Tekanan terhadap dollar hari ini, Kamis, 09 Agustus, membuat harga emas berjangka menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah melemah.
Hal tersebut memberikan dukungan untuk harga emas.
“Harga emas lebih tinggi untuk hari kedua karena ketegangan perdagangan antara AS dan China meningkat dan reli dolar AS mulai mereda,” ujar Kepala Riset Saxo Bank, Ole Hansen, seperti ditulis laman ekonomi dan keuangan “bloomberg” Kamis pagi WIB
Harga emas untuk pengiriman Desember naik nol koma dua2 persen ke posisi USD 1.221 per ounce.
Kenaikan harga emas itu terjadi dalam dua hari berturut-turut. Namun, komoditas ini sebagian besar diperdagangkan dalam rentang yang sempit.
Sementara itu, harga perak untuk pengiriman September juga naik nol koma empat persen per ounce.
Harga emas melemah didorong indeks dolar AS yang tertekan.
Indeks dolar AS turun nol koma satu persen
Sementara itu, imbal hasil obligasi bertenor sepuluh tahun berada di posisi dua koma sembilan puluh enam persen.
Dolar AS yang lebih kuat dapat membuat komoditas logam yang dipatok dolar AS kurang menarik bagi pembeli.
“Dolar AS yang kuat akhirnya melemah terhadap yuan China. Kini fokus terhadap kenaikan suku bunga AS, dan bursa saham AS yang menguat.”
“ Serta kurangnya tekanan inflasi mengurangi daya tarik emas sebagai safe haven. Perubahan dalam jangka pendek terjadi terhadap dolar AS sehingga membawa risiko turun,” tambah Hansen.
Ketegangan perang dagang juga jadi perhatian pasar. AS mengumumkan tariff dua puluh lima5 persen terhadap impor barang China senilai USD enam belas miliar.
Pemerintah China akan membalas. Hal itu mendorong total penerapan tarif 25 persen menjadi USD 50 miliar untuk impor barang China.
Ketegangan perang dagang juga mendorong aksi beli untuk emas sebagai aset safe haven.
Selain itu kenaikan suku bunga bank sentral AS juga bayangi harga emas. Bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dua kali lagi pada tahun ini dan tiga kali pada tahun depan
Pertemuan bank sentral AS berikutnya pada September.
Kemarin, Rabu, 08 Agustus, harga emas di Comex Merchantil Exchange, New York, juga naik bersamaan dengan makin kentalnya perang dagang Amerika Serikat melawan Cina.
Menurut laman keuangan dan ekonomi “Bloomberg,” Rabu pagi WIB, harga emas naik hampir satu persen
Pada perdagangan Selasa emas sempat mengalami tekanan yang cukup dalam.
Menurut “Bloomberg,” pendorong penguatan harga emas adalah pelemahan dolar AS terhadap yuan China dengan latar belakang ketegangan perdagangan kedua negara.
Hharga emas di pasar spot naik nol koma tiga persen per ounce pada penutupan perdagangan .
Sementara untuk harga aemas berjangka untuk pengiriman Desember ditutup naik enam puluh sen atau nol koma satu persen per ounce.
Dolar AS mengalami tekanan terhadap yuan China dan juga beberapa mata uang utama dunia.
Pelemahan dolar AS ini sebagai akibat kekhawatiran dari pelaku pasar akan adanya perang dagang antara AS dengan China.
Pelemahan dolar AS ini memberikan tenaga bagi emas karena harganya akan lebih murah bagi investor yang melakukan transaksi dengan mata uang di luar dolar AS.
“Saya kira harga emas akan cukup lama bertahan di atas level seribu dua ratus dollar per ounce karena kemungkinan besar tidak akan terjadi aksi jual di saat ada ketegangan seperti ini,” jelas analis komoditas ABN Amro, Georgette Boele.
Ia melanjutkan, saat ini emas lebih sensitif terhadap yuan China daripada dolar AS. Jadi jika dolar AS menguat tetapi tidak melawan yuan China maka harga emas stabil.
“Korelasi dengan yuan hampir satu banding satu,” lanjut Georgette Boele.
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas jatuh akibat penguatan dolar AS dan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS atau The Fed, mengimbangi sanksi AS ke Iran.
AS akan secara agresif memberlakukan sanksi ekonomi yang diterapkan kembali pada Iran pekan ini dan berharap langkah-langkah tersebut berdampak signifikan terhadap ekonomi Iran, kata pejabat administrasi senior AS.
Sanksi tersebut termasuk dikenakan pada logam mulia, baja dan batu bara.