Setelah selama lima hari mengalami euphoria kenaikan harga, hari ini, JUumat 14 Agustus 2015, perdagangan emas global kembali terguncang bersamaan dengan rendahnya catatan di Divisi Comex New York Mercantile Exchange.
Harga emas di pusat perdagangan utama logam mulia itu ditutup lebih rendah pada perdagangan Kamis , setelah sebelumnya selama lima hari berturut-turut mampu menguat.
Pendorong penurunan harga emas tersebut karena penguatan dolar Amerika Serikat dan penurunan permintaan global.
Mengutip kantor berita Cina, Xinhua, Jumat, 14 Agustus 2015, kontrak emas untuk pengiriman Desember, merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan, turun sampai delapan dolar dan bertengger di posisi US$ 1.115,60 per ounce.
Emas dan dolar AS memang biasanya bergerak berlawanan.
Di saat dolar AS menguat biasanya akan menekan harga emas. Kebalikannya, saat dolar AS turun maka harga emas akan menguat.
Alasannya, bagi mereka yang bertransaksi dengan mata uang lain, kenaikan nilai tukar Dolar AS akan membuat harga emas menjadi lebih mahal sehingga permintaan akan turun dan kemudian bakal mempengaruhi harga emas.
Tekanan terhadap emas ini juga semakin parah dengan keluarnya laporan dari World Gold Council. Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa permintaan akan emas telah mengalami pelemahan yang cukup dalam. Bahkan permintaan saat ini merupakan permintaan terendah dalam enam tahun terakhir.
Analis mencatat bahwa peningkatan minat pelaku pasar untuk kembali bermain saham juga menjadi alasan yang membuat harga emas tertekan.
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas terdongkrak karena adanya devaluasi mata uang Yuan yang dilakukan oleh China.
Langkah devaluasi tersebut memicu perang mata uang dan semakin menekan harga komoditas. Namun berbeda dengan emas. Harga komoditas logam mulia ini justru mengalami penguatan.
Di berbagai bursa komoditi di Asuia, Jumat ini, harga terlihat sedikit tertekan karena investor mencari momen beli dengan melihat prospek ekonomi Asia setelah kejutan kebijakan devaluasi Cina pada pekan ini.
Dalam konferensi pers di Beijing, Deputi Gubernur PBOC, Yi Gang mengatakan bank sentral berharap untuk mempercepat pembangunan pasar valuta asing dengan meningkatkan mekanisme harga yuan.
Selain itu, Gang menekankan bahwa PBOC memiliki cadangan devisa yang cukup untuk memberikan dukungan yang kuat untuk pelemahan secara signifikan bagi mata uang yuan.
Gang juga menyatakan bahwa laporan PBOC dapat melakukan depresiasi yuan sebanyak sepuluh persen dalam jangka panjang adalah salah.
Perlu diketahui bahwa China adalah produsen emas terbesar di dunia dan konsumen emas terbesar kedua setelah India.
Pergerakan Emas berjangka terlihat tertekan setelah data penjualan ritel AS untuk bulan Juli menguat sehingga membuat Federal Reserve akan terus berada dalam jalur untuk menaikkan suku bunga pada awal September.
Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel naik nol koma enam persen pada bulan Juli, tepat di bawah perkiraan konsensus dengan kenaikan nol koma tujuh persen, sedangkan penjualan untuk Mei dan Juni direvisi naik lebih tinggi.
Yang harus diperhatikan adalah aksi devaluasi berikutnya yang dilakukan PBOC atau mungkin bank sentral lain.
“Jika AS ikut masuk ke dalam perang mata uang maka hal itu sangat baik dan akan menjadi terbukti bahwa emas akan semakin bullish”.
Dolar jatuh karena investor yakin bahwa gejolak pasar terbaru didorong oleh China yang melihat secara efektif bahwa kenaikan suku bunga AS pada bulan September akan dilakukan.