Perdebatan para analis tentang harga emas di masa datang makin tajam dan mereka terbelah dalam dua kelompok pesimis dan optimis Kelompok pesimis yang kini dominan mengingat para investor untuk menjauhi investasi komoditi tambang logam mulia. Mereka memprediksi perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan terhindarnya Europa dari kebangkrutan akan menyebabkan investor memiliki pilihan luas untuk menanamkan uangnya
Menurut kelompok pesimis ini, harga emas akan kembali ke “jalan yang benar” setelah melonjak gila-gilaan selama tiga tahun terakhir. “Investor tidak punya pilihan kala itu. Mereka mencari posisi aman dan memborong emas sebagai pilihan yang menguntungkan. Masa itu sudah lewat,” ujar Steven Albraight, analis tambang logam mulia, dalam tulisan terakhirnya di “blomberg.”
Namun prediksi sebagian lainnya para analis memprediksi masa depan harga emas akan bergerak naik lagi dalam beberapa waktu ke depan. “Kini situasinya sedang pause. Aka nada reli panjang lagi. Tapi tidak gila-gilaan seperti masa lalu.”.
Dari survei yang dilakukan Bloomberg, 15 analis memperkirakan harga emas akan mulai naik pada pekan depan. Sementara itu, 14 analis memproyeksikan harga emas semakin melorot dan 3 analis menyatakan netral.
Dalam dua pekan ini saja, harga emas turun 16 persen dan menyentuh 1.180,50 per ounce pada hari ini.
Level tersebut adalah yang terendah sejak Agustus 2010. Harga logam ini anjlok signifikan pada kuartal ini, setelah investor melepas kepemilikan emasnya, menyusul penurunan harga yang terjadi.
Emas memasuki harga terendahnya sejak 1981, setelah beberapa investor tak lagi percaya dengan portofolio ini, dan di tengah spekulasi bahwa bank sentral AS akan memangkas stimulus ekonomi.
“Untuk itu, saat ini kita sudah memasuki waktu di mana harga emas tak lagi terkena tekanan karena sudah oversold. Ada banyak pembeli strategis yang memanfaatkan anjloknya harga emas ini,” ujar Thorsten Polleit, ekonom perusahaan investasi terkemuka di Eropa, Degussa Goldhandel GmbH.
Dia meyakini, harga emas akan kembali terangkat pekan depan setelah harga saat ini berada di posisi terbawah. Di pasar London, harga emas turun 28 persen pada tahun ini menjadi 1.202 dollar AS per ounce, dan kembali melemah hingga 25 persen pada kuartal ini.
Sebelumnya, harga emas naik signifikan antara rentang 2008-2011, dan mencapai titik tertinggi di level 1.921,15 pada September 2011. Kenaikan itu dipicu oleh The Fed yang memangkas suku bunga acuan. Ketika permintaan emas tidak terlalu bagus, di pasar Asia sejumlah investor memanfaatkan kondisi ini dengan memborong komoditas tersebut.
Sementara itu perdagangan emas di Banda Aceh, terutama emas perhiasan, makin lesu. Tak ada gairah jual beli setelah harga emas di toko-toko perhiasan bertengger pada harga Rp 1,3 juta per mayamnya. Harga emas di Banda Aceh untuk setiap mayamnya pernah mencapai harga Rp 1,8 juta.
Minat jual dan beli konsumen, seperti dikatakan Memet, pemilik Toko Emas Haji Harun Keuciek Leumiek yang sering dijadikan standar perhiasan dan harga, betul-betul sudah payah. Kalau pun ada yang datang, katanya, mereka sekadar “tukar tambah.”