Lengkaplah kejatuhan harga emas global bersamaan dengan berakhirnya stimulus yang diberikan oleh The Fed. Dalam berita terbarunya, situs “bloomberg” menuliskan, seperti dikutip “nuga” dari kantor berita “reuter,” bahwa The Federal Reserve pada Rabu mengeluarkan pernyataan akan mengakhiri program pembelian obligasi bulanan.
Ini mengisyaratkan keyakinan pemulihan ekonomi AS akan tetap di jalur meskipun tanda-tanda perlambatan pada perekonomian global.
Pengamat pasar mengatakan pernyataan Federal Open Market Committee terbaru menyarankan Bank Sentral AS bisa menaikkan suku bunga setelah mengatakan pelemahan pada pasar tenaga kerja semakin berkurang.
“Itu adalah perubahan yang pasti yang berpotensi menunjukkan kita bisa memiliki kenaikan tarif lebih cepat dari proyeksi. Jelas, itu bearish untuk emas,” kata Mitra Investasi Komoditas LOGIC Advisors Bill O’Neill, seperti dilansir Reuters, Kamis, 30 Oktober 2014
Setelah menggelar pertemuan selama dua hari, FOMC The Fed mengatakan akan terus melihat kekuatan yang menjadi dasar yang cukup untuk melihat perekonomian yang lebih luas untuk mendukung kemajuan.
Bersamaan dengan pernyataan The Fed itu, harga emas langsung terkulai hampir satu setengah persen di tengah kegelisahan investor atas pernyataan Bank sentral AS itu yang segera mengakhiri stimulus program pembelian obligasi bulanan senilai USD 85 miliar pada 2015.
Sementara itu, emas di pasar spot turun menjadi USD1.210,20 per ounce setelah sempat menyentuh level terendah dalam tiga minggu USD 1.208,26 per ounce.
Sebelum pengumuman Fed, harga emas berjangka AS COMEX stabil di USD 1.224,90 per ounce, dengan volume di bawah rata-rata 30-hari.
Ketidakpastian atas kurangnya penjelasan tentang kapan akan menaikkan suku bunga memicu aksi jual emas. Penguatan dolar AS terhadap mata uang utama juga menekan emas.
Tidak hanya harga emas yang terjungkal, pasar saham utama Asia juga dibuka bervariasi pada transaksi awal Kamis 30 Oktober 2014, terpengaruh sentimen negatif dari indeks saham acuan Wall Street yang ditutup lebih rendah.
Dilansir CNBC, penurunan indeks saham utama Amerikat Serikat itu, disebabkan karena pasar sepertinya memikirkan konsekuensi dari keputusan kebijakan moneter yang diambil Federal Reserve.
Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat mengumumkan mengakhiri program pembelian obligasi bulanan, atau yang dikenal dengan kebijakan pelonggaran moneter atau quantitative easing.
Langkah itu, diambil The Fed untuk membantu kenaikan saham sektor bahan bakar dan meningkatkan neraca The Fed.
Namun, untuk suku bunga, The Fed menyatakan akan menjaga suku bunga masih tetap rendah untuk jangka waktu yang tepat.
Indeks Nikkei di bursa Tokyo pagi ini naik. Indeks acuan pasar saham Jepang ini naik ke level tertinggi dalam tiga pekan terakhir, setelah nilai yen jatuh ke level terendah dalam tiga pekan pada penutupan perdagangan, kemarin.
Saham Nintendo melonjak lebih dari empat persen, setelah melaporkan laba operasional yang jauh di atas perkiraan pasar sebelumnya.
Sementara itu, indeks S&P ASX 200 di bursa Sydney menguat. Indeks patokan pasar saham Australia ini mengakhiri kerugian selama dua hari dan diperdagangkan di level tertinggi dalam enam minggu.
Adapun indeks Kospi di bursa Seoul bergerak melemah. Indeks utama pasar saham Korea Selatan ini jatuh ke level terendahdalam tiga pekan.
Saham Samsung Electronics turun 1 persen, setelah melaporkan perolehan laba kuartalan yang turun enam puluh persen.
Investor Asia lebih memfokuskan laporan keuangan ICBC dan Bank of Communications yang melambat dari pertumbuhan dua digit pada tahun sebelumnya.
Laba bersih ICBC hanya naik 8 persen, sedangkan laba bersih Bank of Communications hanya tumbuh enam persen.