dan harga emas berpotensi melemah,” ungkap dia.
Sehari sebelumnya, pada lima sesi perdagangan, harga emasb mengalami reli. Penurunan harga emas dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar Dolar AS.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu, 20 Mei 2015, harga emas untuk pengiriman Juni, yang merupakan kontrak paling aktif diperdagangkan, ditutup turun menjadi US$ 1.206,70 per ounce di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga emas sempat naik tiga koma delapan persen selama lima sesi perdagangan sebelumnya. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak Maret 2015.
Nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama lainnya melonjak pada perdagangan Selasa. Penguatan dolar AS tersebut terjadi setelah pejabat Bank Sentral Eropa mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.
Dalam pernyataannya, pejabat Bank Sentral Eropa mengungkapkan bahwa langkah stimulus moneter yang telah dilakukan dalam beberapa waktu terakhir ternyata belum bisa mendongkrak angka inflasi. Dengan kata lain, pertumbuhan perekonomian di wilayah Eropa belum akan pulih dalam waktu dekat.
Sesaat setelah pernyataan tersebut keluar, nilai tukar Euro langsung melemah dan membuat dolar AS perkasa.
Penguatan Dolar AS tersebut membuat keuntungan yang diperoleh pelaku pasar yang bertransaksi menggunakan mata uang lainnya menjadi turun. The Wall Street Journal Indeks Dollar yang mengukur nilai tukar dolar AS terhadap enam belas mata uang lainnya naik satu persen.
Selain itu, data-data yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat menunjukkan bahwa telah terjadi pemulihan perekonomian yang cukup baik. Beberapa pelaku pasar melihat bahwa membaiknya data tersebut akan mendorong terjadinya aksi jual sehingga menekan harga emas.
“Keadaan seperti ini bisa diibaratkan lebih dari lubang yang menganga di tengah jalan,” jelas Senior Vice President RBC Capital Markets Global Futures, George Gero.
Harga emas bisa mendaki jika pasar yakin bahwa pertumbuhan perekonomian di AS masih belum membaik sehingga membuat Bank Sentral AS kembali menunda kenaikan suku bunga acuan.
Selain itu, stimulus yang diberikan oleh Bank Sentral Eropa akan meningkatkan inflasi sehingga memberikan alasan bagi investor untuk memborong emas. Para pelaku pasar menggunakan logam mulai sebagai sarana lindung nilai terhadap kenaikan harga.
Harga emas berjangka mencatatkan kenaikan di awal pekan seiring pelaku pasar menanti rilis hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve pada April. Ditambah sentimen pembayaran utang Yunani kepada Dana Moneter Internasional pada Juni 2015.
Sentimen pembayaran utang Yunani menjadi fokus pelaku pasar. “Keseriusan Yunani semakin jelas. Secara teknikal, pekan ini juga menjadi sangat penting bagi emas,” kata Kepala Riset Secular Investor, Taki Tsaklanos, seperti dikutip dari laman Marketwatch.
Sementara itu, secara teknikal harga emas telah menyentuh resistance atau level atas penting dengan bergerak di kisaran US$ 1.223- US$ 1.250.
Ke depan, pergerakan harga emas akan tergantung dari respons pasar terhadap rilis hasil pertemuan The Federal Reserve. Rilis itu akan diumumkan pada Rabu pekan ini. Pelaku pasar mencari petunjuk kapan The Federal Reserve menaikkan suku bunganya.
Di sisi lain, indeks Dolar naik tajam di awal pekan. Dolar menguat membebani harga komoditas yang dihargai dalam dolar karena membuat komoditas semakin mahal bagi pengguna mata uang lainnya.
“Meski demikian indeks dolar cennderung turun lebih dari empat persen hingga kini. Ini dapat jadi momentum lepas dolar, dan membeli emas. Saya pikir harga emas akan cenderung naik dalam 2-3 tahun ke depan,” kata Gijsbert Groenewegen, Analis Gold Arrow Partners.
wall street jurnal, reuter dan xinhua