Dampak dari jungkir baliknya harga emas dunia, hari Rabu, 12 Oktober 2016, langsung memukul jual beli emas lokal berupa ambruknya harga jual emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam.
Seperti dikutip “nuga” dari rilis resmi situs “antam, Selasa pagi WIB, untuk pertama kalinya selama setahun terakhir emas yang dijual Antam terjun bebas sebanyak Rp 34 ribu per gram.
Dengan jatuhnya harga ini maka emasAntam diperdagangan Rp 565 ribu per gram untuk harga jual.
Sedangkan pada hari sebelumnya dibanderol Rp 599 ribu per gram.
Harga buyback emas atau pembelian kembali tak berubah atau tetap di Rp 523 ribu per gram. Itu artinya jika Anda menjual emas, maka Antam akan membayar Rp 523 ribu per gram.
Pembayaran buyback dengan volume di atas satu1 kilogram akan dilakukan maksimal dua hari setelah transaksi dengan mengacu pada harga buyback hari transaksi.
Antam menjual emas dengan ukuran mulai satu gram hingga lima ratus gram.
Hingga menjelang siang WIB, emas Antam ukuran tiga gram dan seratus gram telah habis terjual.
Di perdagangan global, harga emas masih tertekan karena dolar terus menguat ketika spekulasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga AS pada bulan Desember terus meningkat.
Presiden Fed Chicago, Charles Evans mengatakan di Sydney bahwa ada kemungkinan untuk menaikkan suku bunga pada bulan Desember, tetapi dia ingin melihat kondisi ekonomi dan inflasi harus berkembang.
Meskipun terjatuh, harga emas pada saat ini berpotensi akan menguat karena permintaan akan menguat di Asia. Jatuhnya harga emas akan menjadi kesempatan yang baik bagi investor untuk menambahkan stok logam emas dan membangun posisi yang lebih menguntungkan.
Alasan utama harga emas tergelincir baru-baru ini adalah meningkatnya kekuatan dolar, serta imbal hasil bagi pada obligasi AS.
Faktor-faktor internasional lainnya dapat menjadi pertimbangan termasuk pemilihan Presiden AS dan suku bunga Fed di mana emas dan dolar berpotensi akan bergerak reli.
Dalam jangka panjang, harga emas masih berada dalam tren turun secara bertahap tetapi permintaan safe-haven masih menjadi support untuk mengimbangi risiko pertumbuhan ekonomi global dan tekanan inflasi.
Dalam jangka pendek, harga emas akan berfluktuasi dengan dolar AS dan pergeseran kenaikan suku bunga AS.
Mengingat arus faktor dan risiko, banyak analis berpikir bahwa masih ada ruang bagi investor untuk bersabar dalam waktu untuk membangun kembali posisi emas.
Tetapi ada beberapa faktor yang berpotensi akan meningkatkan harga emas hingga akhir tahun.
India sebagai salah satu konsumen emas terbesar di dunia akan masuk ke musim perayaan, dan pasar optimistis terhadap lonjakan permintaan emas yang akan mendorong harga emas internasional kembali naik.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu pagi WIB, harga emas untuk pengiriman Desember ditutup turun di divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga logam turun hampir lima persen di bulan ini.
Wall Street Journal Index yang merupakan indeks untuk mengukur nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya.
Nilai tukar dolar AS yang menguat ini memberikan tekanan kepada emas dan komoditas dengan denominasi dolar AS lainnya.
Hal ini bisa terjadi karena penguatan dolar AS membuat harga komoditas tersebut menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri.
Sentimen lain yang menekan harga emas adalah pernyataan dari pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve Chicago Charles Evans yang menyatakan bahwa pijakan ekonomi AS sudah cukup kuat dan sehat.
Oleh karena itu, kenaikan suku bunga bukan tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat ini.
Emas harus berjuang keras jika suku bunga naik. Alasannya, emas harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang menawarkan kenaikan harga sekaligus bunga.
Ekspektasi bahwa suku bunga akan naik terus meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan survei Wall Street Journal kepada analis dan ekonom, responden yang yakin bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga pada Desember nanti mencapai tujuh puluh persen, naik lima puluh persen jika dibandingkan dengan pertengahan September lalu.
Pada Rabu waktu setempat, The Fed akan mengeluarkan resume rapat yang dilakukan pada September lalu.
“Permintaan akan instrumen safe haven turun, risiko profit taking dan prospek kenaikan dolar AS terus menguat,” jelas Kepala Riset Komoditas Julius Baer, Norbert Rucker.
Memang, harga emas telah meningkat tujuh belas persen jika dihitung sejak awal tahun.